Disclaimer : Masashi Kishimoto
Canon. KarinSasuSaku.
.
.
.
"Jadi kau akan pulang ke Konoha?"
"Hn."
Antusiasme Karin saat melihat Sasuke muncul di tempat persembunyian Orochimaru dan Tim Taka mulai memudar, setelah mendengar rencana 'pulang ke kampung halaman' pemuda yang sudah lama disukainya.
Perempuan cantik mantan kunoichi dari desa Kusagakure itu berharap, semoga Sasuke bisa tinggal sedikit lebih lama disana. Atau tinggal selamanya juga tak apa. Karin sudah lama menyukai Sasuke, sejak si Uchiha berparas rupawan membebaskannya dari tahanan Orochimaru dulu.
Untuk membuktikan kedalaman perasaannya, Karin bersedia melakukan apapun demi Sasuke. Hanya saja ... Karin tidak yakin seperti apa perasaan Sasuke padanya. Pertarungan mereka melawan Danzo, setelah mengacaukan pertemuan para kage waktu itu, membuat Karin terpaksa menelan perasaannya bulat-bulat. Sasuke tidak menyukainya, dan hanya memanfaatkan dia. Tapi melihat kemunculan Sasuke di markas mereka sekarang, membuat dia ... Sedikit berharap?
Ya, tidak ada salahnya kan mengharap cinta dari orang yang sudah lama disukai?
"Kenapa buru-buru? Bukannya kau baru saja tiba dari pengelanaan panjangmu?" tanya Suigetsu sambil melipat kedua tangan di belakang kepalanya. Dia tidak butuh kemampuan pendeteksi chakra atau perasaan untuk mengetahui bahwa Karin sedang gelisah, dan tidak ingin Sasuke pergi. "Orochimaru bahkan belum menyelesaikan kunjungannya di Panti Asuhan Kabuto." wajah Suigetsu langsung berubah aneh saat membayangkan manusia ular kejam seperti Orochimaru berinteraksi dengan anak kecil lucu panti asuhan. Dia kemudian bergidik, "Sebaiknya kau istirahat dulu sebelum kembali ke Konoha. Yah, sambil menunggu Orochimaru pulang," sarannya yang langsung disambut anggukan penuh semangat Karin.
"Ada sesuatu yang harus aku lakukan. Aku tidak bisa tinggal."
"Oh."
Suigetsu hanya bisa mendesah perihatin saat melihat Karin tak dapat menyembunyikan kekecewaan.
"Kalau begitu aku akan mencari Jugo, dia ada di sekitar markas. Si besar itu pasti ingin pamitan padamu."
Setelah Suigetsu pergi, Karin dan Sasuke berdiri dalam keheningan di depan pintu masuk goa persembunyian Orochimaru.
Sasuke tampak serius memikirkan sesuatu.
'Dia makin tampan.' Karin melirik Sasuke diam-diam. Memperhatikan penampilannya yang telah banyak berubah. Gaya rambut, pakaian, dan juga garis wajah, dia semakin dewasa dan mempesona.
"Ah." Perlahan, rona merah samar menjalari pipi Karin karena terlalu lama memperhatikan Sasuke.
"Karin?" si Uchiha muda akhirnya buka suara walau terlihat ragu.
"Iya, Sasuke?"
"Aku ... Aku tidak tahu seperti apa selera wanita," Karin bersumpah, baru kali ini dia melihat Sasuke salah tingkah dan menolak menatap mata lawan bicara. "Aku ingin menanyakan sesuatu padamu mengenai ini." Dia mengeluarkan sebuah kotak beludru kecil berwarna merah dari vest-nya. Dan Karin hampir mati berdiri melihat benda yang berada di dalam kotak itu.
Sebuah cincin platina polos, dengan ukiran kipas kecil lambang Uchiha sebagai mata cincinnya.
Jantung Karin mulai berdegup tak karuan, dan pikirannya melantur.
'JANGAN-JANGAN ... JANGAN-JANGAN SASUKE! OH GOD!'
"Bagaimana?" tanya Sasuke lagi.
"I-itu bagus. Sasuke. Sangat bagus." Karin menahan diri untuk tidak menubruk dan memeluk Sasuke.
"Benarkah?"
"Iya. Aku menyukainya," jawab Karin.
"Syukurlah." Sasuke tersenyum (sangat) tipis, sambil menutup kembali kotak beludru tersebut dan memasukannya lagi ke dalam kantong vest.
'Eh?'
"Aku harap dia juga menyukainya."
Mata Karin melebar. Perkataan Sasuke barusan terdengar seperti petir di siang bolong baginya.
"Kau ... K-kau akan melamar seseorang?" tanya Karin susah payah. Lidahnya terasa kelu dan hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk oleh pisau bedah Orochimaru.
"Hn. Aku akan melamar Sakura."
Karin tahu siapa Sakura, gadis berambut merah muda teman bocah Konoha berisik bernama Naruto. Dan juga teman satu tim Sasuke saat masih menjadi ninja Konoha.
Si rambut merah dari klan Uzumaki itu memejamkan mata, menghitung satu sampai sepuluh dalam hati. Setelah merasa cukup tenang, dia membuka mata lalu menatap Sasuke dengan ekspresi gembira yang dibuat-buat dan senyum yang dipaksakan.
"Kalau begitu selamat ya. Semoga kau bahagia ... Sasuke."
Sasuke menatap Karin datar, menilai ekspresi aneh yang diperlihatkan Karin.
Tak ingin berkomentar apapun tentang itu, dia hanya mengangguk sambil berucap terimakasih.
Baru kali ini Karin merasa bersyukur atas kehadiran Jugo dan Suigetsu yang menginterupsi kebersamaannya dengan Sasuke.
Setelah berbasa-basi sebentar dengan mantan timnya. Sasuke kemudian pergi, meninggalkan Karin dengan luka hati yang menganga.
.
.
"Hei. Kau tidak apa-apa?" Suigetsu mengernyit, melihat Karin yang masih berdiri mematung diluar gua. Tak peduli bahwa Sasuke sudah menghilang dari pandangan mata, dan Jugo sudah masuk ke dalam markas mereka.
Suigetsu mendengus melihat mata Karin yang berkaca-kaca. "Jangan sedih berlebihan begitu. Dia pasti akan kembali. Dan kalau kau mau, kau bisa menyu ..." bruk! "Eh?" Suigetsu tertegun ketika Karin tiba-tiba menubrukan diri padanya, lalu menangis sejadi-jadinya dipelukan si pemuda hiu.
"Kau kenapa Karin? Katakan."
Karin tak menjawab. Dia malah mempererat pelukannya pada tubuh Suigetsu.
"Ah. Sudahlah, jangan menangis Kawan. Aku disini untukmu."
.
.
FIN
.
.
(Omake)
"Dasar bodoh! Seharusnya kau tidak menyusulku," geram Sasuke cemas sambil merangkul tubuh bulat istrinya yang sedang mengerang kesakitan. Sebentar lagi perempuan bersurai merah muda itu akan melahirkan. Menggunakan Susano'o, Sasuke berusaha membawa Sakura dan juga Karin ke Markas persembunyian Tim Taka, agar istrinya bisa melahirkan disana.
Dalam hati Sasuke merutuki Sakura yang nekat mencari Karin untuk menyusulnya. Padahal wanita itu sedang hamil besar. Dan Sasuke juga tidak bisa menyembunyikan kekesalannya pada Karin, karena sudah membantu Sakura, mencari dia yang sedang dalam misi.
"Hiks. Sasuke-kun, sakittt."
Sasuke makin panik.
"Seharusnya kau tidak membantu dia mencariku." Dia mengalihkan kemarahannya pada Karin.
"Diamlah Sasuke! Sekarang fokus dulu pada Sakura, cepat bawa kami ke markas. Nyawa istri dan bayimu jadi taruhannya!" balas Karin ketus.
"Hiks. Sasuke-kun, sakit."
"Nak. Keluarlah dengan tenang, jangan buat ibumu kesakitan."
Sepasang mata ruby Karin menatap sendu pasangan Uchiha tersebut dari balik kacamatanya. Walau sebagian hatinya seakan seperti diremas kuat, entah kenapa Karin merasa sebagian hatinya lagi menjadi lega.
'Cinta tak perlu memiliki, aku sudah bahagia asalkan bisa melihatmu bahagia.'
