Disclaimer : I do not own the characters. They are belong to themselves.

Wired Life

By nyan-himeko ©2012

Warning : OOC dan segala bentuk ketidakjelasan selalu menyertai fanfiction saya. Diksi hancur, kalimat sukar dibaca, hati-hati terjebak typo dan misstypo, alur berkecepatan speedy, stand alone. Dan jangan lupa satu kata Elseword! Aha, ketinggalan bahasa tidak baku.

Naruto Masashi Kishimoto

Main Pairing : Uchiha Sasuke, Haruno Sakura, dan Haruno Sakuo (Sakura cross dressing)

.

Bagian Pertama

Si Kembar Haruno

.

"Nii-san!" Teriakan melengking yang bersumber dari gadis bersurai merah jambu memenuhi kamar milik sang kakak tiga menitnya, membuat cowok berparas manis itu menggerutu dan memilih untuk menutupi telinganya dengan bantal. Sukses membuat perempatan muncul di jidad (yang cukup makan tempat) sang adik.

Tak kehabisan akal, si adik tersenyum licik sembari mendekatkan wajahnya ke wajah sang kakak "Ada Sasuke-kun lho nii-san. Kalau enggak bangun jangan salahin aku kalau dia mulai menggerayangin tubuh nii-san." Sakuo mulai menggeliat-geliat gelisah. Wajahnya mulai memucat dan mengeluarkan keringat dingin.

"Wah, Sasuke-kun udah mulai—" Gadis merah jambu itu terkikik keras saat mata emeraldnya menangkap sosok kakak kembarnya yang terlonjak bangun sembari berteriak nista Gue bukan uke lo!. Sejurus kemudian matanya menyipit ke arah adiknya "Awas lo ya!" Umpatnya kemudian. Tangannya meraih bantal disampingnya, kemudian dengan cepat melayangkan benda tersebut ke wajah manis milik Haruno Sakura.

"Nggak nyangka, gosip nii-san maho ternyata betulan." Ledek Sakura begitu ia berhasil menghindari hadiah pagi hari identiknya itu. Sakuo menggeram jengkel sebelum membuang muka.

"Cie..cie.. yang demen sama Sasuke-kun."

"Urusai! Mending lo mingkem daripada nyeberin fitnah." Sahut Sakuo yang tak terima begitu saja dia di cap maho oleh kembaranya sendiri. Merusak imej—tentu saja, siapa yang terima kalau dirinya yang notebene cowok terkeren di sekolahnya (setelah Sasuke sih), yang punya tampang bishonen parah, yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung ini dinobatkan yaoian dengan sohib sehidup-tidak-sematinya itu, jadi uke pula. Oh—Sakuo masih cinta dengan kehidupan normal, dan yang terpenting ia masih doyan cewek kali.

Sakura nyengir kuda, "Habis nii-san susah banget dibangunin sih."

Sakuo melirik keki, sejurus bangkit dari ranjangnya dan meregangkan otot. Adik kembarnya menatap masam cowok yang hanya mengenakan undershirt biru tua dengan potongan rambut bangs itu. Layaknya melihat sadako,Sakura melemparkan jaket baseball merah maroon yang menggantung di tiang sisi ranjang kembarannya dan sukses menutupi kepala pink pucat yang sedang menggeram marah.

"Mandi gih. Nii-san bau iler tau!"

"Gue enggak bau iler." Sahut Sakuo ngotot. Ia berjalan ke arah kamar mandi di dalam kamarnya yang bernuansa pastel tersebut. Sakura tersenyum kecil lalu mulai melangkahkan kakinya ke luar kamar kakaknya. Sebelum gadis itu memutar kenop pintu, sebuah suara —tepatnya teriakan nyaring dari kamar mandi mengagetinya.

"Dan satu lagi, bukannya elo kan yang naksir si Sasuke ayam!"

Ctak

Haruno Sakura membeku di tempat dengan wajah yang menyaingi rambut Sabaku no Gaara.

.

.

"Oi Sas!"

"Hah! Apa?"

Baru kali ini Sakuo menangkap ekspresi tidak elit si ayam bungsu Uchiha yang terpampang sangat-sangat-sangat-sangat jelas dihadapannya. Cowok Haruno itu mengernyit heran, "Elo masih si ayam kan?" Lanjutnya kemudian.

"Ya. Dan tolong jauhkan tampang jijik lo dari muka gue."

Bukannya balas mengatai, Sakuo malah menarik nafas lega. Menimbulkan kerutan samar di dahi Uchiha—yang buru-buru dihapusnya.

"Kenapa lo?" Tanya Sasuke dan yang ditanyai malah mengernyit, "Apa sih, seharusnya gue yang nanya ke elo. Muka lo tadi sumpah kayak banci di prapatan. Enggak tega gue liatnya, apa sih yang elo liatin." Balas Sakuo, kemudian ia mengedarkan pandangannya ke luar jendela. Tak ada yang aneh, —pikirnya. Di sana tidak ada orang selain umat-umat kelompok dua yang sedang berolahraga. Matanya menyipit saat menangkap bocah rubah tak tau adat yang lagi ngegodain adik tercintanya.

"Si dobe cari mati nih." Geram Sakuo, aura sekelilingnya berapi-api. Membuat para fansgirl yang semula ingin mendekatinya kini memilih langkah seribu.

"Hn."

"Ingetin gue buat bikin perhitungan juga sama si alis tebal." Ucapnya horor, di otak pemuda itu kini berputar adegan nista Rock Lee—kelompok enam, yang dengan lancangnya memberikan surat cinta kepada adik manisnya itu di depan mata kepala kaki tubuh rambutnya sendiri.

"Kalo gini, kapan adik lo punya pacar?" Ucap Sasuke yang berhasil menghancurkan memori nista di kepalanya.

"Hm, iya juga ya." Sakuo mulai menggaruk-garuk pipinya, membuatnya menjadi tiga kali lebih imut dari wujud aslinya. Sebenarnya ia agak enggak tega juga sih, tapi entah kenapa setiap melihat Sakura di dekati cowok lain membuat darahnya naik ke kepala. "Gue enggak rela aja Sakura di sentuh cowok enggak jelas macam mereka."

"Meskipun Sakura risih sama sikap lo, lo bakal tetap ngelakuin ini?" Tanya Uchiha Sasuke kemudian.

"Lo enggak bakal ngerti karna elo enggak punya adik sih."

"Gue punya kakak." Balas Sasuke tak terima.

"Itu sih beda kasus. Itachi-senpai kan anehnya ke elo doang." Sakuo terbahak, membuat Uchiha di depannya menatap jengkel. "Bahkan si baka aniki rela ngebiarin gue jadi lelucon geng enggak jelasnya." Si Haruno semakin terpingkal mendengar gerutuan Sasuke.

"Oi. Kalau gue yang deketin adik lo gimana?" Ucap Uchiha Sasuke tiba-tiba, membuat Sakuo terpaksa menghentikan tawanya. Pria manis itu kini menatap mata obsidian milik Sasuke sepersekian detik sebelum memutuskan bicara.

"Yah, itu sih—" Haruno Sakuo menjeda ucapannya, parasnya menyunggingkan senyum yang sangat manis (entah mengapa Sasuke jadi merinding), "Sudah pasti kan—"

"Kau akan jadi teru-teru bozu, Sa-su-ke-kun."

.

.

"Aku mau ngintip Sakura-chan ganti baju ah!"

BUKK

Dengan tidak elitnya, Uzumaki Naruto terjungkal dan terpentah jatuh ke lantai. Naruto meringis pelan sembari memusut-musut kepala berdurinya. Sakuo menyeringai penuh sementara Sasuke menatapi datar. Sekilas senyum mencela terpatri di wajah tampan Sasuke, tapi sayangnya mata Naruto yang setajam elang itu keburu menangkapnya.

"Teme. Ngehina lo ya!" Raung Naruto

"Salah lo juga yang menyiram minyak ke api." Balas Sasuke. Terang saja, Naruto yang kapasitas otaknya terbatas menjadi kebingungan "Eh, emang ada ya gue nyiram minyak ke Sakuo?" Ucapnya dengan tampang super konyol. Menghadiahi dua jawdrop dari kedua sohibnya.

"Ribet ngomong ama lo dobe. Pokoknya, selama di sini lo jangan berani-berani bikin kekacauan apalagi menyangkut adik gue." Ancam Sakuo yang ditanggapi anggukan kaku dari Naruto.

.

.

"Wew, mumpung Sakuo lagi keluar. Gimana kalo elo bantuin gue pedekate sama Sakura-chan. Gimana, ide gue bagus kan?"

Ucap Uzumaki Naruto begitu ia mendengar suara Sakura yang menurut tebak-tebakan dia sekarang lagi berada di depan ruang keluarga. Si Uzumaki menyengir lebar, sementara orang di sebelahnya mendadak ilfeel. "Hn. Kalo elo siap menjadi daging panggang." Sahut Sasuke tak berminat.

Naruto berlonjak girang kemudian menyeret tangan si Uchiha ke bawah bersamanya. Tak menghiraukan gerutuan Sasuke sepanjang jalan. Saat matanya yang sebiru lautan menangkap sosok pink bersemayam di dekat sofa, sontak cengiran rubahnya bertambah lebar.

"Sakura-chan!"

Si gadis yang merasa namanya disebut, menoleh ke arah suara yang meneriaki namanya. Emeraldnya menangkap sosok Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke berjalan menghampirinya. Oh—muka si gadis Haruno bersemu.

"Hai Sakura-chan. Kamu lagi baca apaan? Pasti majalah yang ada foto akunya kan." Sasuke ingin terbahak mendengar perkataan Naruto. Sudah pakai aku-kamu (biasanya gue-elo) mana kepedean pula, tak heran Sakura langsung sweatdrop parah.

Naruto baru akan mulai merayu si gadis Haruno andai saja hp flip orangenya tak berbunyi. Ia merogoh sakunya sembari mencak-mencak. "APA?"

Detik berikutnya dengan wajah ketakutan Naruto berlari ke luar rumah keluarga Haruno menuju Sakuo yang kini sedang menunggunya di perempatan.

Suasana menjadi canggung di antara kedua manusia yang tersisa di ruangan itu. Sakura yang tadinya membaca majalah sontak mengakhiri kegiatannya dan kini gadis itu sedang meremas rok lipatnya—grogi. Sementara Sasuke menatap lurus ke arah televisi yang menyala.

"Ano, Sasuke-kun. Bisakah, bisakah—" Sakura mengigit bibir bawahnya, sepertinya malu untuk mengatakan kelanjutannya. Di otak Sasuke kini berputar Sakura yang sedang mengajaknya kencan, sepertinya si Uchiha itu berhasil menebak—asumsi Sasuke, apa yang ingin di lontarkan gadis di sebelahnya itu. "Bisakah kamu mengganti channel televisinya." Ucap Sakura dalam satu tarikan nafas, membuat Sasuke membatu saking syoknya.

"Remotenya ada disebelahmu, Sasuke-kun"

Sasuke dengan gerakan super kaku meraih remote televisi dan memencetnya asal. Gadis di sampingnya meliriknya takut-takut. "A-arigatou"

"Hn"

Sasuke berdiri dan berjalan ke arah pintu utama, sepertinya pemuda ini berniat untuk menyusul kedua temannya daripada mati gaya di hadapan gadis yang ditaksirnya diam-diam ini. Saat Sasuke memasang sneaker putihnya, dan bersiap untuk pergi si gadis pink menghampirinya.

"Ano, Sasuke-kun. Bisakah, bisakah—"

'Apalagi sekarang?' Batin Sasuke yang masih keki dirinya di kalahkan oleh televisi dan remotenya.

"Ano, bisakah Sasuke-kun menemaniku ke taman bermain minggu ini. Aku dikasih dua tiket sama Matsuri, awalnya aku ingin mengajak Nii-san atau Karin-chan tapi keduanya menolak. Gimana, Sasuke-kun mau enggak?"

Emerald Sakura menatap sosok tegap berbalut jaket baseball hitam takut-takut. Sasuke tak bergeming, sedetik kemudian sosoknya kembali berjalan dan tangannya meraih kenop pintu. Sakura mendesah kecewa, ia sudah menyangka kalau Sasuke pasti akan menolak ajakannya.

"Jam sepuluh enggak masalah kan?"

"Eh?"

.

.

Sakuo menatap nyalang ke arah cowok rubah yang kini berdiri di hadapannya dengan tampang memelas. "Lama."

"Maaf deh Sakuo. Tadi gue salah ambil jalan pintas." Ungkap Naruto yang tak lepas dari cengirannya.

"Udah, sekarang lo bawa ini semua."

Si pirang dengan berat hati menerima barang belanjaan mereka yang tak bisa dibilang sedikit—kertas karton, spidol, broadmarker, serim kertas, sterofon, plastik bening, perekat dan masih banyak lagi. Sakuo berjalan mendahului, sembari tangannya membuka sebungkus lollipop dan menjejalkannya ke mulutnya. "Oiya, si ayam enggak lo ajak?"

"Gue buru-buru tadi. Jadi gue tinggalin aja mereka di bawah."

"Mereka?" Sakuo mengernyit heran mendengar kata mereka terujar dari mulut si dobe kuning. "Si Teme sama Sakura-chan." Sahut Naruto riang, sepertinya otak berkapasitas minimnya belum menyadari betul dampak dari ucapannya tersebut.

KRETEK

KRETEK

"Oi Sak. Lo kenapa?"

"Mati lo Uchiha!"

Sakuo berlari dengan kecepatan cahaya meninggalkan Uzumaki Naruto yang masih berdiri keheranan dengan sisa-sisa asap di sekeliling bocah rubah itu. Dengan santai ia melenggang lagi sembari bersiul-siul gaje, berbeda sekali dengan seekor ayam yang lagi disambangi malaikat maut.

Satu hal yang perlu diwaspadai, penyakit twin complex Haruno Sakuo sungguh mengerikan—bahkan di mata para sahabatnya.

Bagian Pertama| Si Kembar Haruno| END