Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : AU/Out Of Chacter/Typo(s)/Hncur/Gaje dll [maybe]

Pairing : Naruto x Hinata

Genre : Romance/Drama

Rated : T

Chapter : 1

.

.

.

Hinata Pov

Uggh, menyebalkan sekali sih, kenapa pagi-pagi begini kelasku ah ralat—maksudku sekolahku sudah berisik alias ramai berita tak jelas. Apalagi siswi-siswinya, kenapa mereka? Hanya karena akan ada siswa murid baru pindahan dari luar negeri yang 'katanya' tampan dan akan masuk hari ini saja mereka dandan begitu err... norak.

Akh sudahlah. Oh ya, gara-gara itu aku lupa memperkenalkan diriku. Perkenalkan, namaku Hyuuga Hinata. Aku hanya gadis biasa yang menjabat sebagai wakil ketua kelas di kelasku. Humm, tapi kalau di pikir-pikir kenapa aku tidak sekalian saja yang menjadi ketua kelasnya? Ketua kelas yang aslinya saja malas-malasan. Hampir semua kewajibaan ketua kelas aku yang kerjakan. Aku jadi heran sekaligus kasihan... bagaimana bisa gadis secantik Temari-senpai bisa menjadi kekasih si Ketua pemalas itu?

Uh, sudah lupakan. Oh ya, hari ini sekolah sedang di gemparkan dengan siswa pindahan dari London yang 'menurut gosip' berwajah tampan. Aneh sekali sih, hanya karena itu saja gempar. Kalau Justin Bieber yang masuk sekolah ini baru boleh gempar. Yang paling parah itu kelasku, lihat gadis-gadis di kelasku sedang berdandan massal saat ini. Katanya sih 'dia' akan masuk ke kelasku. Tapi aku juga tidak begitu tau dan tidak mau tahu. Jika aku di suruh memilih, biarkan saja 'dia' masuk ke kelas lain. Kenapa? Karena di sisni sudah ada si Sasuke –si pangeran sekolah- tapi asal kalian tahu ya, aku bukan salah satu dari pengikut organisasi pantat ayam itu.

Hmm, banyak orang yang menilai aku adalah orang yang sombong dan pendiam. Ya karena aku memang sangat sulit bergaul. Padahal aku sangat ingin mempunyai banyak teman. Punya temanpun hanya orang-orang terdekat saja seperti Tenten, dia kan kekasih kakak sepupuku.

Teng Tong Teng...

AH, TIDAK. Sakura-chan tidak masuk hari ini. Bagaimana ini? Uggh, aku tidak mau jika aku duduk dengan siswa baru itu. Aku takut. Aku tidak mau jadi pusat perhatian. Pokoknya tidak mau, bagaimanapun itu tidak boleh terjadi.

Aku mengacak-ngacak rambutku frustasi, aku harus menghindar bagaimanpun ca—tunggu sepertinya ada seseorang yang menyapaku? Tapi... siapa?

"Lo, Halo..." Aku mendongkakan kepalaku, aku merasa mendengar suara. Saat aku mengangkat wajahku yang kudapati adalah... wajah? Waw, matanya indah sekali, seperti permata berwarna biru yang mempesona.

Ah, ini bukan saatnya untuk jatuh terpesona. Wajah orang ini terlalu dekat. Ini terlalu dekat! INI TIDAK BISA DI BIARKAN...

JDUAAKK

.

.

.

Normal Pov

"Akh, pelan-pelan. Kau itu kenapa sih? Kenapa kau tonjok aku? Memangnya aku salah apa?" tanya pemuda berambut pirang yang kini sedang di obati hidungnya yang 'sedikit' memar oleh gadis bermata lavender berkacamata.

"Ma-maaf, aku hanya refleks. Lagipula wajahmu terlalu dekat tahu. Tapi kalau kau mau, kau bisa menunggu perawat UKS datang kok." Kata Hinata sambil mengambil kotak P3K. Pemuda itu memasang wajah cemberut sambil mengelus-ngelus hidungnya yang mancung.

"Tidak, aku ingin kau yang bertanggung jawab sendiri," kata pemuda itu.

"Ini, kau pakai sendiri." Kata Hinata sambil menyodorkan plaster pada pemuda pirang itu. Sedangkan yang bersangkutan hanya menyeringai jahil.

"Pasangkan~, kau kan sudah janji pada Asuma-sensei akan bertanggung jawab sepenuhnya." Kata pemuda itu.

'Menyebalkan sekali sih orang ini. Apa-apaan dia? Cih.' Gerutu Hinata dalam hati. Tapi toh Hinata tetap melakukan acara 'tanggung jawabnya' ini.

Dengan berat hati Hinata mulai memasangkan plaster itu di hidung si korban. "Ah, kurang pas agak sini." Hinata pun mengikuti perintah pemuda ini.

"Bukan di situ, tapi disini," pemuda itu menggenggam tangan Hinata dan menuntunnya kearah letak luka di hidungnya. Mendadak jantung Hinata berdegup kencang kala pemuda di hadapannya ini menggenggam tangannya lembut. Tapi Hinata berusaha keras mempertahankan wajah datarnya demi mempertahankan harga dirinya di depan pemuda menyebalkan –kata Hinata- ini. "Selesai," kata Hinata tenang.

Setelah selesai menempelkan plaster di hidung pemuda berkulit tan itu Hinata berniat pergi keluar ruangan UKS ini dan pergi kemanapun asal tidak ada pemuda ini. Tapi niatnya harus terurungkan karena ternyata pemuda bermata biru ini tak lekas melepaskan genggamannya pada lengan Hinata tapi malah menariknya duduk di hadapan pemuda itu. "Ah!" Hinata terkejut ketika pemuda itu semakin mendekatkan wajah tampannya pada wajahnya.

"Kita belum berkenalan, aku Namikaze Naruto. Kalau kau?" kata pemuda yang ternyata bernama Naruto itu sambil memamerkan senyuman mautnya.

"Aku Hyuuga Hinata. Sudah selesai? Jadi mohon lepaskan tanganmu, aku mau pergi." Jawab Hinata mencoba sedatar mungkin walau sebenarnya ia sangat gugup. Naruto sedikit terkejut mendengar penuturan gadis di hadapannya, baru kali ini ada gadis yang imannya tak tergoyahkan kala ia mengeluarkan senyuman mautnya.

Naruto pun melepaskan genggamannya, masih dengan senyuman mautnya ia menatap lekat gadis yang kini berjalan keluar ruangan UKS dengan cepat.

Setelah kepergian Hinata dari ruangan UKS itu Naruto membaringkan tubuh atletisnya pada ranjang yang sedari tadi ia tempati, "Hyuuga Hinata. Hummm, hebat. Kau mampu menarik perhatianku." gumam Naruto menyeringai misterius.

_To Be Continued_

A/N: Ini fict pertamaku, jadi mohon bantuannya ya. Fict ini aku publish dengan ragu-ragu karena saya masih sedikit kurang percaya diri. Fict ini masih pendek memang di sengaja karena masih prolog.

Mohon maaf sekali kalau ceritannya masih [sangat] jelek.

Umm, mind to riview?