KIM JONGINN!" Teriakan seorang wanita memecah kedamaian pagi itu. Dengan tergopoh-gopoh seorang pria berkulit tan manis itu turun dari kamarnya dengan wajah kusut dan bibir tebalnya mengerucut sempurna. Ia mengucek matanya sebentar sembari menghentakkan kakinya kesal. "Ibu bisakah tidak berteriak seperti itu, putra mu ini tidak tuli.." ucap pria itu yang tak lain Kim Jongin sembari mendudukkan dirinya di sebuah kursi.

Tanpa banyak bicara Jongin mengambil sepotong roti di meja lalu memasukkan potongan roti itu ke mulutnya dan mengabaikan ibunya yang mengomel karena melihat kelakuan putra bungsunya. Ayah Jongin menggelengkan kepalanya sembari memandang Jongin yang memakan rotinya dengan lahap, hingga akhirnya sebuah jitakan mendarat di kepala Jongin, "YA!" Seru Jongin kesal kemudian karena ia nyaris saja tersendak makanannya.

"Sial.. Aku masih terlalu tampan untuk mati muda.." umpatnya dalam hati. Jongin memandang kesal pria yang lebih tua darinya tengah meminum kopinya dengan raut wajah tenang dan bersahaja. Jas rapi telah melekat di tubuh pria berkulit putih itu.

Berbanding terbalik dengan Jongin yang sembrono. Kim Joonmyeon melirik adiknya sebentar, "Sebaiknya kau mencuci muka dulu Jongin. Tidak baik makan dengan keadaan seperti itu."

Joonmyeon berbicara denga nada yang tenang. Dan ibu Jongin kembali mengomel. "Dengarkan kakak mu, contohlah dia Jongin.. Astaga, ibu pikir ibu akan cepat terkena stroke jika terus menghadapimu." Tuan Kim, ayah Jongin yang melihat kejadian yang sudah lumrah di keluarganya itu hanya dapat menepuk-nepuk bahu istrinya sembari menggeleng kepala.

Jongin memandang kakaknya sebentar sembari mengerucutkan bibirnya kesal. "Astaga baiklah tuan Kim yang terhormat." Ucap Jongin kemudian membawa potongan ayam terakhirnya ke kamar mandi. Joonmyeon pun hanya dapat menggelengkan kepala melihat kelakuan adik bungsu nya itu.

Kim Jongin, pria itu sudah berusia 22 tahun sekarang. Usia di mana seorang pria bisa di kategorikan dewasa, tapi anggap saja Jongin sedikit idiot. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya dengan bermain game. Game adalah hidupnya. Dan ayam goreng adalah nafasnya. Tapi buka berarti Kim Jongin anak yang polos dan penurut, ia malah lebih terkesan badboy. Ia bahkan cukup mengerti banyak hal tentang seks, karena ia mengoleksi cukup banyak video itu.

Dan aku akan member tahumu satu hal, Jangan bicara tentang cinta dengan Jongin. Bahkan Jongin tak ingin lagi merasakan cinta setelah ia di tolak mentah-mentah oleh kakak kelasnya dulu di SMA. Aku tau kenyataan hidup tak selalu manis Jongin.

Seperti hari ini ia bahkan lebih memilih berguling-guling di depan TV pasca libur kuliah. Jongin tak tau apa yang dapat di lakukannya hari ini selain bermain game di Laptop kesayangannya. Ia benci keluar rumah karena ia tak ingin kulitnya bertambah tan karena teman-temannya pasti akan makin senang mem-bully-nya.

"Astaga Jongin.. Ibu sudah berapa kali menyuruhmu mandi. Lihatlah ini sudah jam berapa!" omel ibunya lagi sembari memukul-mukul bokong Jongin dengan tangannya. Mau tak mau membuat Jongin berteriak dan menggulingakan tubuh menjauhi ibunya.

"Aisshh.. iya iya aku mandi.. Jangan memukuliku seperti itu, yak! Ibu sakit.." teriak Jongin kemudian mengusap-usap bokong malangnya. Ia mengerucutkan bibir tebalnya lagi. "Aigoo.. contohlah Joonmyeon kakakmu Jongin. Bagaimana kau akan memberi makan anak dan istrimu jika kau terus-terusan seperti ini."

"Ibu ini bicara apa? Istri apa? Bahkan aku tak memiliki pacar.." ucap Jongin kesal kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. "Ya! Siapa yang mau menjadi pacarmu jika kau terus seperti ini" Jongin menghentakkan kakinya kesal.

"Kalau bgitu ibu mendoakanku menjadi perjaka seumur hidup. Itu tandanya ibu harus merawatku seumur hidup.." kemudian Jongin menutup pintu kamar mandinya kesal dan ibunya lagi-lagi hanya dapat menggelegkan kepalanya.

Jongin melangkahkan kaki-kaki panjanganya menuju kamar miliknya. Tetesan air masih mengalir di sekitar dada dan bahu Jongin, tubuh bagian bawahnya pun masih tertutup dengan handuk putih miliknya yang menandakan dia baru saja selesai mandi. Aroma citrus segar bahkan masih menguar dengan jelas dari tubuh tan sexy itu.

Jongin menutup pintu kamarnya dengan sedikit kesal karena masih mengingat ucapan ibunya tadi, bibirnya yang mengerucut bergerak-gerak lucu. "Apa-apaan itu, memangnya dia mau jika aku benar-benar jadi perjaka seumur hidup. Bagaimana bisa berbicara seperti itu pada anaknya sendiri." Oceh Jongin sembari melepas handuknya. Dan kini tubuh telanjangnya terlihat berkilau karena terkena sorotan cahaya matahari masuk ke kamar Jongin melalui balkon dan jendela kamarnya.

Jongin kemudian memandangi tubuh polosnya sendiri di kaca lemarinya. "Bahkan jika aku berniat mencari kekasih-pun aku yakin banyak yang langsung menerimaku. Aku tampan dan sexy siapa yang akan menolakku.." gumam Jongin yang kini malah tersenyum-senyum layaknya idiot di depan kacaya sembari berpose-pose aneh (yang menurut Jongin sexy) layaknya model.

Oh Jongin, tak sadarkah kau ada yang sedang mengintaimu sekarang. Sesaat kemudian Jongin menghentikan acara jadi-model-sexy-dadakan-nya dan langsung memakai pakaiannya, ia bersiul-siul kecil sembari menyisir rambutnya. Tanpa sengaja mata Jongin pun menangkap sebuah bayangan di kaca lemarinya. Jongin langsung terdiam.

Sesaat ia mengedipkan matanya polos dengan otaknya memikirka sesuatu dan..

"OH FUCK! FUCKK! SIALAN AKU LUPA MENUTUP BALKON KAMARKU ARRGGH~" tiba-tiba Jongin berteriak histeris sembari menjeduk-jedukkan kepalanya ke pintu lemari. "ARGHHH!" Erang Jongin frustasi kemudian mengacak-acak rambutnya yang tadi sudah rapi tadi. Kakinya menghentak-hentak tak tentu arah. "Sial, bagaimana jika ada yang mengitipku tadi.. arrgghh! Kali ini kau benar-benar idiot.." oceh Jongin frustasi pada dirinya sendiri. Jadi, kau baru menyadari dirimu idiot Jongin?

Dengan perlahan Jongin pun melangkah kearah balkon kamarnya yang terbuka lebar. Dengan mengendap-endap dan sebenarnya ogah-ogahan ia mengintip keluar balkonnya sembari berharap tak ada seorang pun tetangganya yang melihat aksi konyolnya tadi.

Mata kucing Jongin bergerak-gerak liar memandang keadaan sekitar dengan perasaan frustasi dan khawatir. Sesaat kemudian matanya membulat dan menatap nyalang seseorang laki-laki yang tengah tersenyum miring ke arahnya.

Laki-laki itu berdiri di sebuah balkon yang berhadapan langsung dengan kamar Jongin. Atau lebih tepatnya balkon kamar Jongin. Bibir laki-laki itu bergerak-gerak dan Jongin mengartikan itu sebagai "Jongin kau sexy."

Hal itu benar-benar membuat Jongin ingin langsung melompat dari kamarnya. Lihatlah dia bahkan tidak memanggil Jongin dengan panggilan hyung. Laki-laki itu masih berdiri di sana dengan tatapan mata tajamnya dan senyuman miringnya yang mesum. Bisakah aku menghilang sekarang? Mungkin itulah yang ada di benak Jongin saat ini. Karena tak ingin kehilangan kewarasannya lagi lebih dari ini, Jongin langsung menutup balkon kamarnya rapat-rapat.

Pipinya memerah panas, dengan tangan yang menyentuh tubuhnya sendiri dengan perasaan frustasi tubuh Jongin pun melorot di balik pintu balkonya. "Arrgghh! Ibuuu~ putramu ini telah jadi korban pelecehan seksual!" teriak Jongin sembari menjambaki rambutnya frustasi.

Pria itu Oh Sehun, tetangga Jongin yang pindah 2 bulan yang lalu ke sebelah rumah Jongin. Kulitnya putih pucat, tubuh tinggi dan kekar serta garis wajah yang tegas dan cenderung datar membuat mu benar-benar berfikir kalau kau saat ini bertemu dengan seorang Dewa jika kau bertatap muka dengannya. Usianya baru menginjak 17 tahun, sangat tidak sesuai dengan postur tubuhnya yang proporsional.

Oh Sehun adalah salah satu orang yang masuk ke daftar orang yang harus di jauhi versi Jongin akhir-akhir ini. Bocah itu mesum, ABG ber-otak om-om mesum, bocah cabul atau apa-apapun Kim Jongin menyebutnya, Jongin menyebutnya seperti itu karena ia sering menangkap basah Oh Sehun memandangi dirinya (atau lebih tepatnya tubuhnya) dengan tatapan nakal.

Dan Jongin sendiri pun tau kalau Oh Sehun memang benar-benar mesum dan itu bukan hanya persepsi Jongin semata. Jongin bahkan pernah melihat Sehun menciumi seorang gadis di kamarnya (Jongin mengintip sehun dari balkon kamarnya dengan teropong miliknya.) dan itu bukan hanya terjadi sekali, tapi beberapa kali dengan gadis yang berbeda, walau Jongin akui jika Sehun itu hot untuk ukuran bocah seusianya.

Jongin merudukkan kepalanya dengan tangan yang masih terus menjambaki kepalanya. Oh demi Tuhan, ini adalah hal paling memalukan yang pernah ia alami. Ia tak tau harus apa sekarang, ia bersumpah ia benar-benar merasa dunianya runtuh jika ia harus keluar rumah dan bertemu dengan Oh-pervert -Sehun itu.

Jongin kemudian melangkahkan kakinya terburu-buru ke lantai bawahnya dan menemukan ibunya sedang duduk di sofa sembari menonton acara drama picisan yang di tayangkan di TV.

"Ibu, ibu.. bisakah kita bertukar kamar? Aku tak mau lagi tidur di kamarku yag sekarang aku mohon ibu.." ucap Jongin sembari menghentak-hentakkan kakinya frustasi dan mendapat tatapan what-your-fuckin'-problem-dude dari ibunya.

"Ibu.. aku mohon, keselamatanku terancam. Ibu tau, ada.. ada.. bocah maniak gila.. yang tadi mengintipku.." oceh Jongin lagi sambil terus menunjuk-unjuk keluar rumah dan matanya bergerak-gerak liar. "Ya! Kim Jongin.. Ibu tau kau ini sedikit memilik masalah dengan otakmu, tapi bocah maniak gila? Apa yang kau bicarakan?" seru ibunya sembari menjitak kepala Jongin membuat Jongin mengerucutkan kissable lips miliknya.

"Ibu aku serius, ibu tau putra tetangga baru kita yang bernama Oh Sehun? Dia mengintipku saat aku sedang berganti baju tadi.." seru Jongin

"Walau sebenarya ini salahku juga, sih.." lanjut Jongin dalam hati. "Oh.. Sehun?" ucap ibu Jongin dan Jongin menganggukkan kepalanya. "Mana mungkin dia mengitipmu? Oh Sehun adalah anak yang baik dan sopan dia bahkan kemarin memberi ibu tumpangan saat ibu pulang dari pasar, ah.. Nyonya Oh benar-benar beruntung memiliki anak tampan dan baik sepertinya." Kini ibu Jongin malah mengoceh tentang kebaikan Oh-pervert-Sehun yang Jongin yakin hanyalah sebuah mitos.

"Tidak seperti mu yang hanya tau cara makan dan tidur.." ucap ibu Jongin sembari melirik Jongin kemudian mengalihkan fokusnya ke layar TV yang masih menayangkan drama picisan itu, membuat Jongin benar-benar ingin menelan bulat-bulat sofa rumahnya.

"Ibu.. Aku tidak berbohong.." erang Jongin frustasi. "Baiklah, ibu boleh tidak mempercayai kata-kataku tapi biarkan aku pindah kamar ibu, bolehkah aku pindah ke kamar Joonmyeon hyung atau Yura noona? Bukankah Yura noona sedang di Busan, jadi…"

"Tidak." Potong ibu Jongin sembari memandang layar TV nya. "Ibu.." Jongin mengerucutka bibirya sembari terus merengek pada ibunya. "Ibu bilang tidak ya tidak Jongin. Cepat kembali ke kamar dan berhentilah menonton drama picisan yang membuatmu jadi seperti ini.." oceh ibunya lagi yang langsung di hadiah gumaman kekesalan Jongin.

"Baiklah, ibu jangan menyesal kalau misalnya aku mendapatkan pelecehan seksual lagi.." seru Jongin kemudian dari lantai atas kamarnya. Dan setelah itu, suara bantingan pintu kamar terdengar jelas, nyonya Kim hanya dapat menggelengkan kepalanya lagi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.30 KST. Keluarga Kim terlihat telah berkumpul di meja makan, Joonmyeon terlihat tengah asik megobrol dengan ayahnya. Ibu Jongin baru saja menyiapkan makanan yang sudah masak dan Jongin, ia terlihat lesu hari ini. Tidak biasanya dia terlihat semangat jika waktu sudah menunjukka waktu makan.

Jongin masih kesal pada ibunya dan tentu saja pada Sehun. Bahkan seharian ini ia benar-benar ingin menjeduk-jedukkan kepalanya ketembok sehingga amnesia dan melupakan kejadian tadi.

"Kau kenapa? Tumben kau tidak selera makan.." ucap ayah Jongin kemudian karena melihat putranya murung. Jongin masih mengerucutkan bibirnya. "Dia mulai bercerita kalau anak tuan Oh mengintipnya." Sahut ibu Jongin.

"Benarkah itu Jongin, mana ada orang yag mau mengintip tubut hitam-mu itu.." seru Joonmyeon kemudian tertawa terbahak-bahak. "Ya! Hyung aku bersungguh-sungguh. Dia itu bocah maniak gila.." seru Jongin kesal.

"Sudahlah, jangan terlalu di fikirkan. Oh ya tadi ayah mendapat telfon kalau Yura akan segera melahirkan." Ucap ayah Jongin, "Ya, ayah dan ibu berencana akan pergi ke busan besok." Lanjut ibu Jongin. Jongin hanya menatap orang tuanya malas.

"Joomyeon jagalah adikmu, dia masih seperti anak SD.." seru ibu Jongin. "Aku juga akan pergi ke Jeju besok ibu, ada meeting kantor di sana." Timpal Joonmyeon. "Sudahlah, aku bisa jaga diri.." ucap Jongin kemudian memasukkan makanannya ke dalam mulut.

"Benarkah? Bagaimana jika kita minta tolong Oh Sehun untuk menginap di sini, ku dengar dia pernah ikut Taekwondo dulu mungkin dia bisa menjaga Jongin.." ucap Joonmyeon yang membuat Jongin nyaris tersendak daging yang ia makan. "Tidak! Tidak! Tidak.." pekik Jongin yag langsung mendapat tatapan dari ayah, ibu serta kakaknya.

Sedangkan ayah dan ibunya malah mengangguk-angguk pasca mendengar usulan Joonmyeon. "Kurasa itu ide bagus.." ucap ayah Jongin kemudian. "Apa? Tidak! Aku sudah dewasa ayah, dan seorang bocah (mesum) melidungiku? Yang benar saja.." Jongin kemudian melirik Joonmyeon tajam dan Joonmyeon hanya tersenyum seolah ia tidak mengatakan apa-apa tadi.

"Kurasa itu cukup baik.." lanjut ibu Jongin. "Ibu.. Tapi.."

"Tidak Jongin, ku rasa kakakmu benar.. ayah dan ibu akan berangkat besok. Dan mulai besok sampai 4 hari kedepan ia akan menginap di sini, jangan melakukan hal aneh dan perlakukan Oh Sehun dengan baik.." ucap ibu Jongin panjang dan lebar yang membuat Kim Jongin lagi-lagi ingin menerjunkan tubuhnya ke jurang.

Jongin kembali menatap Joonmyeon tajam sembari mengumpati kakak tua sialannya itu. Dan Joonmyeon hanya tersenyum miring seolah mengejek Jongin sembari memasukkan makanannya ke dalam mulut.

Oh, ingatkan Jongin untuk menambal mulut menyebalkan Joonmyeon nanti.