Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : AU, OOC, Typo bertebaran, no EYD, mainstream, alur yang berantakan, cerita pemula.

By : Rozzeana

Rated : T

.

.

.

Sudah satu tahun lamanya aku tinggal dilantai lima Apartement Konoha didaerah Kawasaki. Tempatnya memang tidak mewah ya sesuai dengan harga sewanya tapi lingkungan dan tetangga sesama penghuni apartement yang ramah membuatku nyaman tinggal disini. Tapi sejak sekitar satu bulan yang lalu entah kenapa aku seperti merasa tak nyaman, tak hanya diapartement tapi juga dikampus bahkan ditempat ramai saat aku sedang main. Agak sulit menjelaskan rasa tak nyaman ini, tapi intinya aku selalu merasa ingin cepat - cepat pergi dari sana.

"-ta!"

"Hinata!"

"Hyuga Hinata!"

Bersamaan dengan suara panggilan dengan nada tinggi itu, perhatian seisi ruang kelas langsung tertuju pada seorang gadis yang duduk dibangku kedua dari depan disamping jendela dan gadis yang merasa dipanggil itu sedikit terlonjak kaget.

"Ha'i?" Gadis itu menatap tanya wanita yang sedang berdiri dengan tangan menyilang didadanya, sedangkan gadis bersurai pink pendek dengan bandana hijau hanya menggelengkan kepalanya.

"Keluar!" Ucapan singkat yang keluar dari wanita itu membuat gadis bersurai indigo yang terurai itu membelalakan matanya.

"Ta-"

"Keluar atau nilaimu semester ini E!?" Ancam wanita itu.

"Kau terlalu berani Hinata!" Bisik gadis bersurai pink itu pada Hinata, gadis bersurai Indigo yang baru saja diusir.

"Kenapa kau tidak mengingatkanku, Sakura?" Bisik Hinata pada gadis disebelahnya dengan tangan yang sedang membereskan barang - barangnya.

"Aku sudah memanggilmu sebel-"

"Ada apa Haruno-san? Kau mau menemani Hyuga-san diluar?" Tanya wanita bersurai pirang yang ikat dua.

"Ti-tidak miss." Sakura hanya menatap iba Hinata yang berjalan keluar kelas.

...

Sebenarnya hanya didalam kelas aku bisa merasa sedikit tenang, itu pun jika sedang ada mata kuliah, jika hanya duduk biasa aku tetap merasa tak nyaman.

Sampai mana tadi ceritaku? Ah sudahlah lebih baik aku pergi kekantin. Semoga tidak ada yang aneh.

...

Hinata duduk sendirian disalah satu bangku yang disediakan dikantin, dengan minuman yang tinggal setengah dan makanan yang hampir habis, Hinata mengeluarkan handphonenya dan mulai mencari angle untuk berselfie agar bisa dia unggahdi Instagram.

Hinata mulai mengetikkan sebuah caption untuk fotonya tadi. Tak sampai lima menit Hinata mengunggah fotonya sudah ada puluhan notifikasi suka yang diterimanya dan juga belasan komentar yang benar - benar komentar tentang dirinya dan fotonya, bukan komentar iklan berjualan. (Entah di Jepang ada tragedi ini atau ga. Haha. Biarkanlah fantasi author bekerja.)

Seorang gadis bersurai pirang yang diikat ponytail dengan poni menutupi separuh wajahnya datang menghampiri Hinata yang sedang asik membalas komentar difotonya.

"Kau dikeluarkan?" Tanya gadis itu langsunh duduk bangku disebelah Hinata.

"Astaga Ino! Kau mengejutkanku!" Omel Hinata.

"Kau saja yang salah, sedang dihukum malah asik bermain hp!" Tegur gadis berponi bernama Ino. "Kau harus menemui Miss Tsunade setelah ini."

"Tak usah disuruh pun aku sudah tahu. Aku hanya tinggal pasang badan mendengar omelannya dan bersiap mendapat hukuman tumpukan tugas darinya." Ujar Hinata seraya meletakkan hpnya.

Seperti yang dikatakan Hinata, begitu Hinata menemui dosen bahasa inggrisnya itu Hinata langsung disambut dengan omelan dan diakhiri dengan setumpuk tugas yang harus dia translate. Memang hukumannya tidak begitu sulit tapi itu sangat melelahkan. Dengan membawa tugas hukuman dari Tsunade, Hinata berjalan gontai menuju tempat tinggalnya yang berjarak sekitar setengah jam berjalan kaki dari kampusnya.

Setibanya didalam kamar, Hinata langsung mengeluarkan laptopnya untuk langsung mengerjakan tugasnya. Tapi baru lima menit berlalu Hinata berhenti mengetik malah meraih hpnya dan mengarahkan hpnya kearah meja kotaknya yang cukup berantakan karena tugas. Sudah bisa ditebak apa yang akan dilakukan Hinata, tentu saja memfotonya lalu mengunggahnya ke Instagram. Sejak mengenal Instagram beberapa tahun ini, Hinata menjadi seperti ketergantungan dengan Instagram apapun, kapan pun, dimana pun dan dengan siapa pun Hinata pasti mengabadikannya dengan foto dan mengunggahnya ke Instagram.

Setelah mengunggah foto meja berantakannya, Hinata kembali fokus dengan tugasnya. Tapi kembali tak sampai lima menit hp Hinata kembali menyita perhatian Hinata. Bukan karena ingin berfoto lagi tapi karena hpnya bergetar tanda ada sebuah notifikasi di hpnya. Catatan saja, hampir selalu hp Hinata dimode getar karena dia kadang lupa mengembalikan hpnya kedalam mode normal setelah dari kelas.

Hinata meraih hpnya, ternyata pesan dari Instagram dengan akun Namikaze_ menggunakan dua tanda garis bawah. Hinata membukanya.

'Apa kau harus selalu melaporkan semua kegiatanmu disini? Apa kau tidak takut akan ada yang menyalahgunakan foto - fotomu?'

Hinata mengernyitkan dahinya, tanpa membalas Hinata langsung menutup aplikasi Instagramnya dan kembali meletakkan hpnya.

...

Aku ingat sekarang kapan perasaan tak nyaman ini mulai aku rasakan, sejak pertama kali aku mendapat pesan dari akun tadi. Entah itu siapa, aku tidak berniat melihat profilnya. Mungkin jika nanti dia mengirim hal - hal aneh lagi aku akan melaporkannya kepolisi.

...

Sudah satu minggu berlalu, Hinata masih saja dihantui perasaan tak nyaman dimana pun dia berada. Dan sudah seminggu pula Hinata selalu mendapatkan pesan dari akun Namikaze itu untuk berhenti menggunakan Instagram atau berhenti mengunggah kegiatannya.

Hari ini adalah hari paska UAS, entah sejak kapan tapi sudah seperti tradisi dalam dua hari kedepan akan diadakan pertandingan antar jurusan yang artinya mereka bebas dari mata kuliah. Tapi bagi Hinata yang kurang pandai dalam dibidang olahraga hanya bisa menonton setiap pertandingan tanpa ikut serta dalam satu bidang pun. Tenang, yang seperti itu bukan Hinata seorang. Dikelas bahkan di satu fakultas yang sama ada banyak yang seperti itu.

"Hinata, ayo kita lihat pertandingan Sakura." Ajak Ino.

"Kau tidak melihat pertandingan teman sekelasmu?" Tanya Hinata.

"Ah, mereka pasti kalah ayolah."

Hinata hanya menggelengkan kepalanya dan mengikuti Ino. Sekilas info, Hinata dan Sakura adalah mahasiswi jurusan Ekonomi, sedangkan Ino adalah mahasiswi jurusan Fashion Design. Sebenarnya Sakura ingin masuk kedokteran tapi orang tuanya ingin Sakura mengambil ekonomi. Setelah pertaruhan yang entah apa Sakura kalah dan harus menerima pilihan orang tuanya. Tapi walau begitu, Sakura sangat bertanggung jawab akan kuliahnya.

Pertandingan Sakura ada lapangan belakang, sedangkan jika ingin kesana harus melewati lapangan tengah yang dipenuhi para mahasiswi yang sedang menonton pertandingan para mahasiswa yang kabarnya sangat tampan. Tapi Hinata malas untuk tahu bahkan melihat siapa mereka karena mereka selalu menyebabkan keributan yang tidak jelas dan sangat mengganggu Hinata.

Selama perjalanan Hinata hanya mengekor Ino tanpa bicara dan bertanya. Ketika akan melewati lapangan suara gaduh mulai masuk ketelinga Hinata, Hinata yang tadi mengekor Ino kini ada disebelah Ino bahkan mendahului Ino. Ino hafal betul jika sahabatnya itu tidak terlalu suka dengan kegaduhan, apalagi jika kegaduhan hanya disebabkan oleh teriakan - teriakan para gadis yang berlebihan menyukai seseorang.

...

"Kyaaaa~ Senpai!"

"Ganbatte senpai!"

Bukannya senang dengan teriakan itu, beberapa dari pemain dan penonton malah menatap tak suka pada sekelompok gadis sumber keributan.

"Apa tidak ada yang bisa mengusir mereka? Atau setidaknya tutup mulut mereka!" Omel pria ditengah lapangan dengan surai kuning menyala.

"Teriakan mereka mengganggu telingaku!" Keluh pria bersurai raven hitam yang kelihatannya ada ditim yang sama dengan pria kuning tadi.

"Mereka berteriak untuk kalian, hargailah." Ejek pria lain lagi yang masih ditim yang sama.

"Ambil semuanya untukmu!" Omel pria kuning tadi.

Permainan basket kembali berlanjut, bola kini ada ditangan pria raven tadi. Pria itu mendribble bola melewati satu oranh yang menghalanginya, baru lepas dari orang tadi satu orang lainnya sudah menghadang didepannya dan satu orang berlari dari belakang, melihat itu pria raven itu menpass bola pada rekan setimnya yang tadi meledeknya. Pria itu mendribble bola, dengan mudahnya dia melewati penjagaan, pria itu berlari kesamping lalu bersiap untuk melompat dan mendapatkan three point, tapi..

"Senpaaaaii!"

Bolanya membentur ring dan jatuh tanpa masuk kedalam ring, bersamaan dengan itu pluit tanda waktu pertandingan usai telah ditiupkan. Posisi yang diambilnya agak salah karena pria itu malah mendekati para gadis yang terus berteriak hingga membuatnya terkejut saat mereka berteriak.

"Apa yang kau lakukan?!" Omel pria kuning tadi tak terima karena mereka kalah satu point.

"Suara mereka berteriak tepat disebelahku. Konsentrasiku hilang." Jawab pria yang gagal mencetak angka.

"Kalau begitu kenapa kau lompat dari samping?" Bentak pria kuning.

"Cukup Naruto! Kiba pasti tidak sempat terpilir karena sedang bertanding." Bela seorang pria dengan rambut hitam yang diikat satu agak tinggi.

"Jangan marah - marah Naruto." Seorang pemain dari tim lawan menegur Naruto. "Masih ada babak terakhir." Pria itu melempar bola basket kearah Naruto dengan sedikit kencang dan ditepis Naruto hingga menambah kecepatan bola itu.

"Hey awas!"

Bola yang ditepis Naruto melesat kearah belakang ring yang tadi tak ada orang, tapi begitu bola mendekat tiba - tiba ada ada seorang gadis yang muncul dan tepat berjalan kearah bola yang masih melayang dengan kecepatan lumayan.

...

"Hinata!" Teriak Ino saat melihat Hinata sudah tergeletak tak sadarkan diri.

Melihat kecelakaan itu, beberapa orang menghampiri dan membantu membawa Hinata keruang kesehatan. Ino yang ingin melihat pertandingan Sakura ikut mengantar Hinata dengan tangan yang menuliskan sebuah pesan untuk Sakura dihpnya.

"Ya ampun! Kau membuatku khawatir sampai meninggalkan pertandingan, ternyata seperti itu kejadiannya." Sakura yang masih memakai seragam tim volinya menyilangkan tangannya menatap Hinata yang baru sadar. "Kau juga, mengirim pesan yang membuatku khawatir!" Omel Sakura pada Ino.

"Kau lihat sendiri tadi Hinata pingsan, lalu dimana salahnya pesan yang aku kirim?" Tanya Ino tak terima.

"Ayolah, kepalaku masih pusing." Bujuk Hinata agar Sakura dan Ino berhenti berdebat.

Setelah dibawa keruang kesehatan, tak butuh waktu lama untuk Hinata sadarkan diri. Sakura yang mendapat pesan dari Ino yang mengatakan Hinata tak sadarkan diri langsung berlari menyusul Ino untuk memastikan keadaan Hinata, padahal pertandingan akan segera dimulai beberapa menit lagi dan Sakura memilih mendahulukan Hinata dan meninggalkan pertandingan.

Tapi saat Hinata sadar dan Sakura bertanya 'kenapa' jawabannya membuat Sakura benar - benar kecewa. Ternyata kecelakaan itu tidak sepenuhnya disebabkan oleh bola basket.

"Hinata hampir terkena lemparan bola, tapi dia bisa menghindari bola itu."

"Lalu kenapa sampai tak sadarkan diri? Shock?"

"Bukan, karena menghindar tiba - tiba tubuh Hinata tak seimbang dan akhirnya dia jatuh dengan kepala terbentur tiang ring."

Begitulah yang dikatakan Ino. Kenyataan yang sedikit memalukan. Setelah Hinat sadar, Hinata memutuskan untuk pulang tapi Ino dan Sakura yang masih memiliki agenda dikampus dibuat bingung karena tak tega membiarkan Hinata pulang sendiri.

"Tunggu aku coba izin pada ketua jurusan." Ino pergi agak menjauh dengan hp yang diarahkan ketelinganya.

Tak jauh dari Ino, Sakura juga melakukan hal yang sama, terdengar perdebatan yang dilakukan Sakura dan Ino di telpon. Hinata yang bosan meraih tasnya yang diletakan oleh Ino disampingnya lalu mengambil hpnya dan memfoto kedua sahabatnya yang terlihat bertengkar dengan lawan bicaranya di telpon

Dengan senyuman karen mendapat foto yang langka, Hinata langsung membuka aplikasi Instagram dan mengunggah foto tadi disana. Jika Ino dan Sakura tahu mungkin mereka akan melarang itu.

Sakura dan Ino menghampiri Hinata, "Hinata bisakah kau tetap disini hingga sore?" Tanya Sakura.

"Sudahlah, aku bisa pulang sendiri." Jawab Hinata walau tak sesuai pertanyaan.

"Tapi kami khawatir."

Belum sempat Hinata menjawab ucapan Ino, pintu ruang kesehatan diketuk dari luar yang membuat perhatian mereka tertuju kearah pintu. Tak lama setelah suara ketukan pintu berhenti pintu mulai bergerak terbuka dan terlihatlah siapa yang datang. Seorang pria dengan jaket dan celana basket. Dia menutup kembali pintu dan berjalan mendekat kearah Hinata, Ino dan Sakura.

"Sumimasen, aku datang untuk minta maaf karena bola yang aku lempar ternyata pergi kearahmu." Ujar pria itu dengan senyuman bersalah.

"Ah, tidak apa - apa, aku tak sadarkan diripun bukan karena bola yang kau lempar. Itt-" Hinata meringis saat mendapat cubitan kecil dari Ino yang berdiri disebelahnya. "Ada apa?"

"Maaf senpai. Hinata tak bermaksud tak sopan, dia hanya tak tahu kalau yang datang adalah senpai ." Ujar Ino dengsn senyum canggungnya.

"Tak apa, aku lebih senang jika tidak dipanggil senpai. Aku merasa lebih muda. Haha." Mendengar jawaban dari pria itu, Hinata dan Sakura hanya menatap aneh dan hanya Ino yang ikut tertawa. "Lalu apa rencana kalian selanjutnya? Aku benar - benar merasa bersalah, jika mau aku ingin mentraktir kalian makan." Tawarnya.

"Maaf tapi kami masih sibuk." Jawab Ino menyesal.

"Ah, jika senpai kosong bisa tolong antarkan Hinata pulang?" Ujar Sakura spontan.

"Sakura!" Tegur Hinata.

"Kenapa? Aku hanya minta tolong, jika tidak mau ya tidak apa - apa." Bela Sakura.

"Boleh, tapi aku harus ambil tas dan ganti pakaian dulu." n

"Tidak usah, jangan merepotkan diri, Sakura hanya bergurau." Tolak Hinata.

"Tak apa, aku hanya sebentar."

Tanpa pamit, pria yang belum memperkenalkan diri itu pergi dengan setengah berlari.

"Ngomong - ngomong siapa nama orang tadi?" Tanya Sakura.

"Kau tidak kenal sudah berani bicara seperti itu!" Omel Ino. "Dia adalah Yahiko senpai dua tahun diatasku." Jawab Ino.

"Dia jurusan Fashion design?" Tanya Hinata.

"Bukan, dia di jurusan Fashion management. Hanya satu fakultas." Jawab Ino.

Tak sampai menunggu lama, Yahiko kembali lagi keruang kesehatan. Setelah Yahiko kembali, Hinata dan Yahiko pamit pada Ino dan Sakura. Tak butuh waktu lama untuk sampai diapartement tempt Hinata tinggal, begitu tiba didepan lobby Hinata langsung membuka sabuk pengamannya dan pamit pada Yahiko. Tapi begitu Hinata ingin keluar kepalanya kembali diserang pusing yang langsung membuat Hinata terdiam.

"Hina-hime kau tak apa? Apa kau pusing lagi?" Tanya Yahiko khawatir.

"Maaf, ini hanya sebentar." Jawab Hinata dengan senyum dipaksakan.

"Tutup kembali pintunya." Yahiko menarik pintu mobil yang sudah dibuka Hinata tadi. "Aku akan mengantarmu."

Mobil Yahiko melaju menuju parkiran disamping lobby apartement. Setelah mencabut kunci mobilnya, Yahiko turun lalu berlari menuju bangku disamping kemudi untuk membantu Hinata turun dari mobil dan masuk ke apartementnya.

"Dilantai berapa?" Tanya Yahiko begitu tiba didepan lift.

"Lantai 5." Yahiko langsung menekan angka 5 saat masuk kedalam lift.

"Yang mana ruanganmu?" Tanya Yahiko setelah keluar dari lift.

"Pintu kedua." Yahiko membantu Hinata berjalan menuju pintu kedua.

Ternyata keamanan apartement Hinata menggunakan password. "Apa kau bisa menekan kodenya?" Hinata menggeleng. "Baiklah, apa kodenya?"

Setelah pintu terbuka, Yahiko kembali membantu Hinata berjalan hingga sampai dikamarnya.

"Apa kau punya obat sakit kepala?" Tanya Yahiko setelah membantu Hinata naik ketempat tidurnya.

"Sepertinya tidak ada." Jawab Hinata. "Tak apa, setelah tidur semuanya akan kembali normal."

"Baiklah, aku pergi ke toko didepan untuk membeli obat dan makanan untukmu. Tunggu sebentar." Tanpa mendengarkan ucapan Hinata, Yahiko pergi meninggalkan Hinata dikamarnya.

Tak menunggu terlalu lama, Yahiko kembali dengan membawa makanan dan obat - obatan. Setelah memastikan Hinata makan dan meminum obatnya, Yahiko pamit pulang dengan meninggalkan sebuah makan untuk makan malam Hinata dan secarik kertas bertuliskan nomor dan Id linenya.

'Hubungi aku jika ada apa - apa.'

Perkataan Yahiko terngiang dikepala Hinata begitu dirinya bangun dari tidurnya efek meminum obat.

Hinata meraih kertas yang diletakan disamping tasnya, "Aku bahkan belum berterima kasih padanya."

Hinata meraih tasnya dan mengambil hpnya. Setelah berulang kali menulis dan menghapus kalimat yang akan dipakainya untuk mengirim pesan, akhirnya Hinata berhasil membuat kata - kata yang cukup meyakinkan dirinya untuk tidak menghapusnya. Menunggu dibalasnya pesan itu Hinata beralih dari aplikasi Line ke aplikasi Instagram. Mengecek sebentar keadaan instagramnya lalu beralih kearah kamera dan Hinata meletakan hpnya bersandar pada lampu diatas meja dengan menyetting waktu foto terlebih dahulu Hinata memasang pose seakan sedang tertidur dengan selimut yang hanya memunculkan kepalanya diatas kasur. Setelah yakin dengan fotonya Hinata langsung mengunggahnya kedalam Instagramnya, tentu saja foto itu telah diedit sebelumnya.

Hinata meletakkan hpnya diatas nakas lalu bangun dari tidurnya dan berjalan keluar dengan tangan membawa sebuah gelas kosong. Sesampainya didapur, Hinata langsung mengambil air minum dan memanaskan makanan yang dibeli Yahiko tadi. Ya, Hinata lapar karena tadi dia tiba diapartementnya sekitar pukul 2 dan sekarang sudah pukul 7 lebih. Obat yang dibeli Yahiko seperti obat tidut yang membuatnya tidur berjam - jam, tapi Hinata kini merasa sudah lebih baik.

Dengan sedikit bersenandung sendirian untuk mengusir sepi, Hinata masih setia makanannya tapi tiba - tiba dia mendengar seperti ada yang membuka pintu apartementnya.

"Sakura? Ino?" Panggil Hinata memastikan.

Karena tak ada respon Hinata menganggap itu hanya ilusinya. Setelah makanannya selesai Hinata langsung membawanya kekamar bersama dengan gelas berisi air dan obat yang diberikan Yahiko. Sebelum memakan makanannya didalam kamar, Hinata kembali meraih hpnya dan memfoto makanannya yang diletakkan diatas nakas. Seperti biasanya, Hinata langsung mengunggahnya kedalam akun Instagram miliknya.

Baru beberapa suap dia memakan makanannya, tiba - tiba hpnya bergetar yang tandanya ada sebuah notifikasi. Hinata kembali meraih hpnya yang belum lama diletakkan. Dilihatnya ternyata pesan dari Namikaze_ wajah Hinata berubah menjadi tak suka tapi tetap membukanya.

'Hapus semua fotomu! Jika kau berpikir itu akan membuatmu terkenal, lebih baik kau berpikir ulang. Itu bisa membayakanmu. Hapus semua akun pria diakun Instagrammu dan ubah akunmu jadi privasi!'

Hinata mengernyikan dahinya, biasanya Hinata tak pernah menanggapinya tapi kali ini dia sudah merasa sangat keterlaluan dan memilih membalas pesan itu.

'Siapa kau?! Apa maksudmu bicara seperti itu!? Jika kau bicara macam - macam lagi aku akan memblokir akunmu!'

Hinata melanjutkan acara makannya dengan perasaan kesal. Hpnya kembali bergetar, Hinata langsung meraihnya. Sesuai perkiraan itu adalah balasan dari akun Instagram itu.

'Bagus! Blokir saja, sekalian dengan semua akun pria didaftar yang kau ikuti.'

Bukannya kesal Hinata malah penasaran dengan identitas orang itu. Hinata memilih untuk melihat akun Namikaze_ itu. Betapa terkejutnya Hinata saat melihat foto - foto yang diunggah orang itu.

Foto pertama adalah foto pintu sebuah ruangan dengan papan tulisan 'Ruang kesehatan'. Karena foto itu diambil dari depan agak sulit membedskannya tapi penatangan tumbuhan dikanan dan kiri pintu sama seperti ruang kesehatan dikampusnya. Memang tidak hanya satu ruang kesehatan dikampusnya tapi hanya ada satu yang diletakan tanaman tepat dikanan dan kirinya, sisanya hanya diletakan paling tidak satu bahkan ada yang tidak diletakkan apapun. Dan waktu mengunggahnya pun baru 9 jam yang lalu, dan itu sama dengan waktu Hinata tak sadarkan diri.

Foto kedua, foto sebuah meja yang penuh makanan tapi dari foto itu tertangkap juga suasana sekitarnya dari kaca yang ada disamping meja, dan Hinata sangat hafal dengan suasana itu, itu adalah kantin kampusnya. Dilihat dari waktu mengunggah itu adalah hari yang sama saat Hinata ada dikantin setelah diusir dari kelas.

Foto ketiga, foto yang menunjukkan suasana didepan sebuah kafe. Tidak sulit untuk menebaknya karena disebuah meja ada papan yang menunjukkan logo kafe yang bergambar chibi rubah berekor sembilan. Dan itu adalah kafe yang didatangi Hinata bersama Sakura dan Ino 2 hari yang lalu.

Foto keempat, menunjukkan gambar suasana konser band indie disebuah taman, dan ya, Hinata juga ada disana bersama Ino dan Sakura.

...

Ini foto keempat, dari banyaknya waktu dan tempat kenapa harus sama? Apa ini kebetulan? Apa kebetulan akan terjadi sesering ini? Lanjut atau sudahi?

...

Hinata menatap hpnya dengan tatapan bingung cenderung kearah takut. Hinata menghela nafas dan menelan ludahnya seraya melanjutkan kegiatan stalking.

Foto setelahnya adalah foto sebuah taman, sekali lagi dilihat dari tempat dan waktunya itu bersamaan dengan Hinata yang juga berada disana.

Berikutnya, foto yang menunjukkan taman bermain. Ya, hari itu Hinata juga ada disana bersama ayah dan adik perempuannya karena sedang tidak ada jadwal kuliah. Dan taman bermain itu ada di Tokyo, yang artinya ada diluar distrik.

Hinata meletakkan hpnya, Hinata sungguh ingin menangis. Hinata menghentikan kegiatan makannya, diletakkannya makanannya diatas nakas, Hinata meraih gelas dan minum untuk menenangkan hatinya. Setelah itu Hinata memilih untuk tidur setelah meminum obatnya terlebih dahulu.

oOo

Waktu menunjukkan jam 9 pagi, Hinata tidak ada dikelas sekarang Hinata ada duduk dikantin. Sebenarnya Hinata bangun kesiangan tapi beruntungnya karena kelas pagi sedang kosong akibat absennya sang dosen.

Hinata duduk berhadapan dengan Sakura yang sedang mainkan hpnya dan Hinata yang sedang melanjutkan tugas hukumannya. Tidak ada makanan berat diatas meja, hanya ada sepiring kentang goreng dengan dua gelas yang isinya telah berkurang.

"Mau kubantu?" Tawar Sakura.

"Hanya tinggal sebentar lagi." Tolak Hinata.

"Kau sedang kurang sehat akibat kemarin, jangan memaksakam diri." Tegur Sakura.

"Tenang saja, ini memang hanya tinggal sedikit." Hinata berusaha meyakinkan Sakura.

"Baiklah, jika 15 menit lagi belum selesai serahkan padaku." Ujar Sakura.

"Tidak masalah." Hinata menyanggupi lalu krmbali berfokus pada laptopnya.

Belum lama Hinata kembali berkutat dengan tugasnya, pendengaran Hinata dan Sakura harus harua terganggu oleh teriakan - teriakan para mahasiswi yang ada dikantin. Sesuai perkiraan Hinata dan Sakura para senpai impian itulah penyebabnya, tapi walau sudah memperkirakan Hinata dan Sakura tetap menoleh.

Karena Hinata dan Sakura benar - benar tahu siapa saja senpai impian itu, mereka agak terkejut melihat Yahiko melambaikan tangan kearah mereka yang disusul tatapan membunuh para gadis lainnya.

"Aku merasa kita akan dibunuh." Bisik Sakura saat melihat Yahiko berjalan kearah mereka diikuti yang lainnya.

"Aku merasa ditelanjangi oleh tatapan para fanatik itu." Bisik Hinata.

"Hai!" Sapa Yahiko dengan senyum. "Bagaimana keadaan kepalamu? Apa masih pusing?" Tanya Yahiko.

"Ti-tidak lagi, obat yang berikan bekerja sangat baik." Jawab Hinata dengan senyuman terpaksa karena terus ditatap sinis para gadis dibelakang Yahiko.

"Oh iya, semalam chatku tidak dibalas ya?" Hinata terpaku pada para gadis yang mengeluarkan aura mematikan dibelakang Yahiko. "Hina-hime?" Panggil Yahiko lagi.

"Ah, ma-maaf, aku sudah tidur setelah minum obat." Jawab Hinata sangat canggung.

"Begitu." Yahiko menganggukan kepalanya. "Kau tidak bohong padaku kan?" Yahiko bertanya dengan senyum. "Aku percaya padamu Hina-hime." Yahiko meninggalkan meja Sakura dan Hinata menyusul teman - temannya.

"Kenapa dia memanggilmu hime?" Tanya Sakura.

"Memang dia memanggilku begitu?" Tanya balik Hinata.

"Ish kau ini." Hinata hanya tertawa mendengar omelan Sakura.

Belum lama kantin kembali tenang, karna kedatangan satu orang kantin kembali ramai. Seorang pria pirang berlari mendekati meja Sakura dan Hinata tapi matanya tertuku pada meja para senpai impian. Tapi matanya teralihkan kearah Hinata dan saat itu juga dia berhenti berlari dan berjalan biasa saja. Hingga melewati meja Hinata dan Sakura, mata pria itu terus terarah pada Hinata.

"Kau kenal dengan Naruto?" Tanya Sakura.

"Tidak. Siapa dia? Namanya seperti tak asing." Jawab Hinata dengan pertanyaan.

"Dia dulu orang yang membimbing kita saat masa ospek." Hinata hbya ber'ahh' ria mendengar jawaban Sakura. "Jika tidak salah dia juga pernah beberapa berkomentar di foto instagrammu."

"Iyakah? Siapa namanya? Sepertinya tidak ada nama Naruto." Tanya Hinata.

"Dia tidak memakai nama asli. Siapa ya namanya?" Sakura terdiam berpikir. "Kalau tidak salah Namikaze."

Hinata membelalakkan matanya terkejut, dan seperti sebuah video yang dimundurkan dwngan cepat, ingatan stalking malam tadi berjalan dengan cepat diingatan Hinata. Pandangannya menggelap perlahan, suara Sakura yang memanggilnya semakin terasa jauh, tubuhnya terasa lemas, hingga akhirnya pandangannya benar - benar gelap dan sebelum benar - benar gelap bahunya sedikit terasa sakit seperti terbentur.

oOo

"Berhenti mengikutiku, Stalker!" Omel Hinata saat berpapasan dengan Naruto didepan ruang kesehatan.

"Apa maksudmu?" Tanya Naruto.

"Tak usah berkelit lagi, Namikaze!" Sinis Hinata.

"Haha.. Kau bodoh! Aku mengikutimu untuk menjagamu bukan untuk menjadi penguntitmu!" Balas Naruto tak kalah sinis. "Sekarang terserah kau, aku sudah memperingatkanmu, bukan satu atau dua kali tapi kau tak mendengarnya. Kini hanya tinggal tunggu kapan kau akan-"

"Hinata?" Panggil Sakura yang datang bersama Ino.

"Harus kau tahu aku tidak sendiri saat memgambil foto itu." Bisik Naruto saat berdiri disamping Hinata lalu pergi meninggalkan Hinata.

"Apa kau sudah tidak apa - apa?" Tanya Ino yang sudah berdiri disamping Hinata. "Jika memang masih pusing lebih baik kau pulang daripada kau pingsan lagi." Sakura mengangguk.

"Aku sudah tak apa." Hinata tersenyum menenangkan dua sahabatnya.

"Kau tahu jika Naruto yang membawamu keruang kesehatan?" Hinata menatap Sakura bingung. "Saat kau jatuh pingsan, Naruto lah orang pertama yang menghampiri dan langsung berinisiatif membawamu tanpa diminta." Jelas Sakura.

"Aku tak tahu."

"Kukira kau sedang membicarakan itu dengan Naruto tadi. Lalu kau sedang membicarakan apa?" Tanya Sakura.

"Tidak ada." Hinata tersenyum canggung. "Sepertinya aku memang harus pulang dan beristirahat sebelum kepalaku kembali pusing." Hinata pamit dan pergi meninggalkan Ino dan Sakura dengan langkah setengah berlari.

Didalam apartementnya Hinata langsung berjalan menuju dapur setelah meletakkan tasnya dimeja didepan tv. Hinata meraih gelas dan mwnuangkan air kedalamnya.

...

Apa maksud ucapan Naruto? Dia tidak sendiri? Apa mungkin dia kenal dengan stalker yang sesungguhnya? Tapi jika memang iya kenapa Naruto tidak menghentikkannya atau setidaknya mengatakkannya langsung padaku?

...

Perhatian Hinata teralihkan pada wadah cuci piring, dimana seingatnya dia telah membereskan bekas sarapan dan makan malamnya tapi kini ada dua buah piring kotor dan satu buah gelas disana. Dan saat menoleh kearah teko air pun isinya kurang dari setengah padahal Hinata selalu mengisinya penuh setiap setelah sarapan.

Merasa curiga Hinata menggeladah dapurnya. Didalam kulkas wadah telur telah berkurang dua, padahal Hinata tadi pagi tidak sarapan dengan telur dan sejak hari belanja Hinata belum mengolah satu butir telurpun. Dan kalau pun Hinata lupa, tidak mungkin dia mengambil secara acak, Hinata selalu mengambil telur dari sisi. Hinata lebih memperhatikan isi kulkasnya, didalam Hinata menemukan sebungkus jamur Shitake yang jarang Hinata beli.

Hinata merasa ngeri, dia bergegas meninggalkan dapur mengambil tasnya yang masih tergeletak diatas meja dan meraih hpnya untuk menghubungi Sakura atau Ino. Tapi saat dilihat ada pemberitahuan Line dari Sakura.

'Aku ingat dimana aku pernah melihat seseorang memanggilmu Hina-hime seperti Yahiko, dikomentar instagrammu akun PainTendo selalu mengomentarimu dan memanggilmu Hina-hime. Dan ternyata itu adalah akun milik Yahiko. Haha..'

Dengan rasa penasaran, Hinata membuka Instagram dan membuka satu persatu fotonya, ternyata benar akun bernama Paintendo selalu ada disana. Belum habis rasa terkejut Hinata, dia mulai melihat isi akun tersebut. Isinya hampir sama dengan milik Naruto, tapi tunggu ada beberapa foto yang mirip apartementnya. Hinata benar - benar marah, ditutupnya aplikasi Instagram dan beralih ke aplikasi Line. Dibukanya chat semalam dari Yahiko.

'Berhenti menguntitku!'

Dengan segera, Hinata sudah mendapat balassn dari Yahiko.

'Aku tidak menguntitmu Hime. Aku memang selalu ada disisimu untuk menjagamu.'

'Apa maksudmu? Ada dimana kau?'

Hinata mulai ketakutan, dia membuka Instagramnya dan membatalkan blokir yang semalam Hinata lakukam pada akun milik Naruto. Hpnya bergetar karena ada chat baru di Line, Hinata mengabaikannya memilih membuka chat dengan Naruto di Instagram.

'Maaf aku salah sudah menuduhmu. Aku sudah tahu siapa penguntitku. Apa kau masih mau menolongku? Aku benar - benar takut.'

Setelah mengirim pesan pada Naruto, Hinata beralih pada chat dengan Yahiko.

'Aku? Aku ada disebuah apartement lantai lima sama sepertimu.'

Hinata benar - benar takut dan panik sekarang.

'Dimana kau sekarang?'

Bukannya balasan yang Hinata terima tapi sebuah panggilan dari akun Line Yahiko.

"Dimana kau?!" Tanya Hinata namun tak kunjung dijawab, "jangan bercanda! Dimana kau!" Hanya terdengar suara tawa. "Kumohon jangan ganggu aku."

"Ganggu? Bukankah kau senang jika diganggu? Kau tahu? Aku sudah menyukaimu sejak saat masa ospek, tapi kita berbeda fakultas jadi agak susah untu bertemu, untungnya kau selalu melaporkan setiap kegiatanmu di Instagram dan itu mempermudahku untuk menemukanmu. Haha. Terima kasih hime."

"Berhenti memanggilku seperti itu! Kau gila! Kau tidak waras!" Bentak Hinata.

"Itu semua karena dirimu,Hime."

"Dimana kau?" Hening tak ada jawaban. "Kutanya dimana kau?!" Teriak Hinata frustasi.

"Hime."

Hinata mendengar dua suara ditelinga kanannya dan dibelakangnya. Dengan perlahan Hinata mutar tubuhnya, tapi belum sampai berputar sempurna rasa nyeri dari tengkuknya ditambah dengan pandangan yang memudar hingga hanya gelap yang tersisa.

.

.

.

»» END ««

.

.

.

Pojok Rozzeana ::

Maaf kalau cerita ga jelas atau ga memuaskan, semoga masih ada yang suka.

Maaf juga kalau ada kesamaan dari segi apapun.

Ceritanya gantung? Mungkin bakal ada chap dua... Ga janji makanya di kasih keterangan END. *timpukauthor

Dan Terima kasih buat yang udah mau baca ff ini.

Salam

...

Rozzeana