Knb bukan milik Eqa. got it memorized?
.
.
The Story : Begin and The End
.
.
.
Summary : Dia muncul didepanku, hanya untuk menceritakan sesuatu yang tidak gadis kecil itu mengerti. Dia muncul di depan remaja itu, hanya untuk membantunya menulis akhir dari kisahnya. Dan Mereka muncul dihadapan kami untuk membimbing kami pada takdir kami. AkaKuro! AkafemKuro!
.
.
warning!
King!Akashi, Assasin!Kuroko, GrimReaper!Mayuzumi Fem!Kuro, OOC, Alur kemana-mana, bahasa ajaib dan gak nyambung serta typo(s) bila ada? YAOI, Plot twist, sudut pandang berubah secara dadakan tanpa penanda.
Note : disini Akashi versi Teiko/remaja labil (?) ditulis sebagai Seijuurou. Sedangkan versi dewasanya ditulis Akashi
.
.
pairing : older!Akakuro, younger!AkafemKuro
.
.
(tokoh utama pertama)
Dia adalah pemuda berambut sewarna langit.
Berwajah datar dan selalu menampakkan sifat tenangnya
Ia menyayangi anak-anak dan sering bermimpi untuk membagikan pengetahuan dan kasih sayang pada mereka yang tidak pernah sekalipun ia dapatkan saat masih belia.
Di zamannya, Ia merupakan salah seorang pegawai pemerintahan yang dibawahi langsung oleh sang Kaisar.
Menulis dan membaca tumpukan perkamen merupakan tugasnya
Dan kinipun walau bukan zamannya, ia tetap menulis dan membaca semua perkamen-perkamen itu
Walau yang ia tulis bukanlah sesuatu yang menyangkut politik ataupun ekonomi. Ia tetap menorehkan seluruh tintanya dan perasaannya dalam kumpulan perkamen.
Dan pemuda itu bernama, Kuroko Tetsuya.
.
.
.
.
(tokoh utama ke-dua)
Dia gadis kecil bersurai langit yang pendiam
Ia hanya mengeluarkan pendapatnya bila ia mendapatkan hal yang menarik
Wajahnya datar dan sering terlihat bosan
Diusianya yang relative muda, ia sudah mengetahui pahit dan manisnya kehidupan melalui sebuah buku
Dizamannya, hidupnya sangat monoton dan selalu membaca berbagai kisah dan sejarah dunia dengan membaca sebuah buku
Ia selalu berharap bila kedamaian dunia haruslah berjalan seperti demikian
Dan nama gadis tersebut ialah Kuroko Tetsuna
.
.
.
(tokoh utama ke-tiga)
Dia pria yang sangat berkharisma
Surai merah terang serta tatapan yang sangat serius membuat para wanita akan terjerat olehnya
Dizamannya, ia merupakan Raja yang memimpin sebuah kerajaan yang sangat luas nan kuat.
Tetapi tetap saja semua itu bukanlah mimpinya. Bukanlah sebuah mimpinya bila harus mendekam dan menulis sebuah perkamen-perkamen Negara di ruangannya
Bahkan sering kali ia merasa bahwa ia ingin menjelajahi dunia kembali
Dan walau ini bukanlah zamannya lagi, ia tetap menulis perkamen-perkamen putih dengan tintanya
Dan nama pria itu adalah Akashi Seijuurou
.
.
.
(tokoh utama ke-empat)
Dia merupakan remaja biasa.
Dia remaja yang merasa dunia terlalu monoton untuk keabsolutannya
Dizamannya, seluruh orang bahkan menuruti semua titah sang remaja bersurai merah tersebut.
Ia berharap menemukan warna dalam kehidupannya
Dan nama remaja itu juga Akashi Seijuurou
1. Pertemuan Pertama
"Sudah sampai mana aku bercerita padamu, Tetsuna?" ucap pemuda bersurai biru langit kepada seorang gadis kecil dengan surai senada dengan sang pemuda. dibukanya lembar demi lembar buku yang ia bawa sendari tadi. sang gadis kecil, hanya menatap sang pemuda itu dengan datar sembari duduk manis diseberang sang pemuda itu duduk, ia turut mendengar lantunan kisah yang diceritakan oleh sang pemuda.
"aku tidak mengenal siapa ayahku sejak aku terlahir di dunia"
"aku tidak mengetahui dimana aku dilahirkan"
"bahkan, aku tidak mengenal siapa wanita yang melahirkanku ke dunia ini."
"aku tidak mengetahui apakah aku memiliki seorang saudara atau tidak"
"diingatanku, jauh dari lubuk hatiku... aku dapat mengingat wangi dari hutan dan hamparan rumput yang begitu luas"
"mungkinkah itu satu-satunya kenangan tentang tempatku berasal? aku tak tahu"
"suatu hari, beberapa orang dewasa datang dan membawaku pergi kesuatu tempat yang gelap."
"ini adalah kisah dimana aku harus mengetahui semuanya"
"kau terhenti disana" ucap sang gadis kecil dengan suara datarnya. Pemuda yang tengah membacakan cerita itu memancarkan senyumnya sembari melanjutkan ceritanya.
"baiklah, kita lanjutkan ceritanya." ucap sang pemuda itu
Nama Pemuda itu Kuroko Tetsuya dan ia berkata bila ia adalah seorang pegawai pemerintahan sebuah kerajaan di zaman yang bahkan dirinya sendiri tak ingat. Tetapi, dilihat dari penampilannya yang sederhana tanpa kemewahan serta aura yang menenangkan di balik wajah datarnya membuat sang gadis kecil percaya bila pemuda di hadapannya merupakan orang yang baik. Sejak ia muncul di hadapan sang gadis kecil, ia selalu membacakan sebuah cerita yang bahkan tidak dimengerti secara menyeluruh oleh sang gadis kecil itu. tetapi, sang gadis paham betul, bila inti dari kisah yang diceritakannya merupakan sebuah kisah yang menceritakan tentang kehidupan seorang bocah lelaki.
hanya saja, sang gadis kecil ini tidak mengerti. kenapa pemuda didepannya melakukan semua ini terhadapnya? sedangkan dirinya sendiri tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya. duduk disebuah kursi sedangkan disekelilingnya merupakan hamparan padang pasir nun luas
"Rasanya begitu hampa berada di tempat itu."
"yang tercium oleh indra penciumanku hanyalah bau anyir darah"
"dan indra pendengaranku hanya mendengar jeritan pilu dari orang lain"
"Hingga aku tersadar bila aku sudah terjerumus pada dunia yang begitu gelap"
"dan menganggap kebahagiaan adalah sesuatu yang fana"
"mereka selalu mengatakan hal yang sama padaku"
" mereka mengatakan 'kau adalah monster pembunuh' "
"dan 'bunuhlah mereka dan kuizinkan kau untuk hidup' "
"membunuh atau dibunuh"
"aku belajar bila aku akan tetap hidup bila aku membunuh manusia"
Tetsuya mengadahkan kepalanya keatas dan menatap langit yang telah menunjukkan malam. ah, Tetsuya tersenyum kembali sembari menutup bukunya.
"untuk hari ini, sepertinya cukup"
"eh? tapi ceritanya—"
"kita akan lanjutkan cerita ini esok hari" jelasnya lalu mengusap rambut sang gadis kecil itu dengan pelan
—gadis kecil itu merasa ia tidak mengenal pemuda di depannya
Namun ia seperti terpikat oleh pesonanya
.
.
.
.
—ia tak pernah berada di tempat ini sebelumnya
Jauh dari tempat Tetsuya dan gadis kecil itu berada, sesosok remaja laki-laki beusia 14 tahun bersurai merah tampak sedang berdiri ditengah hamparan gurun pasir yang begitu luas. kedua bola mata ruby miliknya menatap kesebuah pintu gerbang yang sangat besar yang terletak cukup jauh darinya. panas udara padang pasir membuat seragam Teiko yang ia kenakan cukup basah oleh keringat yang dikeluarkan tubuhnya
sejak ia tersadar dimana ia berada, sejak ia menatap sesuatu yang 'ganjil' dimatanya, ia mencoba mendekati pintu gerbang itu untuk memastikan sebenarnya. namun sayangnya, berapa kalipun ia mencoba, berapa kalipun ia berlari, dan selama apapun ia melangkah. ia tidak akan sanggup mendekati pintu gerbang itu.
Segala upaya yang ia coba, selalu berujung kegagalan.
Dan hey, ia tak perna mengalami kegagalan seperti ini dalam kehidupannya
hingga, ia bertemu dengan pria itu yang muncul bak angin.
"belum saatnya kau pergi kesana" ucap pria itu yang muncul dari balik sang anak laki-laki yang sontak membuatnya berbalik arah dan menatap sang pria dengan tatapan menusuk, "siapa kau?"
Ia tak merasakan hawa keberadaannya
Dan Emperror Eye miliknya sekalipun, tak dapat memprediksikannya
pria itu bersurai merah terang seperti dirinya, berpakaian seperti layaknya seorang kaisar dan sebuah pedang yang tersarung rapi pada pinggangnya. Kedua bola mata yang berbeda warna itu menatap sang remaja dengan tatapan menusuk, "Akashi Seijuurou" ucap pria itu, pada laki-laki didepannya. "aku tahu namamu adalah Seijuurou juga dan, jangan menatapku seolah aku adalah musuhmu" tambahnya lagi. Namun, mendengar perkataannya, membuat sang bocah laki-laki itu terkejut dan merasakan aura intimidasi yang dikeluarkan pria itu.
Nama sama persis
Dan rupawan yang terlihat seperti refleksi tampilan dirinya dimasa depan
Berfikir sekeras apapun tidak ada gunanya pada tempat yang bahkan tidak ia ketahui ini
Seseorang yang absolutpun harus bergantung kepada seseorang yang memiliki keabsolutan yang lebih
sang anak laki-laki itu menatap dengan raut yang tak bisa dipastikan. Dengan kepastian bila pria di hadapannya merupakan orang yang berbahaya "apa yang kau inginkan dariku?"
"keinginanku—"
2. Kisah
"pintu itu..." gumam sang gadis bersurai biru, "aku harap aku dapat mengetahui pintu apa itu..."
mendengar gumaman sang gadis kecil, membuat Tetsuya tersenyum "belum saatnya kau mengetahuinya, Tetsuna" ucapnya lalu mempersilahkan sang gadis kecil itu masuk kedalam rumah kecil miliknya, "masuklah kedalam, Tetsuna. Kita akan melanjutkan cerita ini didalam"
rumah yang ditinggali oleh Tetsuya cukup kecil untuk ditinggali lebih dari dua orang, dan seluruh dindingnya penuh dengan rak-rak buku yang entah apa isinya. Rumah yang terbuat dari bata yang dilapisi semen yang berwarna serupa dengan hamparan padang pasir yang menjadi dominasi mata, rumah dengan jendela serta pintu yang terbuat dari kayu mahoni
wangi dan terkesan kuno
rumah yang hanya berbentuk persegi tanpa sekat memisahkan ruangannya.
Rumah khas timur tengah yang dahulu pernah sekali ia lihat dalam buku dongeng seribu satu malam
Hanya saja, tiap-tiap dari tembok yang kosong, telah diisi dengan lemari buku dan lemari berisi tumpukan perkamen-perkamen dari berbagai ukuran
sang gadis menatap Tetsuya penuh dengan tanda tanya, "kenapa rumahmu penuh dengan rak buku dan perkamen?"
Tetsuya yang sedang memilah buku-buku serta perkamen yang akan ia bacakan terhenti dari aktifitasnya sejenak, lalu ia menatap Tetsuna dengan tatapan datar sembari membuka salah satu perkamen bersampul hijau tosca dan menatap sekilas isi perkamen tersebut lalu bergumam 'ini dia'
"karena semua buku dan perkamen ini aku yang tulis, Tetsuna" jawab Tetsuya, yang membuat Tetsuna kembali memasang wajah bingung yang membuat Tetsuya mengerti bila gadis kecil didepannya ingin mendengarkan alasannya.
"semua buku dan perkamen ini mengisahkan hal yang sama..." Tetsuya terhenyak sesaat sebelum kembali melanjutkan, "semua merupakan kisah tentangku dan aku ingin kau mendengarnya"
"—semua seakan berjalan begitu cepat"
"dan aku seperti berlari ditempat yang sama"
"jika diibaratkan, aku layaknya sebuah kristal waktu yang telah rusak"
"Membunuh sudah seperti permainan bagiku"
"Menari ditengah tumpahan darah manusia"
"aku menulikan telinga dan membutakan kedua mataku"
"hatiku diberi puluhan dan ribuan lapisan es serta lapisan besi untuk melindungiku dari 'mereka' "
"aku terus membunuh mereka tanpa ragu, dan menjadi boneka pembunuh untuk mereka"
"hingga aku berjumpa dengannya"
"dia menyelamatkanku dari dasar kegelapan itu"
"padahal belum lama aku diperintahkan untuk membunuhnya"
"tetapi ia juga yang membukakan masa depan yang baru untukku, aneh 'kan?"
"seharusnya ia dendam padaku"
"tetapi ia justru mengajakku berkelana mengelilingi dunia"
"walau ia menampakan wajah absolut, ia tetap menampakkan hati yang teduh"
Tetsuya menghentikan cerita dan menatap Tetsuna dengan tatapan lembut, sedikit berharap bila keinginannya tercapai
"maukah kau tinggal disini sebentar hingga saatnya kau kembali ke pintu gerbang itu?"
—Dan sejak saat itu, Tetsuya menceritakan kisahnya pada Tetsuna mengenai perjalanan hidupnya, perjuangannya dalam menjelajahi dungeon bersama teman-temannya, menceritakan pengalamannya yang beberapa kali harus terluka akibat perang, beberapa kali ia mengorbankan dirinya agar teman-temannya selamat, beberapa kali ia harus berpisah dari teman-temannya,
—dan seseorang yang bernama Akashi Seijuurou.
semua ia ceritakan dengan nada riang dan penuh dengan kebahagiaan
dan menurut Tetsuna yang mendengarkan, Tetsuya terlihat seperti seseorang yang mengharapkan dirinya dapat kembali ke saat-saat itu.
.
.
.
.
.
"—hanya itu?" tempat yang nun jauh dari tempat Tetsuya dan Tetsuna berada, remaja laki-laki itu menatap pria bernama Akashi Seijuurou dengan tatapan datar, sempat terkejut memang. tetapi, ia segera kembali memfokuskan pikirannya dan mengikuti arah Seijuurou itu pergi.
"dunia itu luas, dan kau tak bisa melihat sesuatu dari satu sisi. Lihatlah sisi yang lain dan kau akan mengerti"
"kau berkata seakan aku tak mengetahui apa-apa."
"Itu merupakan kenyataan, Seijuurou"
"—dan apa yang ingin kau ceritakan padaku? Jika membosankan, kupastikan kau akan menyesal!" ucap remaja laki-laki itu dengan nada jengkel tanpa melihat senyum sinis meremehkan dari pria didepannya
"kupastikan kau akan terhibur."
"pada awalnya, aku hanya ingin bebas dari jeratan rantai kemunafikan yang terus menjerat jiwaku"
"meninggalkan semua kekayaan dan kejayaan palsu."
"berlayar untuk mengetahui hal dan pengetahuan diluar sana"
"menjelajahi dungeon untuk mendapatkan kekuatan yang tidak mereka miliki"
"dan menjadi seorang saudagar untuk mencari pengalaman hidup"
"aku hanya bermimpi menjadi orang yang tidak terkekang oleh aturan yang penuh kemunafikan"
"hingga aku teringat bila aku memiliki takdir menjadi seorang raja"
"jika kau memang memiliki takdir sebagai seorang raja, kenapa kau berusaha menolaknya?" kini sang remaja menatap tak suka terhadap pria diadapannya. Hey, siapapun pasti akan kesal melihat seseorang membuang kesempatan besar seperti itu, "bila aku jadi kau, aku tak akan membuang kesempatan itu"
"itu tak semudah yang bayangkan, Seijuurou." Akashi menatap Seijuurou dengan tatapan datar, "karena aku selalu benar"
"tidak semudah membalikkan telapak tangan."
"semua harus diperjuangkan untuk mendapatkannya"
"jika ingin mendapatkan sesuatu, aku harus mengorbankan sesuatu"
"dan selama itulah, aku bertemu dengan mereka"
"Teppei yang selalu tersenyum seperti orang idiot"
"Makoto yang selalu menggerutu dan berbicara kasar"
"Nebuya, yang selalu memamerkan ototnya"
"Kotarou, yang senang sekali melarikan diri dari pekerjaan"
"Daiki yang selalu bertengkar dengan Taiga"
"Ryouta yang selalu berisik dan kompak dengan Satsuki dan Reo"
"Shintarou yang selalu memuja oha-asa"
"Atsushi yang selalu patuh akan perintahku"
"Tetsuya… yang selalu menemani hari-hariku"
"mereka memiliki latar belakang yang berbeda"
"mereka yang bersumpah mengabdi kepadaku"
"mereka yang selalu bersamaku hingga akhir dari kisah ini"
"aku juga memiliki janji yang ingin kutepati bersamanya"
"hanya saja, takdir tidak pernah merestui kami"
"bahkan seorang raja absolut sepertiku gagal mendapatkan takdir yang diinginkan"
"menarik." Gumam remaja itu sedikit terkesan, "lanjutkan..."
"tanpa diperintah aku akan bercerita,"
"awalnya aku berjumpa dengannya enam belas tahun yang lalu, saat itu aku juga berusia sama denganmu"
"dia, merupakan bocah berusia sepuluh tahun yang menjadi bawahan pertamaku"
"dimata orang lain, dia merupakan monster pembunuh"
"menari diatas tumpahan darah manusia"
"dia bahkan sering mencari cara untuk membunuhku"
"tetapi, dimataku dia merupakan manusia biasa yang membutuhkan pertolongan"
"tertarik dengan sebuah boneka pembunuh, bukanlah tipeku"
"namun, ia berbeda"
3. Sang Kematian dan Harapannya
Hari-hari terus berlalu, di tempat Akashi berada. Semua berlalu meninggalkan dirinya yang terus menulis sebuah kisah perjalanan hidupnya dalam sebuah buku kecil bersampul merah. Mengenyampingkan Seijuurou yang tengah tertidur dibalik pintu kamarnya.
Berhari-hari ia menulis kisahnya, ia masih tak sanggup menulis akhir dari perjalanannya.
Dan mengingatnya sangatlah berat baginya
"kenapa kau tidak buat saja sebuah akhir bahagia? Itupun bila kau tidak ingin akhir yang sedih"
Ah, perkataan Seijuurou terngiang di kepala Akashi. Berbicara selalu lebih mudah dibandingkan mengerjakannya. Dan semua bayangan kosong pada lamunannya membuatnya tersadar bila ia kedatangan tamu yang ia kenal
"ah, kau menemukanku rupanya,Chihiro" sambut Akashi tanpa menatap seberkas cahaya yang mengelilingi tubuh sesosok pria bersurai abu-abu tersebut
"hal yang wajar bagi sang penjaga kematian sepertimu"
Sang pria bersurai abu-abu yang diketahui bernama Mayuzumi Chihiro menatap datar Akashi, "ternyata semua kekacauan arus kematian selama ini memang ulahmu" sahut Chihiro, "Tak kusangka kau membuat sebuah dimensi lain dan menarik paksa mereka yang akan terlahir kembali keduniamu"
Akashi menilik Chihiro dengan tatapan tak kalah datarnya, "lalu, apa yang kau inginkan dariku?"
"mengembalikanmu bersama Tetsuya dan kedua jiwa yang akan terlahir kembali ke tempat yang seharusnya." Chihiro mengambil nafas, " dan juga—"
"—aku menolak." Potong Akashi dengan cepat, dan menatap tajam Chihiro, " ini bukan hanya sebuah keinginanku seorang diri."
"—ini juga keinginan Tetsuya. Dan kau bisa menemuinya dan mengatakan hal yang sama bila perlu."
mendengar penjelasan Akashi membuat Chihiro sedikit kaget. tak dipungkiri olehnya bila adiknya juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pria dihadapannya ini, "Tetsuya…" gumam Chihiro sedikit merasa bersalah, "jika berjalan seperti ini terus, ia akan menjadi eksitensi yang tidak seharusnya berada di dunia ini. Sama halnya dengan dirimu, Akashi."
Akashi terdiam kembali, ia sudah mengetahuinya sejak awal. Ia tak bisa selamanya menahan Tetsuya dan kedua jiwa itu disini. sedangkan Chihiro sendiri sesaat menatap Akashi sebelum akhirnya pergi.
"Kudoakan agar dirimu dan Tetsuya dapat terikat oleh benang merah"
4. Dia yang berbohong pada takdir
"hari-hari bersama Akashi-kun sangatlah menyenangkan"
"bahkan ketika ia menjadi seorang raja di sebuah Negara yang sangat besar."
"membantunya menyelesaikan dokumen, menyiapkan teh untuknya, bahkan menemaninya untuk melakukan tugas kerajaan"
" walau hal itu memang merupakan tugas sebagai seorang pegawai pemerintahan sepertiku, namun entah kenapa rasanya sangatlah membahagiakan"
"hingga suatu hari dia mengatakan hal yang membuatku terkejut"
"dia berkata 'Tetsuya, seandainya aku mengatakan bahwa aku ingin turun tahta... apa yang akan kau pikirkan?' "
"aku sangatlah terkejut. dan jujur saja, beberapa dokumen penting yang kubawa terjatuh dan berserakkan begitu saja"
"dan bahkan ada beberapa dokumen penting yang basah oleh teh yang baru saja kutuangkan untuknya"
"dia ingin mengubah pemerintahan monarki kerajaan Teiko menjadi sebuah pemerintaan demokrasi setelah kekacauan dunia berakhir"
"kufikir, ia ingin menelantarkan kerajaan... kufikir, ia tak peduli dengan rakyatnya lagi"
"dan kufikir, dia akan membuangku untuk kesenangannya sendiri"
"namun aku salah..."
"Akashi-kun tertawa sembari mengelus kepalaku. ia mengatakan bahwa seharusnya rakyat lah yang menentukan keberhasilan negaranya"
"ia mengatakan pula bila hal itu terjadi para kedua belas jendral Teiko dapat pulang ke kampung halamannya masing-masing."
"tetapi, disaat itu juga... Akashi-kun mengatakan bila ia tidak mempunyai tempat yang dapat ia sebut rumah"
"dan dalam hatiku, akupun merasakan demikian"
"dia berkata padaku 'bagaimana bila kita menjelajahi dunia sekali lagi?' dengan nada tenang dan juga memasang wajah serius"
"sontak membuatku bingung dan menganggapnya bercanda. kukira ia ingin berkelana sendirian"
"ia ingin mengulang saat-saat dahulu saat kami melakukan perjalanan berdua"
"dia mengatakan hal itu dan berjanji padaku"
"ia bahkan memintaku untuk selalu disisinya"
"aku memang bersumpah untuk terus mengikutinya hingga kematian memisahkan kami"
"namun, aku berbohong bila aku berjanji akan menjelajahi dunia bersamanya"
"aku juga berbohong bila aku dapat berada disisinya"
"karena... aku takut. Aku hanyalah sahaya yang melayani majikannya"
"Aku seorang monster pembunuh, dan dia seorang raja"
"kami sama-sama seorang pria. aku tak pantas bersanding dengannya"
"tetapi ia selalu menatapku bukan sebagai sahaya dan majikan"
"dan Akashi-kun menyadari itu"
"karena kata-kata 'janji manis' yang kami ukir tidak pernah menjadi kenyataan"
"walau hanya sebuah kebohongan... aku sudah sangat bahagia mendengar hal itu langsung dari mulutnya"
"dan aku selalu berharap hingga saat ini… seandainya aku terlahir sebagai wanita"
"seandainya aku bukanlah seorang monster pembunuh"
"aku ingin dia merasakan kebahagiaan pula"
"apakah Tetsuya-san menyukai Akashi-kun?" tanya Tetsuna yang baru saja mendengar cerita Tetsuya, "hari ini kau bercerita tentang Akashi-kun terus" tatapannya sangat polos, khas anak-anak berusia 10 tahun yang penasaran dengan sesuatu.
"dan kisah yang kau bawakan hari ini sangat panjang dari kisah-kisah sebelumnya"
Tetsuya yang menjadi pencerita mengusap kepala Tetsuna, "mungkin saja demikian. hmm, mungkin karena akulah orang pertama yang menjadi bawahan Akashi-kun hingga kematian memisahkan kami. seperti sumpahku"
"tapi, apakah kau pernah merindukannya?"
"—entahlah. aku tidak tahu"
"ia percaya bila ia dapat mengubah segalanya"
"kata-katanya, selalu menjadi kekuatan bagi kami"
"bahkan... saat inipun."
"seluruh perkataannya mengisi relung hatiku yang begitu hampa"
"ia selalu menganggapku manusia biasa dimana orang lain selalu menganggapku sebagai monster pembunuh"
"kau menangis, Tetsuya-san" Tetsuna mengusap kedua pipi putih Tetsuya dengan kedua tangannya, mengapus sisa jejak air mata, "apakah selama itukah kalian menunggu?"
Tetsuya menatap nanar Tetsuna, dan memeluknya erat. menahan isak tangis yang ingin ia keluarkan
"—ya"
Tetsuna berdiri dari tempatnya duduk, lalu menatap serius Tetsuya.
"sedikit demi sedikit, aku mengerti alasan mengapa kau menceritakan semua kisah perjalanan hidupmu." ucapnya, "aku adalah kau dimasa depan dan kau adalah aku dimasa lampau, benar begitu?"
"Kau ingin dia bahagia, bukan? Kau ingin kita memiliki akhir yang indah, benar?"
Tetsuya tersenyum seraya mengerakkan pelukkannya"...kau benar"
.
.
.
.
.
"aku selalu mencari cara agar mereka mengakuinya sebagai manusia"
"aku mengetahui bila dia berbohong pada mereka bila dia membunuh para manusia-manusia brengsek itu."
"aku mengetahui bila ia menangis ketika tanpa sadar ia membunuh mereka"
"aku mengetahui bila ia selalu iri melihat para jendral yang lain akrab satu sama lain"
"wajah datarnya menyembunyikan perasaannya"
"masih teringat jelas olehku, ketika kami berada di Dungeon wilayah utara, dia mengucap sumpah setia kepadaku"
"masih teringat pula olehku ketika masih kecil, dia menangis mencariku ketika sosokku menghilang dikeramaian pasar kota"
"dan banyak kenangan-kenangan bahagia bersamanya"
"juga masih teringat pula dimataku..."
"sosoknya yang sudah tak bernyawa lagi"
"berkali-kali aku merasa gagal"
"gagal melindungi kerajaanku"
"gagal membimbing rakyatku"
"gagal menjadi sahabat baik untuk teman-temanku"
"aku gagal melindunginya"
"dan aku gagal membahagiakannya"
"—sepenting itukah sesosok Tetsuya bagimu?" ucap Seijuurou pada sesosok Akashi yang kini menatapnya dengan tatapan serius, "kau hanya sosokku dimasa lampau, eksitensimu sudah tak akan ada pengaruhnya bagiku dimasa depan."
"dan semua cerita yang kau ceritakan selama ini, adalah kisah hidup kita berdua. benar?" matanya menatap serius Akashi yang terlihat tenang, menunggu jawaban.
"dia memang sesosok manusia yang berarti bagiku dan kuakui kau cukup pintar untuk menyadarinya."
"kenapa kau menceritakan semua hal ini padaku?"
"karena aku ingin mempercayakan masa depan dunia padamu—"
"—kau berbohong" Seijuurou memotong perkataan Akashi secepat mungkin, "sebenarnya kau tak mempedulikan masa depan dunia 'kan?" Seijuurou mengeluarkan gunting dari saku celananya dan mencoba mengiris leher Akashi. Matanya mengkilap seolah ingin membunuh orang yang memiliki rupa yang sama dengannya
"kau hanya ingin bersamanya, bukan?! kau hanya ingin Tetsuya bahagia! Kau hanya—"
"—Jika Aku adalah kau, Aku akan membahagiakannya. Bila perlu aku akan melindunginya dengan nyawaku sendiri!"
"—Kau benar" kali ini Akashi lah yang memotong perkataan Seijuurou, ia bahkan mengeluarkan aura yang sangat berbahaya "yang kuinginkan hanya bahagia bersamanya. Cukup egois." Dan ia mengambil gunting yang dipegang Seijuurou dengan mudah
"benda seperti ini tak akan membunuhku"
.
.
.
.
Walau mereka tak sadar bila Tetsuya dan Akashi mengucapkan kalimat yang sama di akhir pembicaraan mereka
"selamat, kalian lulus"
5. dia ada, namun tak terlihat wujudnya
"bisakah kau memberitahukanku apa yang terliat oleh matamu selama diperjalanan." Ucap Akashi pada Seijuurou yang melangkah didepannya.
"kenapa? Apa selama ini kau buta?"
"turuti saja perkataanku"
"aku tak suka diperintah olehmu" ucap Seijuurou namun ini merupakan balasan setimpal agar pria yang merupakan dirinya dimasa lalu mau mengantarkannya ke pintu besar yang selama ini ingin ia gapai "tapi baiklah"
.
.
.
.
"—kita mau kemana?" Tanya Tetsuna sembari memegang lengan Tetsuya dengan erat, takut-takut bila sosoknya akan pergi dan lenyap begitu saja.
"aku akan mengantarkanmu ke pintu itu." Jawabnya sembari menunjuk kearah pintu gerbang besar dari kejauhan, "sudah saatnya kau pergi kesana" lalu ia menyapakan tingginya dengan sang gadis kecil itu,
"Tetsuna, bisakah kau memberitahuku bila kau melihat sesuatu selama diperjalanan?"
"huh? Kenapa?"
"karena aku ingin mendengar suaramu sebelum kita berpisah"
6. Pintu yang mengantarkan kepada takdir
.
.
.
.
"Kerajaan sudah diambang kehancuran, dan seluruh rakyat sudah dipindahkan ketempat yang aman"
"kedua belas jendral beserta sang raja menjadi pertahanan terakhir negara"
"Tak kusangka, 'mereka' menggunakan kegelapan untuk berperang"
"dan satu persatu dari kami menghembuskan nafas terakhir"
"Aku ingin Akashi-kun selamat... hanya itu yang kuinginkan"
"Dia yang menyelamatkanku, dan aku ingin membalasnya"
"dan semua menjadi gelap"
.
.
.
.
"huh?" Seijuurou cukup terkejut melihat sesosok pemuda cantik bersurai biru langit beriringan dengan seorang gadis cilik yang memiliki surai yang sama. yang sontak membuat Akashi bertanya
"kau melihat seseorang?" yang dibalas dengan anggukan kepala dari Seijuurou.
"apakah kau melihat seseorang lagi?" tanya Akashi memastikan
"ya, dia pemuda cantik bersurai biru langit. sama seperti surai rambut gadis kecil itu." ia terdiam sejenak lalu menatap rupawan dari seorang Tetsuya dan Tetsuna, " mereka sangat indah"
"huh?" Tetsuna menghentikan langkahnya. menatap kearah Akashi dan Seijuurou.
Tetsuya menatap Tetsuna dengan tatapan heran, "ada apa Tetsuna?" lalu ia melihat arah yang sama seperti yang dilihat Tetsuna, "ah, kau..."
terkejut bukan main, ia bertemu dengan sesosok yang mirip dengan orang yang ia cintai dulu.
sedangkan pipi Seijuurou sedikit memerah dan memalingkan wajahnya
Akashi kembali menatap kearah depan, "jika bocah biru itu ada disini, artinya dia juga disini 'kan?"
Tetsuya menatap kearah depan, lebih tepatnya berhadapan dengan Akashi, "apa kalian bisa memberitahukan ekspresi pria itu?"
"huh?" baik Seijuurou dan Tetsuna menatap bingung. lalu menatap kearah Akashi yang sendari tadi terdiam namun menunjukkan senyumnya
"dia tersenyum" ucap Tetsuna
"dan memancarkan kesedihan" tambah Seijuurou.
kini Akashi yang bertanya balik, namun terkesan serius "katakan apa yang kalian lihat pada Tetsuya"
baik Tetsuna dan Seijuurou menatap Tetsuya dengan tatapan ragu. Bergantian " Tetsuya-san tersenyum sedih dan penuh rasa kekecewaan" ucap Tetsuna namun segera diantara mereka segera menyadari hal aneh ini.
Tidak mungkin seseorang menanyakkan ekspresi seseorang bila ia bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri
"tunggu! Tetsuya-san, apakah kau —"
Seijuurou menatap Akashi dengan tatapan tak percaya "—jangan-jangan kalian"
"tidak bisa melihat satu-sama lain?
.
.
.
"Rakyat mungkin sudah dipindahkan ketempat yang aman"
"dokumen penting semua telah terbakar hingga menjadi abu"
"Aku berdiri kokoh tepat ditengah-tengah dua belas jendral"
"bahkan, Tetsuya berdiri tepat disampingku"
"aku memegang kendali perintah sembari mengeratkan pedang yang kupegang"
"Tetsuya telah memegang tongkat sihirnya"
"Kita tak bisa mundur ataupun pulang"
"Kita akan menghentikan peperangan ini—"
.
.
.
Akashi tersenyum sinis menatap Tetsuya yang tak berwujud di penglihatan matanya, "Kau masih mengikutiku hingga saat ini, sungguh luar biasa Tetsuya."
mendengar ucapan dari Akashi, Tetsuna menatap Tetsuya "dia bilang... 'kau masih mengikutiku hingga saat ini, sungguh luar biasa"
"ini memang keinginanku... dan juga memenuhi sumpahku padamu" jawab Tetsuya datar
"dia bilang 'ini keinginanku, dan juga sumpahku padamu" ucap Seijuurou tanpa mengalihkan pandangannya dari Tetsuya, yang membuat Akashi sedikit terkekeh geli, "kau memang tidak berubah sama sekali dan masih mengatas namakan sumpahmu. kau mendapatkan pujianku, Tetsuya"
Tetsuna mengeratkan tangannya pada tangan Tetsuya, "dia bilang... dia memujimu atas sumpahmu"
"kuhargai itu." Tetsuya segera menatap kearah pintu gerbang didepannya, pintu gerbang yang begitu besar dengan warna emas dan putih yang mendominasi. Ukiran-ukiran kaligrafi serta beberapa bentuk lain pada tiap sisinya membuat dirinya yakin bila sudah waktunya ia melepaskan kedua jiwa itu.
Sama halnya yang dilakukan Tetsuya, Akashi ikut menatap pintu tersebut dengan tatapan datar. Sudah waktunya ia melepaskan kedua jiwa itu, lalu berganti menatap Seijuurou
"Sudah saatnya" Tetsuya memegang pundak Tetsuna dengan tangan kirinya, "Lupakan semua yang kau ingat ditempat ini… kembalilah keduniamu" Ia menyentuh kening Tetsuna dengan jarinya yang tampak sedikit bersinar. Begitupun yang dilakukan Akashi
"Kembalilah keduniamu, Seijuurou" bisik Akashi sebelum Tetsuya menyerahkan Tetsuna kepada Seijuurou. Memaksakan mereka untuk saling berpegang tangan.
"Benang merah kalian akan menghubungkan kalian satu sama lain" Tetsuya mencium kening Tetsuna dan menatap Seijuurou, tanpa menunggu perkataan ataupun ucapan terima kasih.
"selamat tinggal"
meninggalkan mereka yang berjalan menuju Pintu tersebut tanpa menatap kebelakang. Mereka akan menjalani kehidupan yang bahagia dimasa depan.
Meninggalkan Seijuurou dan Tetsuya yang tak bisa menatap satu sama lain.
.
.
.
.
Melangkah ke arah yang berlawanan.
.
.
.
.
Menutup mata sembari menahan kekecewaan serta kesedihan dalam benak
.
.
Membiarkan tubuh yang sayup-sayup menghilang
.
.
.
Dimensi yang mereka tempati pun demikian
.
.
Pelan namun pasti
.
.
.
Tanpa suara
.
.
.
Membisikkan kata dalam hati
.
.
.
"Aku mencintaimu"
.
.
.
.
"Aku mungkin sudah tak bisa melihatmu ataupun mendengar suaramu lagi"
"aku tahu dimasa lampau, kita tidaklah terikat oleh benang merah"
"tetapi setidaknya, biarkan kisahku tetap terkenang dalam lilitan-lilitan perkamen ini"
"dan semua akhir kisahku, akan kupercayakan kepada mereka dimasa depan"
—Kuroko Tetsuya
.
.
.
.
"aku mungkin gagal"
"sekeras apapun usahaku, aku tak akan bisa melihat dan mendengar suaramu lagi"
"Perkamen dari akhir kisahku, akan kubiarkan kosong tanpa tetesan tinta hitam…"
"kisahku bukanlah kisah yang berakhir bahagia"
"namun, biarlah mereka yang menentukan akhir dari kisah kami"
"karena Aku selalu benar"
—Akashi Seijuurou
.
.
.
.
End
Pengen buat Sequel… tapi Eqa juga pengen bikin Prekuelnya… duh, Eqa galau ngetiknya.. tanggung jawab Kanna-chaaann!
Disini Eqa menyetting Dimensi yang hanya berisi padang pasir, pintu besar dan kedua romah yang bahkan tak dapat diliat oleh penghuni satu sama lain.
Terinspirasi dari percakapanku dengan Kanna Snow-chan lewat PM dan dirumah "apa jadinya bila Kuroko dan Seijuurou bertemu dengan dirinya dimasa lalu" dan "apa jadinya bila Kuroko dan Akashi tak dapat melihat ataupun merasakan keberadaannya satu-sama lain".
Minta Ripiu yaa!
