Summary : Hidupku monoton, /15 tahun menjadi anak yang sombong, angkuh dan menyebalkan./15 tahun di permainkan, seperti mayat hidup, dan di kekang./Aku tahu keputusan yang kuambil akan berakibat fatal, /Tinggal sendiri./ Kabur dari rumah./ Tapi hanya dengan cara inilah, aku bisa keluar dari hidup monotonku./Chapter 1 : Sayonara, my monoton life!/RnR?
.
Disclaimer :
• Vocaloid © Yamaha and Crypton Corp.
• Sayonara, My Monoton Life © Chisami Fuka
.
Warning :
Typo(s), OOT, pendeskripsian kurang, alur berantakan, dan ga jelas.
.
Sayonara, My Monoton Life.
Chapter 1 : Sayonara, my monoton life!
.
Don't like? Click back.
.
.
.
Normal PoV
Kening Kaganemika Rin berkerut samar saat dia melewati koridor sekolahnya, hampir semua orang yang di lewatinya membicarakannya dalam sisi negatif, entah dengan cara berbisik ataupun berbicara dengan keras, sengaja menyindir dirinya.
Kaganemika Rin hanya berusaha memasang tampang datar sampai saat dia melewati beberapa gadis, mukanya langsung kecut. "Kau sudah dengar? Katanya dia beradu mulut dengan kakak kelas tadi pagi! Cih, padahal dia itu hanya adik kelas!" bisik salah satu gadis itu.
Kaganemika Rin menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah kerumunan gadis itu, "Well, darimana kau dapat info itu?" tanya Rin datar. Gadis yang di tanyai itu diam sambil merinding, meski ekspresi Rin datar, tapi tatapan matanya mematikan.
"S-Semua sudah membicarakanmu! Anak sombong dan angkuh sepertimu bahkan sebelum masuk kesini banyak yang protes karena kau mendaftar kesini!" balas gadis itu. Kaganemika Rin mendecak sebal,
"Pertama, aku tidak beradu mulut dengan siapapun hari ini, jadi katakan pada sumber informasimu agar tidak asal membuat gossip murahan. Kedua, aku masuk kesini karena secara langsung diminta oleh kepala sekolah sekolah ini, see? Prestasiku banyak, jauh beda denganmu yang hanya bisa menggossipkan orang dan malah gossip itu tidak benar. Jadi, kalau kau punya waktu untuk menggossipkan orang, berkacalah dulu, sudah sempurnakah dirimu?" balas Rin panjang lebar dengan nada mengejek, lawan bicara Rin tercengang dan itu membuat Rin menyunggingkan senyum kemenangannya, Kaganemika Rin sudah menang.
Selesailah perdebatan karena lawan bicaranya tidak berkutik lagi, maka Kaganemika Rin berjalan pergi, melanjutkan perjalanan pulangnya.
Dia Kaganemika Rin, putri bungsu keluarga Kaganemika yang kaya raya. Anak dari pasangan Kaganemika Lui dan Kaganemika Ring dan adik dari Kaganemika Lenka. Memiliki mata berwarna aquamarine dan rambut honeyblonde sebahu.
Hari ini hari pertamanya masuk ke SMA, Crypton Senior Highschool dan dia berumur 16 tahun. Dan sudah dilihat dari percakapan di atas, sifat Rin di mata banyak orang adalah menyebalkan, angkuh dan sombong, dan nyatanya memang begitu. Putri bungsu keluarga Kaganemika itu memang angkuh, menyebalkan, sombong, berlidah tajam dan pandai beradu mulut, tapi itu hanya dilakukannya pada orang yang mengganggunya.
Rin berhenti di samping sebuah mobil limousine hitam dan seorang pria berjas membukakannya pintu mobil itu. Rin duduk diam dalam mobil itu, matanya hanya menoleh keluar jendela dan memperhatikan area-area yang di lewatinya. Setelah beberapa lama, mobilnya berhenti di sebuah halaman yang besar, Rin tahu kalau itu halaman rumahnya.
Seorang pria berjas membukakannya pintu mobil lagi, dengan wajah datar Rin berjalan keluar dan memasuki mansion besarnya tanpa kata-kata.
"Selamat datang, Rin-sama." ucap maid yang sudah berdiri di depan pintu sambil membungkukkan diri, Rin hanya diam sambil berjalan menuju tangga, bermaksud pergi ke lantai atas.
"Rinny," panggil seseorang tiba-tiba saat Rin hendak membuka pintu kamarnya, "Hm?"
"Setelah ganti baju pergilah ke ruang tengah, Papa dan Mama mau bicara katanya," ucap orang yang memanggil Rin tadi. "Baiklah, Lenka-nee." jawab Rin sambil masuk ke dalam kamarnya. Kakaknya, Kaganemika Lenka, 20 tahun dan sedang kuliah di salah satu universitas terkenal di luar negri, hanya pulang beberapa kali kalau studynya sedang di 'istirahatkan'.
Rin melemparkan tasnya asal ke lantai dan segera mengambil handuk kemudian masuk ke dalam kamar mandi, beberapa lama kemudian dia keluar dan berganti pakaian, kemudian segera turun ke ruang tengah.
"Selamat siang, Papa, Mama, Lenka-nee." sapa Rin sambil membungkuk ketika sampai di ruang tengah. "Duduklah," ucap mamanya. Rin hanya menurut dan duduk di samping Kakaknya.
"Karena semua sudah berkumpul, kita mulai saja. Kami akan langsung ke topik pembicaraan," ucap Nyonya Kaganemika. Lenka dan Rin hanya diam mendengarkan, "Kita akan pindah besok." satu kalimat keluar dari Tuan Kaganemika.
"Kemana?" tanya Lenka langsung. "Salah satu mansion di Yokohama." balas Mamanya. "Bagaimana dengan sekolah Rinny? Jarak antara Tokyo dan Yokohama lumayan jauh loh.. Sekitar 45 menit, masa Rinny harus bolak-balik selama satu jam?" tanya Lenka lagi, dia memang sangat perhatian dengan adiknya yang dingin itu.
"Rin juga akan pindah sekolah," ucap Nyonya Kaganemika. "Pindah?" ulang Rin. Nyonya Kaganemika hanya mengangguk.
Rin menunduk sebentar, kalau dia pindah dan terus mengikuti keputusan orang tuanya, dia akan terus-terusan dimanjakan oleh kekayaan orang tuanya.
"Eng... Bagaimana kalau aku tinggal sendiri di Tokyo? Aku akan mencari apartement sendiri." usul Rin pelan.
"E-E-Ehh?! Tidak tidak tidak! Rinny, kau itu masih kecil! Bahaya kalau tinggal sendirian!" protes Lenka. Nyonya Kaganemika dan Tuan Kaganemika saling pandang sebentar. "Tidak bisa Rin, kami tidak bisa membiarkanmu tinggal sendirian di Tokyo, disini sangat berbahaya." ucap Nyonya Kaganemika kemudian. Lenka langsung menghela nafas lega.
"Tapi Ma, Lenka-nee saja pernah pergi ke Australia sendirian waktu berumur 14 tahun, aku hanya tidak ingin pindah sekolah lagi." ucap Rin. Entah sejak kapan dia terobsesi untuk tinggal sendiri.
Freeze
'Darimana Rinny tau?' batin Lenka.
"Memangnya Rin suka dengan sekolahnya?" tanya Nyonya Kaganemika lagi. Kalau jujur, Rin pasti akan menjawab benci, tapi dia lebih suka tinggal sendiri, tanpa maid dan satpam yang mengelilinginya.
Rin akhirnya mengangguk, Nyonya Kaganemika menghela nafas. "Baiklah kalau begitu, tapi kami akan menyuruh orang untuk menjemputmu ke mansion di Yokohama sekali dua minggu agar kami tidak terlalu khawatir padamu." ucap Nyonya Kaganemika. "Baiklah," balas Rin sambil tersenyum.
Rin tahu, keputusannya untuk tinggal sendiri itu berbahaya, bisa-bisa dia di culik atau apa, apalagi kota tempatnya tinggal ini tidak bisa di bilang aman.
Tapi Rin sudah bosan dengan hidup lamanya itu, bangun tidur; pergi sekolah; di kucilkan, di hina di sekolah; pulang sekolah; diam di rumah; tidur. Bosan, bukan?
Kalau dia tinggal sendirian, dia bisa 'bebas'.
"Tidakk! Disini sangat sempit! Gimana Rinnyku bisa tinggal?" teriak Lenka frustasi saat tiba di apartement Rin. Rin mengedarkan pandangannya, tidak sempit-sempit amat kok menurutnya.
"Disini engga sempit, Lenka-nee." ucap Rin sambil menarik kopernya dan mulai menyusun pakaiannya. Lenka mengerucutkan bibirnya, "Rinny yakin tidak apa-apa tinggal sendirian disini?" tanya Lenka sambil duduk di pinggir ranjang Rin yang berukuran king size. Rin mengangguk pelan, "Jangan terlalu khawatir, Lenka-nee. Aku juga akan pulang sesekali kok ke mansion di Yokohama." ucap Rin lembut.
Rin hanya bersikap lembut pada kakak dan orang tuanya, karena selama 16 tahun cuma mereka yang dekat dengan Rin, Lenka jugalah yang selalu perhatian pada Rin.
"Iya deh.." gumam Lenka sambil membaringkan dirinya di kasur. "Tapi kalau ada apa-apa telepon ya!" ucapnya kemudian. Rin hanya mengangguk. "Lenka-nee, daripada berguling-guling di kasur, tolong bantu aku menyusun barangku."
Terlihat seorang pemuda berambut hitam berlari di sebuah lorong gelap, setelah beberapa lama berlari, dia berhenti dan mengatur nafasnya.
Mata aquamarinenya menatap ke sebuah bangunan yang menjulang tinggi, "Bagus," gumamnya sambil berlari ke gedung itu.
"Le—Rei!" teriak seseorang ketika pemuda tadi tiba di dalam gedung. "Ah! Mikuo!" balasnya sambil mendekati orang tadi.
"Kenapa ngos-ngosan?" tanya orang yang bernama Mikuo, "Aku di kejar lagi," balas Rei. "Dan... Mana lensa kontakmu?" tanya Mikuo lagi. Rei menghela nafas, "Aku lupa memakainya tadi, tolong belikan aku yang baru." ucap Rei. Mikuo hanya mengangkat bahunya, "Ini kunci apartementmu, nanti malam akan kusuruh orang untuk mengantarkan keperluanmu, semua barang sudah tersedia di apartementmu." ucap Mikuo sambil memberikan sebuah kunci pada Rei. "Um, terima kasih, Mikuo." gumam Rei.
Mikuo tersenyum kemudian meninju bahu Rei pelan, "Tidak masalah. Ya sudah, sampai jumpa besok. Jangan lupa, Crypton Senior Highschool, kelas 10A." ucap Mikuo sambil berjalan pergi. Setelah itu Rei segera naik ke lantai 5 gedung itu, bermaksud pergi ke apartementnya.
Namanya Rei, Kagene Rei. Rambutnya berwarna hitam dan seharusnya matanya berwarna kuning. Tapi itu hanyalah samarannya.
Nama aslinya Kagamine Len, rambutnya berwarna honey blonde dan matanya berwarna aquamarine. Putra tunggal keluarga Kagamine yang sedang dalam pelarian alias kabur dari rumah.
"Nomor 24..." gumamnya setelah keluar dari lift.
DRAP DRAP DRAP
BRUK
"A-Au..." terdengar ringis seorang gadis, "Kau tidak apa-apa?" tanya Len sambil menunduk ke bawah, seseorang berlari ke arahnya dan menabraknya kemudian terjatuh tadi, syukurnya Len cukup kuat jadi tidak terjatuh. Len mengulurkan tangannya pada orang itu, seorang gadis berambut blonde.
"M-Maaf sudah menabrakmu! Sungguh aku tidak senga...ja.." ucap orang itu sambil berdiri. Orang itu membulatkan matanya, kaget karena orang yang di tabraknya tidak terjatuh padahal jelas-jelas orang yang di tabraknya itu lebih pendek darinya.
"Tidak masalah, lain kali hati-hati ya." ucap Len sambil berjalan pergi. Saat melewati Len melewati orang itu, orang itu sempat melihat nomor di gantungan kunci apartement Len. "H-Hei," panggil orang itu, membuat Len membalikkan barangnya.
"Ya?" tanya Len. "Kau tinggal di apartement 24?" tanya orang itu. Len mengangguk pelan, "Ah! Aku tinggal di apartement nomor 25! Meski aku hanya menemani adikku sampai lusa, tapi perkenalkan, namaku Kaganemika Lenka. Salam kenal." ucap Lenka sambil membungkukkan diri.
Len diam sebentar, "A-Aku Kagene Rei, aku juga baru hari ini disini. Salam kenal juga." balas Len. "Kalau begitu aku duluan, sampai nanti." ucap Lenka sambil masuk ke lift. Setelah Lenka pergi, Len hanya mengangkat bahunya kemudian berjalan lagi ke apartement nomor 24, dia sempat menoleh ke apartement nomor 25 yang ada di samping kirinya sebentar, terlihat ada tulisan 'Kaganemika Rin' di pintu nomor 25 dan di pintunya sendiri ada nama 'Kagene Rei'.
"Kaganemika ya.." gumamnya pelan sambil membuka pintu apartementnya dan menghidupkan lampunya.
Len langsung berjalan ke arah kasurnya dan menghempaskan dirinya ke kasur.
Tok tok tok
Len menggerutu pelan, baru beberapa detik dia berbaring di kasurnya, seseorang sudah mengetuk pintu kamarnya. Len berjalan membuka pintu kamarnya, terlihat seorang pria berbadan besar berdiri sambil membawa sebuah kantong plastik...berwarna pink dengan motif pisang.
"Kagene Rei?" tanya pria itu. Len mengangguk, "Ini ada kiriman dari Mikuo-sama." ucap pria itu. "Ah.. Terima kasih." balas Len, setelah itu pria itu berjalan pergi dan Len menutup pintunya, tidak lupa menguncinya.
Len menggerutu kesal saat melihat kantong plastik itu, warna pink? Mikuo pasti mengerjainya.
Ah, ngomong-ngomong soal Mikuo. Dia adalah teman baik Len sekaligus anak dari keluarga kaya raya, dia sendiri sudah memimpin sebuah perusahaan negi di Jepang dan umurnya baru 16 tahun. Semua keperluan pelarian Len dari apartement, baju, penyamaran, sekolah baru Len di atur oleh Mikuo.
Kembali ke keadaan, Len membuka sebuah kotak yang ada di kantong itu, isinya adalah beberapa lensa kontak berwarna kuning gelap.
Len segera berjalan ke arah cermin dan memakai lensa kontaknya. "Bagus.." gumamnya pelan.
Tok tok tok
Len segera berjalan ke arah pintu dan membukanya, orang tadi—Kaganemika Lenka sedang berdiri di depan pintunya dengan sebuah kotak di tangannya.
"Ng.. Ada apa?" tanya Len heran saat Lenka hanya diam menatapnya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Matamu... Bukannya tadi warnanya biru ya?" tanya Lenka pelan.
Len tersenyum kecut dalam hati, 'Kaganemika Lenka mempunyai kemampuan menghafal dalam sekali lirik, daya ingatnya sungguh besar.' batinnya.
"Eng.. Mungkin Anda salah lihat tadi, Lenka-san. Mataku dari tadi berwarna kuning kok," ucap Len ramah. Lenka hanya mengangguk-ngangguk, "Baiklah. Lupakan. Hei! Rinny! Ayo kesini! Dia tetanggamu," ucap Lenka setengah berteriak pada orang yang berdiri agak jauh darinya. Len menoleh ke arah itu, seorang gadis berambut honey blonde dan matanya berwarna aquamarine menatap Len dan Lenka dengan wajah datar sebelum berjalan ke arah mereka.
"Nah, Rei-san. Perkenalkan, ini adikku, mulai hari ini dia akan tinggal di apartement nomor 25! Namanya Kaganemika Rin." ucap Lenka sambil memperkenalkan mereka. "Dan Rinny, ini Kagene Rei, dia tetanggamu. Jadilah akrab dengannya!" ucap Lenka lagi.
Len hanya tersenyum ramah, 'Kaganemika Rin, pendiam, sombong, angkuh dan menyebalkan.' batinnya lagi.
"Oh ya, lalu lalu, ini untukmu, sebagai tanda perkenalan kami!" ucap Lenka sambil menyodorkan Len kotak yang dia bawa dari tadi. "E-Eh? Terima kasih banyak." balas Len. Lenka hanya tersenyum, "Tidak masalah, nah, kalau begitu aku dan Rin akan kembali ke apartement kami dulu. Sampai jumpa, Rei-san." ucap Lenka sambil menarik Rin dan masuk ke apartement nomor 25.
Len tersenyum pelan sebelum menutup pintunya.
Len sudah tahu sifat Lenka dan Rin karena keluarga Kaganemika adalah keluarga yang terkenal.
Bukan hanya itu, keluarga Kagamine dan keluarga Kaganemika juga saingan berat, berawal dari suatu kejadian. Kalau saja Lenka dan Rin tahu sosok asli Len, Lenka dan Rin pasti akan bersikap dingin padanya, karena persaingan keluarga mereka sangatlah berat.
Tapi kalau di suruh memilih, Len akan memihak pada keluarga Kaganemika. Dia membenci keluarganya, dia membenci Ayahnya, oleh sebab itu dia kabur dari rumah. Dengan susah payah, dengan bantuan teman terbaiknya, dia berhasil keluar dari mansion besar Kagamine.
Ayah Len bernama Kagamine Leon, keras, tegas, seenaknya, menyebalkan. Itu menurut Len. Sedangkan ibu Len, Kagamine Lily sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena pembunuhan, keluarga Kagamine yang kaya raya memang selalu di terror banyak penjahat.
Kenapa Len kabur dari rumah? Alasannya sederhana. Ayahnya menikah lagi tanpa persetujuan Len, tentu saja Len yang sangat menyayangi ibunya tidak setuju, apalagi tanpa membicarakannya dengan Len.
Bukan hanya itu, Len sudah muak. Secara tiba-tiba dia di jodohkan dengan seseorang yang bahkan tidak di ketahuinya sama sekali.
Karena itu Len memilih kabur dari rumah, menyamar sebagai seorang Kagene Rei, mengecat rambut blondenya menjadi hitam, memakai lensa kontak kuning untuk menutupi iris aquamarinenya. Dan dia akan pindah sekolah juga, menghilang tanpa kabar.
Tapi Len tidak khawatir akan di cari oleh polisi atau apa, karena dia yakin 100% kalau Ayahnya akan diam dan melakukan pencarian secara diam-diam, tanpa di ketahui media massa karena Ayahnya pasti akan repot menanggapi pertanyaan media massa.
Kenapa anak Anda bisa kabur dari rumah?
Apa saja yang dia lakukan terakhir? Apakah kelakuannya aneh?
Apa karena dia di jodohkan, makanya dia kabur dari rumah?
Simple, pokoknya Len tahu Ayahnya tidak akan melaporkannya ke polisi bahwa dia kabur dari rumah.
Kapan Len akan kembali?
Len hanya akan kembali jika Ayahnya menyesal dan membatalkan perjodohannya.
Len menatap jam dindingnya, pukul 9.47 malam, Len menggaruk kepalanya sebentar sebelum berjalan ke arah cermin dan melepas lensa kontaknya, kemudian berjalan ke arah kamar mandi dan mandi.
Setelah beberapa lama Len keluar dengan sosok aslinya, iris yang berwarna aquamarine dan rambut yang berwarna honey blonde.
Setelah memakai baju, Len segera naik ke kasurnya dan terlelap.
"Rinny! Bangun! Udah pagi!" teriak Lenka sambil menggoyang-goyangkan tubuh adiknya yang masih tertidur dengan pulas di kasurnya.
Rin membuka matanya dan mengubah posisinya menjadi duduk sebelum menoleh ke arah jam dinding.
"Lenka-nee, ini baru jam setengah lima. Rin sekolahnya jam enam." gumam Rin. "Tapi pemilik apartement menyediakan sarapan pagi jam lima! Gratis loh! Daripada susah-susah masak apalagi barang-barangmu masih berantakan, kita makan di bawah dulu saja." ucap Lenka. "Ungg... Baiklah..." gumam Rin, lebih baik menuruti permintaan kakaknya daripada mendengar kakaknya mengatainya jahat selama 5 jam—akibat kalau permintaannya tidak di penuhi.
Setelah beberapa lama kemudian, Rin siap dengan seragam sekolahnya. Sambil menguap-nguap dia mengekori kakaknya yang berjalan dengan semangat menggebu-gebu. "Menu hari ini ada oatmilks pisang, jangan di lewatkan!" seru Lenka dari tadi.
Setelah sampai di restoran kecil yang terletak di lantai satu, Lenka dan Rin segera mengantri mengambil sarapan, roti dengan selai sesuai selera, oatmilks dengan berbagai rasa, susu, kopi, bahkan bubur sudah di sediakan di sebuah tempat. Rin hanya mengambil selembar roti tawar dengan selai jeruk dan segelas susu, sedangkan Lenka memborong roti selai pisang, semangkuk oatmilks pisang, segelas kopi dan bubur.
Rin bahkan heran, kenapa Lenka yang termasuk monster makanan bisa tetap langsing dengan berat ideal padahal porsi makannya melebihi porsi normal.
Bodoh amat.
BRUK
Malangnya nasib Rin, seseorang menabraknya dan menumpahkan kopi di seragamnya. "Punya mata atau tidak?" gumam Rin spontan sambil menatap tajam orang yang menabraknya. "Rinny! Ga boleh kasar begitu," nasehat Lenka.
"E-Eh? Maafkan aku! Aku tidak sengaja! Sungguh!" ucap orang itu sambil membungkuk, meminta maaf pada Rin. Rin menggerutu kesal, bagus, sekarang rok seragamnya ada bercak hitamnya, bisa-bisa orang-orang mengomongkan yang aneh-aneh tentangnya lagi di sekolah.
"Ne? Rei-san? Ah! Tidak apa-apa, lagi pula Rei-san kan tidak senga...ja..." lagi-lagi Lenka memperlambat ucapannya saat melihat Len. "Eh? Rei-san sekolah di tempat yang sama dengan Rinny?" tanyanya kemudian. Len segera menoleh ke arah Rin, sama-sama seragam Crypton Senior Highschool.
"A-Ah.. Kurasa begitu," ucap Len. "Oh ya? Kelas berapa?" tanya Lenka lagi. "Sepuluh A," jawab Len. "Uwoh? Sekelas dengan Rinny? Tapi kenapa kalian tidak saling mengenal?" tanya Lenka heran. "A-Aku kemarin tidak masuk sekolah karena ada urusan, jadi kami tidak sempat bertemu." ucap Len cepat-cepat. "Oh.."
"Kalau begitu kami duluan ya, Rei-san." ucap Lenka. Len hanya mengangguk, tapi dia bisa melihat Rin menatapnya dengan tatapan tajam.
"Nee Rinny, aku tidak bisa menemanimu ke sekolah karena aku harus segera pulang ke mansion dan membantu Papa Mama membereskan barang, Rinny bisa pergi sendiri, kan?" tanya Lenka. Rin mengangguk, ga di bilang pun Rin udah berniat pergi sendiri.
"Baguslah," ucap Lenka sambil tersenyum.
Setelah selesai sarapan, Rin segera berjalan keluar apartement dan berjalan menuju sekolahnya. Jarak sekolahnya dan apartement memang dekat.
Dan beruntungnya dia bertemu dengan orang tadi, yang menumpahkan kopinya di roknya. Len yang sepertinya sadar ada orang yang menatapnya dengan tatapan mematikan segera menoleh ke orang itu.
"O-Oh hai, Kaganemika Rin-san," ucap Len sambil tertawa garing. Rin hanya membuang muka dan terus berjalan, "Kau masih marah denganku ya? Hehehe.." ucap Len, Rin hanya diam sambil terus berjalan. "Jangan dekat-dekat denganku." ucap Rin datar.
"Aku 'kan tadi tidak sengaja, sungguh!" ucap Len. Rin hanya menutar bola matanya, sebal. "Kalau kau ingin meminta maaf, jauhi aku dan jangan berbicara denganku lagi." ucap Rin sambil mempercepat langkahnya. "Eng? Baiklah.." gumam Len.
Tiba di depan sekolah Crypton Senior Highschool, Len bisa melihat beberapa limousine terparkir disana. Terlihat juga beberapa pria berjas sedang berdiri di sana dan Len bisa melihat Mikuo sedang berbicara dengan mereka.
'Pasti mereka sedang mencariku,' batin Len. Ayahnya tahu kalau Len berteman dekat dengan Mikuo, dan kalau Len menghilang, orang pertama yang di tanyai pasti Mikuo, sahabat dekat Len.
"Dasar angkuh, kemarin saja dia sudah mengatai seorang gadis. Pantas saja dia tidak punya teman." samar-samar Len mendengar bisik-bisikkan orang. Len segera tersadar pada Rin yang berjalan di depannya.
'Tidak punya teman, huh?' batin Len.
Len terus mengikuti Rin karena dia dan Rin sekelas kan? Tidak perlu susah-susah menanyakan dimana kelas sepuluh A karena Rin juga di sepuluh A.
Len tersenyum melihat suasana kelas, memang inilah yang selama ini diinginkannya, selama ini Len sekolah di sebuah sekolah elit dan semua muridnya bersikap formal, membosankan.
"Selamat pagi semuanya! Namaku Kagene Rei, kemarin aku tidak masuk karena ada urusan. Salam kenal." ucap Len tanpa aba-aba dan membuat banyak orang di kelas itu menatapnya, beberapa orang tersenyum, beberapa orang juga mendekatinya.
"Salam kenal juga Kagene Rei-san, namaku Clara." ucap seseorang dari orang-orang itu sambil mendekati Len.
Hari pertama, Len sudah menunjukkan sifat ramahnya dan di sukai banyak orang, dia mendapat banyak teman di hari pertamanya.
Setelah beberapa lama Mikuo masuk ke dalam kelas dengan muka kesal. "Hoi Le— Rei," panggil Mikuo, dia sempat menyebutkan nama asli Len tadi. "Eh? Kalian saling kenal?" tanya seseorang pada Len. Len hanya tersenyum sambil berjalan mendekati Mikuo.
"Mereka mencarimu tadi," bisik Mikuo pelan, mereka berada di pojok kelas jadi tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. "Aku tahu," balas Len sambil tersenyum.
"Sekarang bagaimana?" tanya Mikuo. Len mengangkat bahu, "Aku tidak mau memikirkannya. Karena apa yang selama ini ku inginkan ada disini, kebebasan. Teman yang tidak formal, bisa hidup santai, tidak di penuhi jadwal rapat, teman, cuma ini yang kuinginkan." jawab Len sambil tersenyum miris. "Jujur, aku muak dengan kehidupanku dulu," lanjut Len.
Mikuo menghela nafas, "Ya sudah. Hadapi semua yang terjadi, aku selalu mendukungmu." ucap Mikuo. Len hanya tersenyum.
"Well, kukira aku tidak perlu memperkenalkanmu pada orang-orang disini lagi, karena sepertinya kau sudah berkenalan dengan mereka semua." ucap Mikuo. Len hanya mengangkat bahunya. "Oh ya, ngomong-ngomong Mikuo. Kenapa kau menyewakanku di apartement yang bersebelahan dengan seorang Kaganemika?" tanya Len. Sudah di ketahui banyak orang kalau hubungan Kagamine dan Kaganemika seperti kucing dan anjing.
"Eh? Kau bersebelahan dengan seorang Kaganemika? Siapa? Jujur, aku tidak tahu." tanya Mikuo. Len melirik pada Rin yang sedang duduk diam di sudut kelas, "Kaganemika Rin, yang itu." ucap Len. Mikuo mengerjap-ngerjapkan matanya, "Nee? Aku tidak tahu. Sungguh. Tapi.. Kenapa dia bisa tinggal di apartement juga?" tanya Mikuo. "Entahlah, kemarin aku sempat bertemu dengan Kagamine Lenka juga, dia sangat ramah padaku, tapi kalau dia tahu kalau aku adalah Kagamine, mungkin dia hanya akan menatapku dengan tajam." ucap Len sambil tertawa.
"Ah, sudahlah... Selama dengan penyamaranku ini tidak akan ada yang tahu," lanjut Len sambil tersenyum miris.
Hidup dalam penyamaran itu tidak menyenangkan, kan?
"Tapi hanya dengan ini aku bisa keluar dari hidupku yang monoton, 15 tahun hidup seperti boneka. Meski aku tahu keputusanku untuk kabur dari rumah akan berakibat fatal, aku tidak akan menyesal sedikitpun." lanjut Len lagi.
Bebas.
Sayonara, my monoton life.
~To be Continue~
Author's Territorial
Chisami Fuka is back~~~! #nebar paku payung
Ekhm ekhm! Sebenarnya Saia pengen habisin waktu liburan Saia dengan nyerang(?) Fandom Vocaloid dengan karya absurd Saia ( ̄v ̄)v #plak
Tapi apa daya, memory Saia keformat beberapa hari yang lalu dan semua memory Saia hilang, lagu, gambar, video, sampai semua cerita. Oleh karena itu Saia habisin setengah waktu liburan Saia buat donlod ulang semua lagu, gambar dan video yang hilang. R. I. P. my old memory (˘ʃƪ˘) #plak
Juga, gomen kalau ada typo atau kesalahan, Saia ngetik tanpa ngecek ulang, males #bom
Last, disini Len menyamar menjadi Rei, tau Rei yang mana? Tau kan? Baguslah #plak.
Juga kenapa keluarga Kagamine dan Kaganemika bisa saingan mungkin di ceritakan di chapter selanjutnya.
Dan... Saia tahu fict ini super ga jelas. Tapi Saia ga bisa nahan hasrat(?) dan nafsu(?) buat nulis dan nge-publish cerita, gomen uda menuh-menuhin Archive ._.v
Etto, keep or delete? Mind to review?
Thanks for reading!
Sign,
Chisami Fuka.
