Zaman sekarang wanita lebih menguatamakan kesempurnaan. Hal itu bukanlah sesuatu yang tabu, justru munafik jika mereka menyangkalnya. Bukankah lebih menarik seorang pria yang keluar dari dalam mobil mewah ketimbang sebuah angkutan umum.
kekayaan adalah pemikat utama, sedangkan ketampanan dan kecerdasaan adalah sebagai pelengkap saja. Diluar sana hanya ada beberapa pria dengan kehidupan yang sempurna, sehingga bagi kaum hawa mereka bagaikan sebuah berlian yang dikelilingi oleh semak berduri, terlalu sulit untuk digapai dan terlalu mudah juga terlepas.
Huang zitao adalah salah satunya. Ia adalah wanita yang terlahir dalam keluarga yang sederhana. Namun, keinginan yang kuat agar mengubah garis keturunan menjadikannya wanita haus akan kesempurnaan. Ia tidak perduli pada umur dan fisik, baginya kalau pria itu memiliki kesempurnaan maka itulah mangsanya.
.
Medusa Kim Siska
Mr. Wu
GS
Comeback after hiatus
.
Vancouver, Kanada.
"Jam berapa dimulai?"
"Tengah malam Zi, pastikan kau memakai pakaian terindahmu ada begitu banyak kantong-kantong berisi emas disana." Suara seseorang di handphone Zitao terdengar antusias, ia bahkan memekik kesenangan saat menyebutkan satu-persatu tamu undangan penting yang tertera jelas di undangan mereka.
"Aku akan menjemputmu nanti. Ingat berdandan yang cantik baby." Telepon dimatikan, Zitao mendesah lega karena malam ini pesta besar-besaran akan kembali digelar. Memiliki seorang teman dari kalangan elit memang menguntungkan. Jika tidak ada yang mengenalmu di pesta maka ia akan mengatakan "dia bersamaku." Lalu orang lain akan menganggapmu wanita yang terhormat pula.
Jika ingin munafik jangan setengah-setengah dan bersembunyi.
Tidak akan ada peri baik hati, kereta labu dan loncengan tengah malam yang akan menghentikannya. Gaun panjang bermekaran bak negeri dongeng bukan penarik perhatian pria dewasa, mereka lebih menyukai wanita yang terlihat mengoda dan berkulit coklat mengkilat.
Mr. Wu
"Undangan anda nona." Pria berpakaian serba hitam menghentikan langkah Zitao dan sahabatnya. Sembari menunggu pemeriksaan, salah seorang dari mereka tersenyum penuh arti pada Zitao.
"kau luar biasa Zi." Ucap Brine setengah berbisik, Zitao hanya tersenyum membalasnya. Setelah semuanya selesai, Zitao dan Brine segera meninggalkan pintu pemeriksaan menyisakan raut kekecewaan orang tersebut.
Ruangan penuh dengan aroma wine yang manis, gemerlap dan kemewahan tiada batas. Berjalan anggun, raut wajah yang angkuh, bahkan suara yang dibuat seindah mungkin. Brine mengambil wine putih untuk Zitao, mereka bagaikan burung merak diatas hamparan batu permata.
"Ini malammu Zi, jangan memilih pria yang salah lagi." Brine kembali berbisik dan Zitao masih mempertahankan mimik wajahnya.
Kesalahanya yang dahulu tidak akan terulang lagi. Dimana ia memilih pria kalangan konglomerat tapi sama sekali tidak berani mengambil keputusan, seseorang seperti itu bahkan tidak pantas dikatakan jantan mungkin lebih tepat seekor keledai.
Zitao masih berdiri sendiri setelah Brine meninggalkannya, meminum wine dengan pelan sembari menunggu seseorang masuk kedalam pesonanya. Karena ia tahu, pria gentleman akan mendatangi sang wanita bukan sebaliknya.
"Apakah kau sendirian?" Zitao tersenyum samar dan berbalik untuk menatap asal suara, ia merubah senyum tadi menjadi lembut dan hangat.
"Menurutmu?" gurauan renyah untuk langkah awal baginya.
"Kusimpulkan jawabannya, iya." Zitao kembali membalas dengan senyuman, terlalu banyak bicara akan membuat kesan cerewet di mata pria.
"Namaku James Collinz, kau nona?"
"Huang Zitao, kau bisa memanggilku Zitao."
"Seorang wanita Asia." Ungkapnya terkejut tapi tidak ingin terlihat mencolok.
"Apakah itu salah ?" nada suara Zitao sedikit meninggi, mengisyaratkan sebuah ketidaksukaan. Akan tetapi sekali lagi, ini hanyalah sebuah trik.
"Maafkan perbuatan saya yang tidak sopan tadi nona Huang. Saya terkejut karena jarang sekali ada orang Asia di Pesta seperti ini." James meletakkan winenya lalu mengulurkan tangan ketika musik dansa mengalir untuk mengajak para tamu ke tengah ruangan.
"Untuk permintaan maafku." Senyum Zitao merekah indah, inilah yang perlukan.
Ulur lalu tarik kembali.
Mereka hanyalah sekumpulan pria yang mendamba tubuh wanita, mata keranjang tapi begitu royal untuk kepuasannya.
Mr. Wu
Klik.
"Brengsek!"
Klik.
"Akan kupastikan dirimu membusuk di neraka bajingan!"
Klik.
"Aku bersumpah!"
Plip.
Senyum kemenangan walau disudut kanan tertoreh lebam yang terlihat jelas. Ia menyesap rokok tepat dihadapan seorang pria terlentang menahan sakit disekujur tubuhnya.
"Hentikan Kris, Chan. Ia dapat tersulut emosi lagi."
Chanyeol berjalan pelan lalu menedang pria tadi. Salah satu rekan mendekat dan menarik bahu Chanyeol. "kau gila! Kenapa malah diperparah."
"Ayo kita pergi."Raung suara motor Kris membelah kesunyian kota Vancouver yang tenang. Sehun menatap miris beberapa pria yang meringkuk menahan sakit di tengah jalan."hey … cepat naik!" Chanyeol berteriak lalu melempar helm kepada Sehun. Pria tinggi itu merasa gerah karena menunggu Sehun terlalu lama. Namun, ia kembali tenang saat melihat kilatan dimata sehun.
Perlahan namun pasti Sehun mendekat dan ia berjongkok tepat dihadapan pria yang mengumpat pada Kris tadi. "kupikir kau terlalu sombong Evzen. Jadi terimalah kekalahanmu, jangan terlalu mencari masalah lagi pada Kris. Bersyukurlah ia tidak membunuh kalian." Sehun terkekeh.
Cuiih
Air ludah bercampur darah mengenai mata kiri Sehun, tawanya terhenti tergantikan dengan geraman tajam. " kau ternyata masih punya nyali?"
Senyum meremehkan Evzen torehkan untuk sehun, masih dalam alunan nafas yang tersendat pria itu mencoba membalas Sehun. " dasar sampah!" ejeknya.
Sehun sangat geram. Ia benturkan kepala Evzen dengan helm yang ada ditangannya, terus dan terus.
"Sehun cukup!" Chanyeol menahan tangan Sehun yang ingin mengayunkan lagi helmnya. Tarikan di kerah belakang Sehun cukup kuat hingga membuatnya tersedak kemudian batuk.
"Naik!" tanpa banyak kata Sehun naik kemotor besar Chanyeol dan mengejar Kris yang sudah lebih dahulu pergi.
Mr. Wu
Zitao mengikat sembarangan rambut hitamnya lalu memasang kacamata berbingkai kotak yang kuno sekali, memang selalu seperti ini penampilan Zitao berangkat kuliah. Tidak perlu berpenampilan terlalu cantik karena ia tidak ingin ada pria miskin yang terpikat padanya.
Sembari menutup pintu apartemen, Zitao memperhatikan tumpukan kardus di sampingnya. Ia menendang pelan untuk mengetahui apa isi dari kardus tersebut.
"Berhenti menendang kardusku."
Pria memakai kemeja putih kumal dan berantakan menyambut perbuatan zitao dengan suara kesal. Namun, raut wajah Tao tidak menampakan penyesalan, malah ia bergidik ngeri melihat tetangganya seperti seorang pengemis.
"Sudahlah, cepat pergi."
Zitao mendengus. "siapa juga yang mau berlama-lama bersama pria berbau bir murah sepagi ini."
"Aku mendengarmu!"
"Oh baguslah."
Tawa kecil terdengar dari mulutnya dan Zitao dapat mendengar suara pintu yang ditutup kencang. "inilah resiko tinggal di apartemen murah."
TBC
FANFIC INI KEBALIKAN DARI BLACK. DIMOHON UNTUK MEMBERIKAN REVIEWNYA ... SEBAGAI PENYEMANGAT AUTHOR.
FB Medusa Kim Siska
