Disclaimer : Deathnote punya om TO kuadrat
Warning : saya nggak tau apa itu OOC, dan kawan-kawan.. oleh karena itu, bantu saya senior ! fanfic yang penuh ke-gejean, ke lebay-an, ke tidak nyambungan,,
Pairing : MelloxMatt.
Hai, perkenalkan, saya pearl, sebagai author baru di sini.
Ini adalah fanfic pertama saya, maklum kalo jelek, masih amatiran. oleh karena itu, saya mohon para senpai sudi mengajari saya. m(_,_)m
R n R yak ! wajib ! Langsung aja deh, cekidot cekidot..
I'm not a girl !
Sinar matahari yang merembes (?) dari balik jendela membuat Mello terbangun dari tidur panjangnya (ditodong pistol sama Mello) oke..oke.. saya ganti, dari tidur malam yang indah dan anggun. Mello melihat hal yang sama tiap pagi yaitu Matt yang bertelanjang dada masih tertidur di sampingnya. Pemandangan yang indah bagi Mello (bagi saya juga kok) hingga membuat senyum tersungging di bibirnya. Matt, pemuda tampan yang telah resmi menjadi kekasihnya setahun terakhir.
Mello berjalan terseok-seok plus ngesot *ditonjok* kearah pintu di pojok kanan ruangan kamar tidurnya, singkatnya kamar mandi. Hari ini Mello merasakan hal yang 'aneh' ditubuhnya. Kaus putih yang biasanya longgar, sekarang menjadi 'sedikit' (baca : sangat) ketat, terutama dai bagian dada. Dadanya terasa sesak, bahkan terasa berat untuk dibawa (?). Mello menatap bayangan dirinya di cermin kamar mandi diatas wastafel. 'sungguh wajah yang sempurna, tak salah Matt memilihku sebagai uke-nya..huahahaha' batin Mello dengan narsisnya dan bergaya ala pahlawan bertopeng.
"Ohoh Mihael Keehl.. wajahmu tampan sekali" ucap Mello sambil mengelus pipinya yang mulus tak bercacat. "lihatlah matamu yang indah, hidung macung, sungguh anugrah terindah dari yang kuasa" *author kejang-kejang*Mello meneruskankan kenarsisannya sambil memasang wajah ter nista, eh wajah terganteng yang sebenarnya nggak jauh-jauh dari kata buruk.
"lihatlah tubuhmu Mello.. sempurna" narsisnya masih berlanjut, dan kali ini Meloo memegangi tubuhnya yang langsing dan atletis. Sepertinya Mello tidak sadar ada bagian tubuhnya yang sedikit aneh dari hari biasanya.
"lehermu jenjang.. sungguh indah" (apaa? Masih berlanjutkah?) Mello memegang lehernya sambil berpose erotis.
"dan dada ini.. besar sekali.. sungguh seksi ! waaw" (hentikan! Sudah cukup Mello.. saya sudah muntah-muntah dari tadi Dx.) *Mello : terserah gue ! bosen idup ye lo?* (whoa.. ampuun ! –lari terbirit-birit-).
Dan.. balik ke cerita. Eh, tapi. Apakah para readers tidak merasa aneh dengan kata-kata ''dada ini.. besar sekali.. sungguh seksi ! ". YAP! Benar sekali Mello adalah seekor cowok ! bukannya cowok nggak punya dada ya!. Oke oke.. bek tu Mello
Mello masih memandangi tubuhnya yang *katanya* seksi abis yahud syalala demdemdem. Mello yang mulai sadar dengan keganjilan yang melanda tubuhnya langsung terdiam. Ia meraba bagian dadanya. Matanya melebar, mulutnya terbuka, alisnya naik 20 cm keatas, tubuhnya gemetaran (bayangkan sendiri bagaimana jadinya). Mello masih terdiam
1 menit….
2 menit….
3 menit…..
4 menit…..
5 menit…..
"UAPAAA? WHAT THE F*CK! BENDA APA INI YANG NEMPEL DI BADAN GUA?" Teriak Mello yang tau-tau bawa toa dari masjid sebelah rumah author. Teriakan Mello sukses membuat Matt yang sedang bermimpi mimpi dalam mimpi mimpinya terbangun dari mimpi mimpinya mimpi *halah* dan budeg mendadak. Matt langsung berlari pontang-panting ke arah sumber suara teriakan , namun karena nyawa Matt masih belum ngumpul semua tidak terasa kakinya nabrak meja kecil di samping tempat tidur, tangannya tidak sengaja menyenggol lampu meja di atasnya, Matt terjatuh ke lantai karena nggak sengaja nginjek bungkus cokelat yang dibuang Mello tidak pada tempatnya. kepalanya terbentur PS yang berada di lantai. "aauww.. sakeet !" umpat Matt. Dan sekarang ada 2 orang gaje yang teriak-teriak di dalam apartemen mewah. Suaranya benar-benar nyaring ! bahkan sampai kedengaran sampai rumah author.
(kalo gini ceritanya bakal lama nggak selesai-selesai, oke. Karena itu langsung di skip aja waktunya)
*SKIP* 1 jam kemudian
"Mells ? ada apa?" Matt membuka pintu kamar mandi dengan lemah gemulai, terlihat benjolan di kepalanya. Mello yang dari 1 jam lalu teriak-teriak gaje, sekarang sudah tidak ada suaranya lagi. Bukannya diam, tapi suaranya udah habis. Dan yang terlihat sekarang Mello sedang mangap-mangap sambil memegangi dadanya yang membesar. Matt langsung lemes ketika melihat tonjolan yang tidak biasa ia lihat dari tubuh seksi Mello (hoeek)
"Mello, kamu nyolong itu dari mana?" ucap Matt sambil menutup kedua matanya dengan tangan kanannya dan tangan kiri menunjuk 'benda' di dada Mell. Dan dalam sepersekian detik bogem mentah melayang ke pipi Matt. Dan (jreng jreng) Matt terkulai lemas tak berdaya. Dan jatuh ke lantai (Tidaak ! Matt ! jangan matii *author digotong rame rame sama readers ke RSJ*)
"Gua kagak nyolong Mattt ! Sumpah demi 1000 bebek beranak gua kagak nyolong ! huweeee tiba tiba aja benda ini nempel dan hiks.. aku nggak tau… hiks ak-" Gyuut.. tangisan Mello terhenti ketika tubuh jangkung Matt memeluknya dan author langsung nosebleed mendadak. Huwee.. tissue.. tissue..
"jangan pernah sekalipun kau menjatuhkan air matamu Mells" ucap Matt plus member kecupan di puncak kepala Mello. Mello blushing mendadak.
"ta..ta.. tapi, aku harus bagai mana.. hiks.." Mello yang makin terisak-isak layaknya perempuan *ditodong golok sama Mello*
"psssttt .." Matt menempelkan jari telunjuknya ke bibir Mello sambil tersenyum (KYAAA.. IMUUT :3)"jangan berkata apapun lagi.. aku akan pasti akan membantumu, jangan menangis, hapus air matamu Mells" kata-kata mutiara yang berhasil menyihir Mello. Mello hanya manggut-maggut dan mengusap airmatanya.
"lalu?" Mello mengambil suara
"ya?" jawab Matt dengan senyuman lagi *nosebleed*
"aku harus apakan benda ini?" Tanya Mello plus memegang kedua benda asing di dadanya.
"hmm.. kita bawa ke pakarnya !"
"eh?" Mello hanya bengong
Matt tersenyum sambil mengacungkan jari tengah.. eh salah.. ibu jarinya kepada Mello. Mello yang nggak ngerti apa-apa Cuma ngikutin aja rencana sang yayang yang sekarang semangatnya udah berkobar.
Sesak.. berat.. susah bernafas.. keringat Mello mengucur deras, yang gedenya udah menyamai biji duren (?). Mello berusaha menutup resleting baju hitam ketat yang biasa ia pakai. Sudah hampir 30 menit usahanya menutup resleting bajunya, namun usahanya nihil. "Shit ! benar-benar nggak muat ya" umpat Mello dengan tetap mencoba (maksa bener ini orang)
1 menit kemudian
"Uuugh.. susaah baaangeet sih, dada sialan"
2 menit
"ayo ayo.. separo lagi, brengsek !"
3 menit
4 menit
"YATTA ! Berhasil.. berhasil.. berhasi… I can do it !" tiba-tiba Mello teriak teriak kayak orang kesurupan plus gaya berhasilnya Dora.
Namun, resleting yang dipaksakan itu mulai menekan dadanya dan mulai membuat Mello susah mengambil udara. Mello megap megap. "Shit !" umpatnya. Mello udah kayak cacing kepanasan yang mengeliat liat. Paru parunya seakan terbakar, meronta minta oksigen. "MATT.. TOLONGIN SAYAAA" terdengar suara Mello yang meraung raung seperti macan kelaparan. "MAMAAAT.. Tolong Matt.. Huweeee.. Uhuk.. uhuk.. kagak bisa napas" Teriak Mello lagi plus guling guling di lantai.
"Mello.. kenapa kau teriak-teriak?" Matt yang tiba-tiba nongol dari balik jendela. Matt bengong melihat beberapa pemandangan tragis, diantaranya yaitu :
1. Mello berada di lantai sambil guling-guling plus tarik-tarik rambut
2. Atasan pakaian yang dikenakan Mello terlihat sangat ketat (terutama bagian dada)
3. Mello belum pake celana (kyaaaa !)
4. Mello sedang mangap-mangap kayak ikan koi
Matt masih bengong, sampai 5 menit melihat pemandangan itu Matt tetap bengong. (WOI MATT, TOLONGIN YAYANGMU ITU LO, DIA NGGAK BISA NAPAS! CEPETAAN ! KEBURU MATEK ITU MELLO!)
Matt yang tersadar dari bengongnya gara-gara di triakan author dari atas, langsung mengambil langkah seribu, menyelamatkan Mello ! dengan sigap Matt membuka resleting atasan baju Mello yang jadi penyebap Mello jadi kejang-kejang seperti ini. Setelah resletingnya dibuka, Mello langsung batuk batuk, napasnya memburu, pendek-pendek dan bla..bla..bla.. lainnya untuk mendiskripsikan keadaannya sekarang.. Mello udah sedikit tenang, hampir saja ia mati kehabisan napas gara-gara baju ketat bikin sesak napas.
"Buset dah.. gua heran deh, kenapa cewek-cewek betah bawa barang ini kemana-mana." Umpat Mello yang napasnya masih tersengal. Plus memegangi dadanya (yang membesar itu *plak*)
"Kau tak apa Mells?" Tanya Matt penuh ke khawatiran, "jangan kau paksa pakai baju itu lagi Mello, aku akan mencarikan yang lainnya, aku tak ingin kau mati kehabisan napas" lanjut Matt. Matanya mulai tergenangi air.
Mello tersenyum, lalu bangkit dan memegang pipi Matt dengan sebelah tangannya. "terimakasih Matty"
Matt blushing
Mello blushing
Author juga blushing
Sempat terjadi keheningan beberapa detik, sampai suara Matt memecah itu semua "Mello, aku akan mendandanimu" ucap Matt yang langsung menggedong Mello ala bridal style ke kamar.
"UAPAAA? BRENGSEK LU YE MATT ! MENTANG-MENTANG SEKARANG GUE PUNYA DADA KAYAK CEWEK, BERANINYE LO KASI PAKAIAN LOLITA KE GUA!" Mello teriak-teriak gaje plus kuah yang muncrat kemana-mana, untung saja Matt bawa jas hujan plus google yang jadi pelindung matanya biar nggak kena semprotan kuahnya Mello
"LO UDAH BOSEN IDUP YE? GUE MASIH COWOK TULEN TAU!" Mello marah-marah sambil nodongin pistol ke kepala Matt plus ngacungin jari tengah tepat di depan wajah Matt dengan ekspresi wajah beringas (satu alis kanan naik, satunya turun, mata menyipit, pipinya menggembung, mulutnya dimanyunkan 3cm dan sedikit berkedut di pojok kanan atas, hudungnya kembang kempis, sungguh diskripsi yang aneh untuk sebuah wajah beringas).
"ampun.. tapi Mells, kau cantik sekali berdandan seperti ini, suer dah!" Matt membela diri
"BULSIT APE LO BILANG ? CANTIK? Matty, gue cowok.. please deh, bakal di ketawain kalo pake beginian!"
"Demi tuhan Mells, kau cantik sekali, lagipula, takkan ada yang tau kau laki-laki, dengan dada sebesar itu" Lagi-lagi.. sebuah kata sihir yang membuat Mello tak berdaya. Finally, Mello mau pake baju Lolita yang Matt pinjam dari Misa.
"Kau cantik Mells, sempurna" sihir untuk yang ketiga kalinya ! Matt mendekap tubuh Mello dari belakang, dan tentu saja hal ini sukses membuat Mello blushing ditempat.
Mello masuk kedalam camaro merah milik Matt yang selama ini bertengger di garasi rumah mereka. Mello sedikit merinding kedinginan karena Lolita yang di pakainya mini sekali, berenda, dan gatal. Terlebih ketika Matt merayu Mello agar mau memakai sepatu high heels yang tingginya 1 meter *plak*. Awalnya Mello menolak, bahkan sempat menodongkan pistol ke kepala Matt. Tapi, jurus puppy eyes Matt terlalu ampuh, dan (jreng..jreng) Mello kalah lagi. Huahahaha (tawa laknat)
"Matt, memang pakar benda beginian itu siapa sih?" Tanya Mello pada yayangnya plus mengunyah cokelat yang dari tadi hampir ia lupakan, gara-gara sibuk dengan dada barunya (?)
"Entahlah, aku sendiri juga tidak tau" jawab Matt polos. Mello sweatdrop. "yang jelas, pekerjaannya adalah sebagai dukun" lanjut Matt dengan wajah tanpa dosa.
"hah? Lo mau bawa gue ke dukun beranak? Gila lo Matt.." Ucap Mello sambil berlebay-ria
"tentu tidak Mells, aku akan membawamu ke dukun berdada (?)" sungguh jawaban yang gaje dan tidak masuk akal. Mello plus author sweatdrop.
Melihat Mello bengong, Matt mulai mengeluarkan jurus sihirnya lagi "Percayalah padaku Mells, aku takkan pernah mencelakaimu" Matt ngomong gitu plus senyum maniiiis buanget gitu loh. Dan Mello pun blushing plus nunduk saking malunya.
Matt mengerem camaronya, dan membanting setir kearah kanan. Perlahan di angkatnya dagu Mello. Wajah Mello yang memerah membuat Matt terkekeh. Kening Mello berkerut, seakan sedetik kemudian ia akan mengumpat 'diam kau'. Tapi terlambat. Bibir Mello sudah dilumat oleh Matt. Mello memejamkan matanya, menikmati permainan yang dilakukan Matt. Menari di dalam rongga mulut Mello. Lidah Matt mengabsen satu persatu gigi Mello. Beberapa detik kemudian Matt melepas ciumannya terhadap bibir Mello.
Matt menjilat bibir bawahnya "bibirmu manis Mello" ucap Matt dengan datar. Tentu saja bibirnya manis, Mello tidak pernah seharipun tak makan cokelat. Cokelat sudah menjadi candu baginya, sama seperi keberadaan Matt. Matt memegang pipi Mello dengan kedua tangannya. "boleh aku menciummu lagi, Mells?" Tanya Matt dengan penuh harap. Matanya sayu memandang Mello. Mello tak menjawab, ia memejamkan matanya seakan menjawab dengan kata "ya".
Matt tersenyum penuh kemenangan. Di kecupnya perlahan bibir Mello yang sudah basah karena ciuman pertamanya tadi. Lidah Matt bergerak liar masuk kedalam mulut mungil Mello. "uhmm.." Mello mendesah pelan. Jantungnya berdebar cepat sekali, seakan sebentar lagi akan melompat keluar. Matt memiringkan wajahnya untuk memperdalam ciumannya.
Kali ini sepertinya Mello butuh oksigen untuk paru-parunya. Ia berusaha melepaskan bibir Matt dengan paksa. Namun usahanya sia-sia karena Matt sudah mencengkram lengan Mello sehingga ia tak bisa bergerak bebas. Mello mengeliat, ia tak bisa bernapas. Mello memukul dada Matt agar Matt mau melepasnya. Tapi, yang di lakukan Mello makin membuat Matt semakin bersemangat untuk menyerangnya.
Mello merasakan napasnya sudah di ujung tanduk. Oksigen, 'oksigen.. aku butuh oksigen BODOH !' Mello menendang tubuh Matt dengan kakinya yang berhasil membuat Matt Menjauh dari tubuh Mello.
"Brengsek kau Matt, hampir mati aku !" ucap Mello terengah sambil memegangi dadanya yang sesak. Matt terkekeh, kemudian menginjak gas mobilnya.
"aku lapar Mells," balas Matt plus menjulurkan lidahnya.
"sinting !" umpat Mello yang kemudian menggigit cokelatnya.
Matt Cuma cengar cengir.
Duo MM sudah sampai di depan rumah dukun yang akan menyembuhkan benda aneh si tubuh Mello. Camaro merah milik Matt masuk kedalam pagar tembok cina (?) bukan, pokoknya pagarnya tinggi deh, hingga memasuki tempat berumput yang biasa disebut halaman depan. Matt memperlambat jalan mobilnya, karena sudah memasuki kawasan rumah orang. Mata Mello beredar ke halaman rumah yang sangat amat super duper luas ini.
Ada banyak bunga putih yang menghiasi di setiap sudut halaman. Ada patung raja-raja Yunani kuno di yang berukuran besar disana. Di samping patung ada aliran sungai buatan yang meliuk, dan danau kecil berukuran kira-kira 2000x3000 meter, dan sekarang danau itu penuh dengan gajah yang lagi mandi plus menggosok punggung gajah lainnya. Mello dan Matt sweatdrop .
Ada pagar besar berwarna hitam yang tergantung kertas bertuliskan "kawasan Afrika ". Matt memacu camaronya memasuki kawasan Afrika tersebut, dan apa yang mereka lihat? Hewan-hewan khas Afrika sedang asik ber-hip hop-ria di iringi music dari DJ yang nggak lain adalah seekor Unta berkacamata hitam. Matt dan Mello sweatdrop ronde kedua.
Lagi lagi ada pagar besar, tapi kali ini tulisan di kertasnya adalah "kawasan Asia". Mari kita lihat apa yang ada dibalik pagar. Dan ternyata saudara-saudara, ada sekumpulan panda yang lagi adu poker. Para panda itu tak lupa memasang poker face plus wajah bringas. Burung Cendrawasih yang lagi menikmati spa plus jus lemon di sayapnya. Double M sweatdrop ronde ketiga.
Sekali lagi pemirsa, ada pagar besar yang membatasi kawasan Asia dan, kawasan PURBAKALA ? waw.. oke.. segera kita lihat kawasan purbakala.. cekidot.. dan ternyataa.. (jreng..jreng) ada 2 tyrannosaurus yang diketahui berkelamin jantan itu sedang ber -piip- ria di atas kasur batu. Waw.. pasangan YAOI yang fantastic! Double M sweatdrop stadium akhir karena disuguhi pemandangan aneh bin gaje. Dan sekarang, di depan mata mereka.. ada sebuah rumah putih yang nggak lain adalah rumah dukun berdada. Mello menelan ludahnya. Gugup? Tentu saja.
Mello tak hentinya menelan ludah yang sudah hampir kering. ekspresi gugup yang jelas terpampang di wajahnya. Mello menggeser badannya supaya lebih dekat dengan Matt yang sejak dari tadi sibuk dengan selingkuhannya (baca : PSP). "Matt" suara Mello memecah keheningan.
"Hng?"
"mana dukun berdadanya?"
"mungkin sebentar lagi Mello, bersa-" Matt menghentikan kalimatnya ketika melihat seseorang keluar dari ruang dalam. Kulit pucat, rambut putih, albino, piyama kebesaran, gundam ditangan kanan, keong racun di tangan kiri (halah), dan jubah putih yang menutupi piama lusuhnya. "Near?" teriak double M serempak. Sedangkan Near, hanya memasang ekspresi datar ketika melihat teman-teman lamanya.
"sejak kapan kau ganti profesi sebagai dukun ?" Tanya Mello dengan kadar ke-lebay-an yang tinggi.
"sejak kasus kira selesai aku pecahkan, Mello" jawab Near datar. "kau sendiri? Sejak kapan kau punya benda ini plus pake baju Lolitanya Misa?" sambil pegang-pegang dada Mello. Dan seketika itu juga Mello merasa marah ! terhina ! ciaaatt !
Mello yang udah mau nyemprot lava panas dari ubun-ubun langsung ditahan oleh yayang tercinta, Matt. "jadi, sebenarnya begini Near.. tadi pagi Mello bangun dari tidur, lagu.. bla..bla..bla.. bla dan selanjutnya.. bla..bla..bla kemudian aku bla..bla..bla..bla dan akhirnya kami memutuskan bla..bla..bla" Matt menjelaskan kronologisnya panjang lebar tinggi volume dan luas permukaan (?). Near hanya manggut-manggut.
"jadi, kami kesini ingin konsultasi tentang dada Mello yang tiba-tiba membesar, apakah penyakit ini bisa disembuhkan mbah Near" Tanya Matt menghayati (?)
Near terdiam, Matt diam juga, Mello Mengunyah cokelat. Terjadi keheningan beberapa saat. "haah.." Near menghela napas, sepertinya ia habis berpikir keras, terbukti dari rambutnya yang semakin memutih (kayaknya dari dulu udah putih deh).
"Entahlah Mello, aku sendiri juga tak tau apa jalan keluar untuk penyakitmu ini" Jelas Near sambil menggelung rambutnya. "bagaimana kalo kita Tanya pada seniorku di dalam " sambung Near.
Matt, Mello berjalan masuk mengikuti Near. Mereka bertiga berjalan kedalam dikejutkan dengan beberapa ruangan aneh dan nggak penting untuk rumah seorang dukun berdada. Contohnya : salon kecantikan, gym, bar, hotel bintang kejora (?), kandang sapi dan ternak lainnya. Matt dan Mello cengo.
Tok..tok..tok.. sebuah pintu besar diketuk oleh Near, yang tidak lain adalah pintu menuju ruangan senior dukun berdada. Mello menelan ludahnya, seharian ini Mello jarang terlihat sedang makan cokelat, sudah lupa kalii yak? (Mello : banyak bacot lu author)
Pintu ruangan terbuka, terlihat seorang pemuda yang sedang duduk, atau lebih tepatnya jongkok di kursi ala bangsawan. Memakai jeans biru yang pudar, dan kaus putih lengan panjang , plus jubah hitam menghiasi pundaknya. Pemuda itu sedang menikmati secangkir the yang banyak gulanya, atau lebih tepatnya gula yang banyak tehnya. Dan seporsi kue di piring kecil. Pemuda itu mengambil garpu hanya dengan menggunakan jari telunjuk dan jempolnya. Inikah senior dukun berdada itu? YAP ! betul sekalii.. (author bersorak gaje)
"eeh.. Abang eeL" sapa Mello dengan akrabnya "kok disini? Abang ganti provesi juga kah? Sejak kapan?" lanjutnya
Pria yang dipanggil L itu hanya tersenyum yang terkesan maksa "iya, sejak berakhirnya kasus kira, karena Light mau bertobat, akhirnya saya di jadikan uke dan dipaksa alih provesi jadi dukun berdada" jawab L sambil menyeruput gulanya (?).
Matt yang merasa fanfic ini sudah terlalu berbelit-belit langsung angkat bicara "L, tolong sembuhkan Mello, bisa kau periksa dia sekarang?" Tanya Mamat dengan wajah dua rius.
L mengangguk pelan. Dan sesi pengobatan pun dimulai.
"Mello, bisa kau jelaskan padaku bagaimana kronologis kejadiannya" Tanya L yang sedang jongkok di kursi. Di depannya sudah ada berbagai kemenyan dan air kobokan, sama seperti dukun lainnya.
"jadi, tadi pagi saya bla…bla..bla..bla.. lalu melihat bla..bla..bla.. dan juga.. bla.." (author males ngetik, pokoknya intinya sama kayak yang diatas.. hehehe *tampoled*)
L manggut-manggut seakan 'sok' ngerti. "lalu, kemaren malam sebelum tidur makan apa?" Tanya L yang kayaknya udah mulai serius
"Cokelat" Jawab Mello innocent.
"hanya itu?"
"che, kau tak percaya L?"
"lalu, apakah semalam kau melakukan -piip- dan -piip- dengan Matt? "
"itu kebiasaan rutin kami L"
"lalu, semalam kau tidur dengan menggunakan baju berwarna apa?" Tanya L lagi, kok kayaknya ini udah mulai ngelantur.
"putih"
L manggut-manggut, kemudian menaburkan bunga disekitar tempat Mello bersimpuh (namanya juga dukun). Kemudian L menarik napas panjang, "kurasa aku tau apa penyebapnya, Mello"
Mello langsung menegang, Matt yang dari tadi konsentrasi dengan PSPnya langsung buyar ketika L mengumumkan hal yang dari tadi sudah ditunggu olehnya.
L berkata "Mello"
Mello menjawab "ya" sambil harap-harap cemas.
"kau"
"ya?"
"terkena OC alias overcokelat yang mengakibatkan perubahan pada tubuhmu, menjadi tubuh wanita. jika kau makan cokelat sekali lagi, mungkin kau akan jadi wanita seutuhnya"
Semuanya terdiam. Pada bingung dan Tanya 'KOK BISA?'. Dan jawabannya adalah.. terserah author dong mau bikin yang kayak gimana. Huahahahaha ! tawa laknat memenuhi layar anda.
"lalu, bagaimana cara mengembalikan Mello seperti sedia kala L?" Tanya Matt dengan wajah cemas. "apakah Mello harus memuntahkan kembali semua cokelat yang telah ia makan?" sambung Matt dengan wajah tanpa dosa.
"tidak bisa Matt, tak ada cara" jawab L sambil memainkan jemarinya ke bibir bawah.
Mello yang shock Cuma bisa terdiam sambil memilin renda baju lolitanya. Matt makin prihatin dengan keadaan kekasihnya. Matt menggenggam erat tangan Mello yang terasa dingin, ia tak pernah melihat seorang Mihael Keehl begitu ketakutan seperti ini.
"apakah tidak ada cara? Cara apapun akan kulakukan" ujar Matt bersungguh-sungguh
"benarkah?" jawab L santai
"ya!"
"bahkan jika harus mengorbankan nyawa?" tantang L.
Matt berpikir sejenak, ia menoleh ke arah Mello yang masih ketakutan. 'cinta, aku mencintai Mello, apapun akan aku lakukan'. Ia menggenggam tangan Mello lebih erat, seakan tak mau melepasnya walau hanya sedetik. Matt menghirup banyak oksigen dan melepasnya, bersamaan dengan keluarnya suara dari tenggorokan Matt yang membuat semua (termasuk saya) tercekat.
"Ya.. L, aku bersedia"
Tu Bi Kontinyu
Fiuuh (ngelap ingus)..
Fanfic pertama saya, yang jauh dari kata bagus..
Oleh karena itu saya mohon review yah ! 8D
1 review anda menyumbang 1000 semangat saya, terimakasih sudah mau baca.
P e a r l
