Naruto © Masashi Kishimoto
Warning: AU, OOC (Naruto-fans, back off~! He is a very BAD person here! *kicked-to-hell*)
Notes: Ini aslinya fanfic B**ch 'sampah' di leptop saya. Dibuat karena efek muter Love Ya by SS501 200x XD~
…
It hurts when I see you, I fall short of breath, my head hurts.
Why, when that person doesn't love you? Why don't you get it?
…
LOVE YA
a Naruto (SasuSaku) fanfiction
…
"Sakura-chan!"
Gadis berambut merah muda itu menolehkan kepalanya, sebuah senyuman manis mengembang dari bibir tipisnya. "Naruto."
Si pemanggil, Naruto Uzumaki, berlari kecil ke arahnya, kemudian melingkarkan lengannya pada pundak Sakura Haruno. Muka gadis itu memerah, apalagi saat Naruto mengecup puncak kepalanya dengan bunyi. Mereka berdua pun berjalan pulang. Tampak Naruto sesekali menggelitik Sakura dan membuatnya tertawa tanpa henti.
"…"
Sasuke Uchiha yang dari tadi berdiri bersandar pada gerbang sekolah dengan kedua tangan terlipat di depan dada menghela nafas pendek. Ia menegakkan badannya dan membenarkan letak strap tas yang melingkari pundaknya, berjalan pulang dengan kedua tangannya tenggelam di saku celananya. Sekitar 50 meter di depannya adalah sepasang kekasih teman sekelasnya itu, Naruto dan Sakura.
…
"…sibuk, ya? Ah tidak, hanya ingin tahu saja. Baiklah kalau begitu, sampai jumpa besok."
Sepasang mata emerald indah itu menatap layar ponselnya dengan sedikit kekecewaan di hatinya. Ia menengadahkan kepalanya dan memandangi derasnya hujan yang membasahi jalanan. Tidak ada lalu lalang orang di cuaca begini, apalagi mengingat hari yang sudah sepetang ini. Lampu-lampu jalan sudah menyala semua dan sesekali melintaslah mobil atau motor dengan kecepatan sedang, memecah genangan air tanpa ampun.
Mulanya ia berniat menelepon untuk meminta Naruto menjemputnya, karena ia tidak membawa payung. Tapi rupanya pemuda itu sedang sibuk dan ia tidak mungkin dengan egoisnya menyuruh si rambut kuning itu datang ke sini. Salahnya sendiri tidak membawa payung.
Ia mendudukkan dirinya di kursi halte dan merapatkan kaos putih yang membalut tubuh mungilnya.
Tidak mungkin ia menerobos hujan sederas ini.
"Haruno?"
Ia mengangkat kepalanya, disambut oleh surai hitam kebiruan yang begitu pas dengan cuaca mendung sekarang. "Sasuke?"
Pemuda berjaket merah-hitam itu melipat payung beningnya dan duduk di samping Sakura. "Sedang apa kau sendirian di sini?"
"Ah, aku tidak membawa payung." Gadis itu tersenyum tipis.
"Naruto bilang sedang sibuk. Jadi aku tidak mungkin memintanya menjemputku ke sini."
Sasuke memandanginya dengan kening berkerut. Naruto? Rasa-rasanya tadi ia melihatnya di kafe dengan seorang gadis. Sibuk apa dia di sana? Kencan dengan pacarnya yang lain?
"Sasuke sendiri, sedang apa hujan-hujan begini?"
Ia mengerjapkan sepasang mata hazelnutnya. "Aniki menyuruhku membeli beberapa bahan. Dia bilang ingin membuat kue. Entahlah" Mengangkat bahu.
Sakura memiringkan kepalanya untuk mengamati tas plastik yang Sasuke bawa. "Kau adik yang baik, ya?" Ia tersenyum lagi.
Sasuke hanya mendengus. "Sebenarnya dia mengancamku."
Sakura tertawa.
Kemudian mereka terdiam. Suara hujan yang deras dan klakson mobil di kejauhan menjadi latar belakang mereka. Dari ekor matanya Sasuke melirik ke arah Sakura. Hidung gadis itu memerah seperti Rudolf, begitu pula dengan pipinya. Sepasang mata emeraldnya juga terlihat memerah.
Ketika telapak tangan yang hangat itu menyentuh pipinya yang merona, Sakura menarik diri dengan terkejut dan memandangi Sasuke dengan heran. Pemuda itu menempelkan lagi telapak tangannya ke pipi Sakura. "Dingin sekali. Sudah berapa lama kau menunggu di sini?"
Sakura menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum. "Tidak lama kok."
Bohong.
Sasuke melepas jaketnya dan memakaikannya kepada Sakura. Gadis itu lagi-lagi memandanginya dengan heran. Padahal pemuda itu hanya memakai kaos hitam berlengan pendek di balik jaketnya. "Sasuke?"
"Pakai saja. Kau pasti kedinginan, sampai gemetaran begitu." Sasuke meletakkan tas belanjaannya dan melipat kedua tangannya di depan dada.
Sekarang apa yang akan dia lakukan?
Tidak mungkin pergi meninggalkan gadis ini sendiri di tengah hujan begini. Sakura juga tidak mungkin akan menelepon Naruto dan memintanya untuk menjemputnya, karena ia sudah beralasan kalau ia sedang sibuk dan gadis itu mempercayai semua perkataan pacarnya.
Sekalinya turun hujan di Kota Konoha, sederas ini ternyata. Sasuke juga tidak akan membawa payung kalau bukan karena dipaksa oleh Itachi, mengingat cuaca tadi siang yang cerah tak berawan.
"Memangnya kau dari mana, masih di luar jam segini?"
Sakura memainkan ujung jaket Sasuke. "Ada beberapa literatur yang harus kucari di perpustakaan kota untuk melengkapi tugas Fisika akhir Naruto."
Sasuke memutar bola matanya. Jadi ini tujuan Naruto yang sebenarnya? Pemuda itu terlalu gampang ditebak. Seperti warna rambutnya yang mencolok.
"Proyekmu sendiri?"
"Sudah selesai kukerjakan."
"Oh."
Percakapan mereka mati.
Dalam keadaan yang seperti ini Sasuke berharap Naruto tiba-tiba datang ke sini untuk menjemput Sakura dan membuatnya bisa pulang dengan lega.
"Ayo." Dengan sedikit memaksa Sasuke menarik Sakura untuk membuatnya berdiri dan merangkulnya, membawanya menembus hujan sepayung berdua dengan dirinya. Sakura memberontak kecil, berusaha menyingkirkan tangan kiri Sasuke dari pundaknya. Tapi ia tidak melakukan lebih dari itu, atau ia akan basah.
"Mau kemana?"
"Rumahku."
…
Ia hampir menyemburkan air mineral yang tengah ia minum saat mendengar Naruto mendeklarasikan tentang status barunya dan Haruno. Bagaimana mungkin gadis itu menerimanya begitu saja?
"Kau lihat, Sasuke? Tidak sulit mendapatkan hati gadis itu. Karena dari awal memang dia sudah menyukaiku!" Naruto memamerkan cengirannya dengan bangga.
Sasuke mengusap dagunya dengan punggung tangannya. "Kau tidak sedang bercanda kan, Naruto? Bukankah kau masih berhubungan dengan Yamanaka yang dari SMU putri itu?"
Ia terkekeh. "Akhir-akhir ini kami sudah jarang bertemu. Peraturan sekolahnya semakin ketat saja, tidak membiarkannya pulang-pergi dengan bebas."
"Dan seingatku, kau juga masih menjalin hubungan dengan Hyuuga."
Naruto tertawa, menepuk-nepuk punggung Sasuke. "Kau memang benar-benar temanku, Sasuke! Kau baik sekali mengingatkanku pada mereka semua! Bahkan aku sendiri hampir lupa, hahaha~"
"Dasar gila…"
Haruno menyukai Naruto? Yang benar saja… Gadis itu bodoh atau bagaimana, bisa jatuh cinta pada playboy seperti Naruto dan menerima pernyataan cintanya begitu saja? Menduduki peringkat kedua –setelah Sasuke- di kelas ternyata tidak menjamin semuanya. Apakah ia tidak pernah melihat bagaimana sikap Naruto pada gadis-gadis cantik dan berdada besar? Pasti waktunya hanya ia habiskan di perpustakaan saja seharian. Gadis bodoh…
Ia ingin memaki-maki gadis itu saat bertemu dengannya di kelas. Meneriakinya tepat di depan telinganya, kalau Naruto itu seorang playboy yang hanya akan mempermainkannya saja. Tapi begitu melihat gadis itu tersenyum saat bersama dengan Naruto, ia tidak bisa melakukannya. Lihat saja mukanya yang selalu terlihat pucat itu, merona merah dengan indahnya. Ia kira Haruno tidak bisa tersenyum semanis itu. Apakah memang benar semua itu karena Naruto bersamanya?
…
Mereka berjalan menembus hujan.
Tangan kiri Sasuke membawa tas belanjaan, sementara tangan kanannya memegangi payung. Sakura sendiri menyimpan kedua tangannya dengan rapi di depan, menggenggam erat tasnya. Mereka tidak bercerita panjang, hanya beberapa kali Sasuke melontarkan pertanyaan kecil. Memang benar ia dan Sakura tidak begitu dekat. Sasuke mulai berinteraksi dengan gadis itu hanya sejak statusnya berganti menjadi kekasih Naruto.
"Tadaima."
"Okaerinasai~!" Pintu rumah keluarga Uchiha terbuka, seorang pria yang memakai celemek menyambut kedatangan Sasuke dan Sakura.
"Eh, Sasu-chan membawa teman ternyata." Itachi mengedipkan sebelah matanya menggoda.
Sasuke tidak menghiraukan tingkah kakaknya dan menyerahkan tas belanjaan. "Ini semua yang kau minta. Kau duduk saja di ruang televisi, Haruno. Aku mau ke atas dulu."
Tepat ketika Sasuke menginjakkan kakinya di anak tangga pertama, ia menolehkan kepalanya kepada Itachi. "Aniki, jangan ganggu Haruno! Awas kau!"
Pemuda itu hanya mendengus tertawa dan mengangkat bahu, hingga kemudian Sasuke pergi.
"Ah, Aku Itachi Uchiha."
"Aku Sakura Haruno. Senang bertemu denganmu, Itachi-san."
"Sakura-chan, mau membantuku membuat kue?"
Sakura tersenyum. "Tentu saja." Ia pun mengikuti Itachi menuju dapur.
Itachi tersenyum dalam hati. Untuk pertama kalinya adiknya membawa teman gadisnya ke rumah. Padahal biasanya yang datang bersamanya adalah pemuda berambut kuning yang merampok isi kulkas itu. Dan ada hubungan apa di antara mereka, hingga gadis ini memakai jaket kesayangan adiknya, Itachi sendiri bertanya-tanya.
…
Saat Sasuke turun untuk mengecek bagaimana kondisi Sakura, ia mendapati gadis itu sedang asyik menghias kue dengan kakaknya. Sasuke memandanginya dari balik pintu. Seulas senyum bahagia yang selalu menghiasi wajahnya saat bersama dengan Naruto turut hadir. Ia hanya tersenyum dalam hati.
Lihat kan? Masih ada banyak hal selain Naruto yang bisa membuatmu tersenyum.
"Kau sudah lapar, Sasu-chan?"
Sakura menolehkan kepalanya dan senyum itu memudar sedikit, kemudian mengembang lagi saat ia menganggukkan kepalanya ke arah Sasuke dan bertemu pandang dengan sepasang mata onyx itu.
"Kelihatannya kalian berdua asyik sekali membuat kue." Ia berjalan ke arah mereka dan mencolek sedikit krim coklat terlihat begitu lezat itu, menjilatnya.
"Sakura-chan memberitahuku cara membuat krim coklat selezat itu! Ternyata penambahan margarin membuat rasanya lebih enak!"
Sasuke mengangkat kedua alisnya. Sakura-chan?
"Jadi, apa saja yang kalian bicarakan selama aku pergi?" Sasuke bersandar pada konter dan mengamati Sakura dan Itachi menghias kue coklat itu dengan irisan strawberry.
"Aku baru tahu kalau kau memakai memakai piyama bermotif tomat untuk tidur."
Sasuke hampir terpeleset jatuh mendengarnya. "Aniki! Apa saja yang kau katakan pada Haruno?"
Laki-laki itu tertawa kecil. "Sasu-chan tidak bisa tidur kalau tidak memeluk guling kesayangannya yang sudah lapuk dan bulukan!"
"Dan kau masih sering mengompol saat berusia 12 tahun." Kompak sekali kakaknya dan Sakura menertawakannya.
Sasuke memasang muka tidak senang. Tapi melihat bagaimana Sakura tertawa sebegitu lepasnya entah kenapa membuat dadanya terasa sesak. Ia pun tersenyum tipis.
…
"Terima kasih sudah mengantarku, Sasuke. Terima kasih untuk semuanya. Maaf sudah merepotkanmu," Gadis itu tersenyum. Ia berdiri di teras rumahnya sementara Sasuke berdiri di trotoar yang lebih rendah 4 anak tangga darinya.
"Terima kasih sudah membantu Itachi. Kurasa dia senang sekali karena ada yang membantunya memasak seperti tadi."
"Aku juga senang bisa membantunya. Mempunyai kakak seperti Itachi-san pasti sangat menyenangkan."
Sasuke sweatdrop, tidak begitu setuju dengan perkataan Sakura barusan.
Mereka berdua terdiam.
Waktu menunjukkan pukul 9 malam dan hujan sudah berhenti sejak tadi. Meninggalkan tanah beraroma segar yang menentramkan. Awan mendung sudah tidak ada dan langit Kota Konoha malam ini pun cerah berbintang.
"Ano- aku akan masuk sekarang. Kau bisa pulang, Sasuke." Sakura membalikkan badannya untuk membuka pintu. Saat itu Sasuke menaiki anak tangga dan meraih pundaknya. "Tunggu-"
Gadis itu memandangi tangan Sasuke di pundaknya. Di atas jaket hitam-merah Sasuke.
"Oh iya, jaketmu." Ia menarik resletingnya turun.
"Tidak, bukan itu!" Sasuke menghentikannya, otomatis menggenggam tangan Sakura yang dingin.
Ia menepis tangannya perlahan.
"Sasuke." Ada isyarat peringatan pada nada bicaranya.
Sasuke menarik tangannya. "Ada yang ingin kukatakan padamu, Haruno."
Alisnya terangkat ke atas.
"Kau- kau yakin dengan semua ini? Tentang kau dan Naruto?"
"Apa maksudmu?"
Pemuda berambut hitam kebiruan itu memandangi sepasang mata emerald Sakura dalam-dalam. "Kau tahu, kan? Naruto- playboy? Aku hanya tidak ingin dia mempermainkanmu." Ia mengangkat bahunya.
Sakura terdiam.
Ia mengerutkan keningnya, mukanya terlihat tidak senang. "Dan kau mengatakan sesuatu yang buruk tentang temanmu sendiri? Apa kau pantas disebut sebagai teman? Terima kasih karena kau sudah mengkhawatirkanku, tapi aku tidak memerlukannya. Selamat malam."
Dia membuka pintu dan menutupnya dengan cepat, tepat di depan muka Sasuke.
Memejamkan matanya, Sasuke menghela nafas panjang.
Apa yang sudah ia lakukan?
Apa kau pantas disebut sebagai teman?
Seharusnya aku yang bertanya, apa orang seperti Naruto pantas menjadi kekasihmu? Gadis bodoh.
Sasuke menggeram kesal dan membalikkan badannya, pulang ke rumah.
