~Classic Romance~

Part 1/2

.

.

"Heiji-kun,"

"Ng?" pria berkulit hitam itu mengangkat kepalanya sembari memasang tali sepatunya.

"Kenapa tidak mau pergi denganku?" seuntai kata dari gadis manis berambut ekor kuda itu membuat pria bernama heiji tersebut menghela nafas dan menarik gadis itu ke pangkuannya.

"Ah Kazuha, aku kan ada janji dengan temanku."

"Tapi,"

Kring kring kring

"Moshi-moshi? Hmm, oke oke, aku segera kesana."

Gadis itu hanya terdiam cemberut menatap punggung pria yang disayanginya itu sedang telponan dengan seseorang diseberang sana. Beberapa saat kemudian pria itu menutup ponselnya dan berbalik menatap gadis yang cemberut di belakangnya itu.

"Aku pergi dulu ya, ayo jangan cemberut lagi. Smile~ Bye Bye~" dengan semangat pria itu mencubit pipi gadis itu dan berlalu meninggalkannya tergesa-gesa.

"HEIJI!"

BLAM

Percuma.

Percuma saja Kazuha, anak Direktur perusahaan terkenal se-Jepang itu berteriak, karena sosok pria bernama Heiji itu sudah menghilang dari balik pintu.

Heiji hanya bisa terdiam dalam kekesalan.

"Entah kenapa, akhir-akhir ini kenapa kau begitu jauh. Aku, aku tidak bisa menjangkaumu."

.

.

"HEIJI!" sebuah suara mengagetkan pria yang sedang melamun di meja Cafe itu. Ia menoleh ke belakang dan menatap lesu gadis berambut panjang yang kini beralih duduk di hadapannya.

"Kenapa memanggilku kesini? Aku baru saja habis latihan~" omel gadis itu menguap kecil.

"Temani aku sebentar. Aku bosan sendiri disini."

"Lagian siapa suruh kau pergi ke tempat ini? Kenapa akhir-akhir ini kau sering meninggalkan Kazuha sendirian? Dia pasti akan sangat canggung sekali tinggal sendirian di tempat ini."

"Ran! Aku memintamu kesini bukan untuk mengomel, tapi bantu aku." Heiji sedikit berteriak sehingga membuat gadis yang merupakan waitress di Cafe itu terdiam kaget.

"Kenapa? Kalau kau ada masalah cerita saja padaku." Ran menatap Heiji dalam. Pria itu hanya membuang muka dan menyipitkan matanya seolah tampak sedang berpikir.

"Hei,"Ran dengan lembut meraih tangan Heiji dan menggenggamnya dengan hangat. Pria itu sedikit kaget menatap Ran canggung. Ran hanya tersenyum.

"Ayolah, cerita padaku."

Heiji terdiam. Ia menundukkan kepalanya.

"Aku ingin Kazuha kembali ke keluarganya."

"Apa?" ucapan Ran barusan benar-benar membuat Ran speechless. Tak tahu ekspresi apa yang hendak ditunjukkannya, karena ini merupakan kabar yang sangat baik dan buruk untuknya. Sisi buruknya Kazuha akan sedih dengan ini, tapi sisi baiknya ini pertanda bahwa Ran bisa memasuki kehidupan Heiji lagi. Menjadi kekasih hati pria itu sesuai harapannya selama ini.

"Heiji-kun," Ran kembali menggenggam erat tangan Heiji membuat pria itu menatap gadis itu dalam.

"Lakukan apa yang menurutmu terbaik. Aku akan selalu mendukungmu."

Heiji tersenyum. Ia mengangguk. Tapi walau wajahnya tersenyum, dari lubuk hati terdalam ia menangis.

Tidak.

Tidak hanya itu yang dikhawatirkan Heiji saat ini. Tapi Sahabatnya, sahabat sejak kecilnya yang saat ini sedang dalam keadaan berbahaya. Membuat dirinya harus memilih 2 pilihan tersulit dihidupnya.

Sahabat yang sudah seperti saudara kandung atau Wanita yang dicintainya.

"Ran, aku ingin kau membantuku." Heiji memecah sunyi. Ran mengangkat kepalanya dan menatap pria itu heran.

"Aku membutuhkan bantuanmu."

CIIITT

Kazuha menghentikan sepedanya di depan sebuah Cafe yang sering dikunjunginya bersama Heiji. Awalnya ia tidak berniat sedikitpun untuk ke Cafe itu, tapi sesuatu menghentikannya. Dari luar jendela Cafe, ia dapat melihat jelas sosok Heiji yang sedang berbincang dengan Ran, teman lama Heiji yang mana juga merupakan sahabat Kazuha. Dan yang jadi masalahnya adalah Ran tampak menggenggam tangan Heiji dengan hangatnya sembari saling menatap satu sama lain dalam.

Seketika Kazuha merasakan pedih di dadanya.

"Jadi ini alasanmu selama ini menolak ajakanku?" Tanpa terasa air mata Kazuha berlinang, ia pun berlalu meninggalkan Cafe itu.

.

.

PRANG

"ARGH!" benturan keras terdengar dari sebuah ruangan yang sangat sepi.

Gelap.

Bau.

Kotor.

Bercak darah yang sudah mengering menyebar di sekeliling. Suara rantai yang membelenggu seorang pria berdencingan menimbulkan suara-suara berisik.

"DIAM!" teriak seorang pria bertubuh atletik menonjok perut pria yang tengah diikat rantai dan digantung di tengah ruangan itu.

"Urgh!" Pria itu memuntahkan darah dari mulutnya dan semakin melemah. Darah di pelipis membuat pandangannya kabur, ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya dari pada terus disiksa seperti itu, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa.

Mereka, terus memantaunya.

"Bos, dia masih belum mau mengaku!" Lapor seseorang kepada pria bertubuh tinggi dan memakai Jas hitam yang sedang duduk di sofa besar ruangan itu memantau perkembangan tawanannya tersebut.

Pria itu hanya diam dan menatap korban kekejamannya itu dengan pandangan murka.

"Tuan muda, sepertinya dia tidak akan pernah mengaku. Bagaimana kalau kita lepaskan sa.."

"TIDAK!" teriak pria bernama Bourbon itu marah memotong ucapan pria paruh baya yang merupakan anak buahnya itu.

"Kakek tua Toyama itu, beraninya merahasiakan dari ku kalau putrinya menjalin cinta dengan pria lain. Pokoknya sampai kapanpun aku akan terus mencari gadis itu! Harusnya si tua bangka itu juga harus bertanggung jawab atas kegagalan penikahan kami, tapi untung saja aku masih berbaik hati mengingat dia adalah calon mertuaku."

Anak buah pria itu hanya terdiam menunduk.

"Air.." terdengar desis kehausan dari sosok pria yang tengah digantung itu.

Bourbon bangkit dari sofanya dan menghampiri pria itu. Ia menarik dagu pria itu dan tersenyum kecil.

"Bagaimana Shinichi? Kau masih mau bersikeras menyembunyikan keadaan mereka? Kau hanya akan menyiksa dirimu sendiri. Lebih baik kau beritahukan padaku dimana dia berada."

"..Air.." tapi pria bernama Shinichi itu tidak mengacuhkan Bourbon. Bourbon yang kesal memanggil anak buahnya dan membisikkan sesuatu. Anak buahnya mengangguk dan berlalu ke suatu tempat. Beberapa saat kemudian dia kembali dan menyerahkan sebotol minuman berwarna bening kekuning-kuningan. Bourbon mengambil botol itu dan menyuapkannya pada Shinichi yang tak berdaya.

"Minum ini! Minuum!" teriak Bourbon memaksa Shinichi untuk minum, tapi Shinichi menolak dan meludahkan minuman itu lagi.

"PHUAHAHHAA! Memangnya enak air seni ku itu?" ujar anak buah Bourbon tertawa terbahak-bahak. Bourbon ikut tertawa.

"Dasar Bodoh! Mati saja kau!" Bourbon melepas dagu Shinichi kasar dan berlalu meninggalkan ruangan itu. Shinichi hanya tertunduk tak bertenaga.

"Heiji.." lirihnya pilu.

.

.

KREK

Heiji masuk ke rumah dengan hati-hati. Hari sudah larut malam, ia takut membangunkan kekasih hatinya yang pasti sudah tertidur saat ini. Ia melangkah ke sofa, dan benar saja tampak Kazuha tengah tertidur disana menunggunya pulang. Heiji tampak kasihan dan menghampiri Kazuha. Ia membelai wajah Kazuha lembut dan menata poni gadis itu sambil tersenyum.

"Kazuha, Aishiteru."

Merasa Kazuha pasti tidak nyaman tidur di sofa, Heiji pun mengangkat tubuh Kazuha dan memindahkannya ke kamar. Heiji menaruh tubuh Kazuha pelan agar tidak membangunkannya ke kasur. Kemudian ia berlalu untuk menuju ke kamarnya sendiri, namun tiba-tiba sebuah tangan menahannya. Heiji terdiam dan menoleh ke tangannya.

"Jangan pergi." desis Kazuha hendak terisak.

Heiji yang kaget melihat ekspresi Kazuha langsung duduk di kasur dan menatap gadis itu intens sembari membelai wajahnya lembut.

"Kau kenapa?"

Kazuha hanya diam tidak menjawab. Tibia-tiba ia mengecup bibir Heiji dan memeluk pria itu dengan hangat.

"Jangan tinggalkan aku. Berjanjilah untuk tetap bersamaku." Kazuha pun tak dapat membendung air matanya dan menangis di bahu Heiji. Heiji hanya terdiam speechless.

Kenapa, kenapa tiba-tiba gadis itu berbicara seperti itu?

Heiji berusaha tersenyum. Ia melepas pelukan gadis itu dan mengacak-acak rambutnya.

"Siapa yang akan meninggalkanmu, baka! Aku akan selalu bersamamu."

Kazuha hanya terdiam menatap Heiji. Ia pun mulai menghentikan air matanya dan ikut tersenyum walaupun terlihat dipaksakan.

"Janji?"

Heiji terdiam sejenak, tapi ia pun mengangguk dan menjabat kelingking Kazuha menandakan bahwa ia benar-benar akan menjaga janjinya. Kazuha pun tersenyum dan memeluk Heiji erat. Heiji hanya terdiam.

Terdiam begitu ia kembali mengingat kembali kejadian minggu lalu.

[FLASHBACK]

Malam itu Heiji pergi ke Club tempat dimana ia bekerja. Memang beginilah hidupnya, disaat semua orang memilih untuk tertidur di larut malam, ia malah pergi bekerja sebagai seorang DJ dan Penyanyi di Club milik nya sendiri. Karirnya lumayan bersinar, dan selain mewujudkan hoby nya, Heiji pun juga dapat memperoleh uang dari aksi nya di tengah malam itu.

"Woah, itu kan Pengusaha muda yang berbakat itu."

"Iya, itu kan Bourbon, ganteng sekali~"

Baru saja sampai di ruang Prepare Club nya, Heiji disambut oleh histeria teman-temannya yang tampak kagum melihat berita di Televisi Flat yang digantung di dinding.

"Ada apa sih?" tanya Heiji geli.

"Lihat itu, itu kan Bourbon yang tampan itu. Katanya dia akan mengumumkan sebuah berita."

Heiji spontan terdiam mengamati layar Televisi itu. Ia terpana menatap sosok wajah yang dikenalnya itu sedang mengumumkan sesuatu.

"Tunanganku, Toyama Kazuha *Foto Kazuha ditampilkan di layar* dibawa kabur seorang pria tidak bertanggung jawab. Siapapun yang menemukannya, beri tahu aku. Aku akan memberi hadiah untuk kalian. Dan kau yang menculik kekasihku, jika kau melihat berita ini lihat emailmu. Aku mengirim sesuatu untukmu."

"Woah~ Jadi dia kehilangan tunangannya. Sayang sekali~"

"Aku pikir dia masih akan terus single. Beruntung sekali tunangannya."

"Licik sekali pria yang membawa kabur tunangannya, siapa dia?"

Heiji mengepal erat tangannya saat teman-temannya membicarakan berita barusan. Teman-teman Club Heiji memang tidak pernah bertemu dengan Kazuha, karena Heiji tidak pernah membolehkan Kazuha pergi ke tempat kerjanya yang terkenal keras itu.

Teringat akan email tadi, Heiji pun segera membuka emailnya dari Handphone. Dan benar saja, terdapat sebuah email dari Chansung disana.

-Aku sudah menawan temanmu. Kau mau pergi kemana lagi? Aku tidak akan melepaskanmu selama kau membawa Kazuha. Kau tahu apa yang akan aku lakukan pada temanmu? Lebih baik melepaskan Kazuha dan semua akan kembali tenang. Ku tunggu kedatanganmu minggu besok, dihari yang sama dan waktu yang sama di gedung tempat pernikahanku dan Kazuha dulu. Kau tidak datang, aku akan membunuhnya-

Heiji terdiam.

Dahinya dipenuhi keringat dan matanya terbuka lebar.

"Shinichi?"

[END FLASHBACK]

.

.

Malam itu Heiji bangun dari tidurnya. Hari ini adalah hari penentuan baginya. Pilihan sulit itu pun harus dilakukan sekarang, karena besok takdir akan menentukan semuanya. Yakin dengan apa yang dirasakannya, Heiji pun memulai aktingnya.

Heiji mengintip Kazuha yang baru saja berbaring di kasurnya hendak tidur. Memastikan gadis itu belum tidur, Heiji berbicara lewat telepon di pintu kamar Kazuha dengan suara keras.

"Moshi-moshi? Ran? Ya, Kazuha sudah tertidur, ayo bertemu di tempat biasa."

Kazuha yang tampak mendengar pembicaraan Heiji sontak kaget dan speechless. Ia bangkit dari tempat tidurnya hendak menegur Heiji.

BLAM

Tapi ia terlambat menghentikan pria itu yang sudah berlalu dengan motornya. Kazuha hanya terdiam speechless. Ia mendapati sebuah surat kecil yang terjatuh di dekat pintu. Sepertinya Heiji tidak sengaja menjatuhkan kertas itu.

-Hotel Warrior Kamar 33-

Sontak jantung Kazuha berdetak kencang. Tubuhnya bergetar hebat. Terlebih saat mengingat nama 'Ran" yang diucapkan Heiji tadi, membuat batinnya benar-benar pedih.

"Heiji-kun?" Kazuha dengan air mata berlinang terisak. Pikiran-pikiran buruk melayang-layang di kepalanya.

Namun tidak mau diam begitu saja, Kazuha pun bangkit dan bersiap-siap ke alamat Hotel tersebut.

Kazuha dengan motornya sampai di hotel tersebut. Ia menaruh motornya dan langsung berlari ke dalam hotel. Kazuha menuju meja Resepsionis dan disambut oleh sang Resepsionis.

"Selamat malam, ada yang bisa dibantu?"

"Saya mau tanya, apakah ada pengunjung yang bernama Hattori Heiji check in di hotel ini?"

"Tunggu sebentar ya." Resepsionis itu tersenyum dan mencarikan nama yang disebut Kazuha.

Beberapa saat kemudian,

"Maaf nona, iya ada nama pengunjung Tuan Hattori Heiji yang check in hari ini di Lantai 5 kamar 33."

DEG

Spontan Kazuha merasa tubuhnya membeku. Ia tak dapat bergerak.

"Heiji," Kazuha pun menangis. Sehingga membuat sang Resepsionis kaget dan khawatir.

"Nona, apa kau baik-baik saja?"

Kazuha hanya mengangguk dan berlari ke Lantai 5.

"Heiji!" Kazuha terus menangis dan mencari kamar nomor 33. Dan benar saja, dari koridor itu ia melihat Heiji dan Ran kebetulan mau masuk ke kamar 33 itu. Kazuha langsung terdiam. Lututnya terasa lemah dan ia pun terduduk.

BRUK

"Ternyata benar." batin Kazuha memandang kosong Heiji dan Ran yang masuk sambil tertawa ke dalam kamar.

TBC