Disclaimer: Persona 3 © ATLUS


"Takeba, bisakah kau menjawab soal ini?"

Suara sensei memecah lamunanku. Langsung kubuka-buka buku matematikaku dengan wajah yang terasa panas. Anak-anak lain yang melihat hanya tertawa kecil.

"Duh! Sekarang pelajaran sejarah, Takeba! Bukan matematika!"

Ucapan Sensei menyadarkanku yang sedari tadi membolak-balikkan halaman buku matematika. Semua anak dikelas tertawa, wajahku merah. Kenapa hari ini aku...

.

.

Aku melangkahkan kakiku di ruangan gelap beralaskan karpet. Ruangan luas, dengan dua sofa besar, dan dapur di belakang. Sepi, disini aku sendiri.

...Entah mengapa...

Tapi aku tahu tempat ini.

Disini... aku tertawa dengan banyak orang.

...dan yang paling kuingat adalah senyum gadis itu.

.

.

Dari ujung lorong aku bisa mendengarnya. Percakapan mereka yang memakai namaku. Mereka yang terdengar khawatir padaku.

"Kenapa sih, Yuka-tan belakangan ini?"

"Melihatnya saja jadi gelisah..."

"...Pasti..."

"...dia begitu karena tidak ada Minato-kun."

"Ya... Tak terasa sudah setahun, ya?"

Setelah kudengar suara langkah kaki mereka menjauh, aku mendengar suara langkah kaki yang lain. Langkah kaki ringan yang mendekatiku.

"...Yukari-chan, bisa kita bicara?"

...Aigis.

.

.

...Bukan...

Bukan aku.

Dan kesakitan yang berbaur di tempat ini...

...bukan milikku.

Diriku hampa, sekaligus penuh hal-hal tidak berguna.

Dan yang aku punya hanyalah nama. Nama yang suatu hari kau ucapkan di bibir kecilmu.

Tapi aku tak bisa menemukanmu... Bahkan tidak tahu harus kemana.

Sekarang tidak akan aneh jika kapan pun dan kemana pun aku bisa menghilang.

.

.

"Yukari-chan... Kamu kangen Minato-kun?"

"...Iya. Tulis surat apa ya, supaya dia mau pulang?"

"Kenapa?"

"Meski bertanya kenapa..."

"..."

"Semenjak diberi tahu Ryoji-kun, aku tahu hari seperti ini akan tiba."

...Aku tahu itu, tapi...

...aku sombong pada diriku.

Aku terlalu meremehkan semua hal. Padahal aku tahu, suatu saat aku akan kehilangan dia.

"Yukari-chan..."

"...hmm?"

"Ada pepatah kalau bintang yang sudah jatuh ke tangan manusia, tidak akan bisa kembali lagi ke kawanannya... Apa dia seperti itu?"

"..."

...Mungkin.

.

.

Suara angin menemaniku di balkon kecil ini. Entah apa yang menuntunku kemari, kakiku melangkah sendiri.

Bisa kudengar langkah kaki seseorang yang mendekat kearahku. Mungkin kehadiranku mengganggu tidur lelapnya.

Gadis itu menatap diriku beberapa detik dengan bola mata coklatnya. Rambut pendeknya berkibar kecil ditiup angin. Entah mengapa... aku kenal anak ini.

"Minato."

Apakah aku datang mencari anak ini?

"Bagaimana, kau bisa sampai disini?"

Dia tidak terlihat sedih...

"Tidak ada yang terluka, 'kan?"

...hanya tersenyum kepadaku.

"Syukurlah kamu terlihat tidak apa-apa..."

Entah... apa yang sedang kulakukan disini.

"...!..."

...Aku hanya mengingat perasaan hangat yang menjalar ketika memeluknya.

Di hari itu... Mengikuti bunga yang mekar dengan indah di langit malam. Mengikuti irama waltz yang terdengar dari jauh.

Mestinya kugenggam tangannya...

...dan berdansa dengannya.

.

.

Dan ketika aku membuka mata...

...kau tak ada lagi di sisiku.

"... Minato...?"

Aku terbangun tepat di atas tempat tidurku. Pintu kaca menuju balkon terbuka kecil, membiarkan gordin hijau berkibar di tiup angin.

...Mimpi...?

.

.

Fin.


Note: Akh! Sudah selama ini aku tidak menulis fic, jadinya abal begini? Maafkan saya para MinaYuka-ers... Maafkan saya telah menistakan nama mereka...

Yang habis baca, wajib isi pajak review, ya.