Bluub...Bluub...Bluub...

Mimpi ini lagi...tenggelam dalam air jernih yang biru dan dingin, semakin ke bawah semakin dingin dan gelap...aku ingin ke atas melihat dan merasakan hangatnya mentari...

"Seseorang...tolong aku..."

Aku meronta-ronta, tanganku menggapai-gapai berharap seseorang akan menangkap, air mataku perlahan-lahan jatuh...

"Kenapa tidak ada seorangpun yang menolongku, jika ini mimpi..."

Tanganku terus meronta, akan tetapi tiba-tiba muncul bayangan dan bayangan itu menarik kakiku, ada yang mengikat tanganku, leherku dan seluruh tubuhku dan bayangan itu berusaha membawaku ke dasar air yang gelap.

"Jika ini mimpi...aku harus bangun", batinku berkata.

Aku pun berusaha melawan kekangan bayangan itu dan memukul-mukul kepalaku agar aku bangun dari mimpi buruk ini.

"Bangun...bangun...bangun...", teriakku.

Tiba-tiba di tengah keputus-asaku, aku melihat bayangan seorang lelaki, ia menjulurkan tangannya yang putih pucat dan menggeram disertai bayangan kupu-kupu yang menari-nari di sekeliling tubuhku.

"Kalian...beraninya kalian menarik tubuh gadis ini, jika kalian tidak melepaskannya, aku akan melenyapkan kalian !", geramnya.

Akupun segera menyambar tangannya, dan ia mendekapku ke dadanya, bayangan-bayangan itu mulai lepas dan kembali ke dasar air. Lelaki itu membawaku ke atas air dan menggendongku ke tepian, ketika aku hendak membuka mata untuk melihat wajah lelaki itu, aku hanya melihat atap plafon kamarku yang berwarna pink pucat dan di temani deringan jam bekerku yang sudah menunjukan jam 7 pagi.


HANAFUDA

Genre : Supranatural/Suspense/Romance

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

Warning GaJe Inside...Don't like? Don't read

This's My First Fic, Hope you like it!

Chapter 1


"Sepertinya aku sudah bangun...", batinku berkata, dan aku beranjak dari ranjangku yang berwarna pink dengan motif mawar pink bernuansa gothic, lalu aku mematikan jam bekerku dan mengambil handuk menuju kamar mandi.

"Mimpi itu lagi, sudah 4 hari berturut-turut aku memimpikannya, tenggelam dan di tolong oleh lelaki berkulit putih pucat lalu terbangun sebelum melihat wajahnya", gumamku di cermin sambil merapikan rambut bubblegumku yang di potong bob sebahu.

"Yap, rambut dan seragam sudah rapi, tinggal mengecek perlengkapan untuk di bawa ke sekolah"

"Sakura, cepat turun, ayo sarapan nanti terlambat loh !", teriak Tayuya dari lantai 1.

"Sebentar, nanti aku akan turun!", balasku.

Setelah mengecek peralatan, aku segera menutup resleting tasku dan menyambarnya, lalu aku turun ke bawah menuju ruang makan untuk menyantap sarapan pagi. Begitu aku sampai di ruang makan, Tayuya dan Ayame sibuk menyiapkan bekal bento untuk aku dan kakakku, aku adalah anak ke dua dari dua bersaudara, aku mempunyai kakak lelaki bernama Sasori yang berbeda 2 tahun, mukanya baby face dengan rambut merah maroon sangat mencolok di sekolahan, banyak sekali gadis-gadis di sekolahku naksir padanya, tak heran aku selalu dititipi oleh mereka barang-barang untuk kakakku, seperti surat cinta, kue, dll, yang biasanya berakhir di tempat sampah atau jika berupa kue, kakak biasanya memberikannya padaku atau Kakuzu untuk dijual kembali.

Di meja makan, kulihat kakakku tersenyum kecut melihat keleletanku. Dan bibiku yang sedang menyiapkan bento, Tayuya, mahasiswi tahun ke 3 jurusan musik di Konoha Music University, alat musik andalannya adalah hampir semua alat musik tiup, terutama flute. Kini aku, Saso-Nii, bibi Tayuya dan Ayame-san tinggal ber-empat di atas toko kecil berdesain minimalis, pas untuk figur toko bunga yang elegan. Sedangkan orang tuaku menghilang tanpa jejak saat kami berlibur di rumah nenekku di Kiri 5 tahun yang lalu, dan polisi memvonis bahwa mereka telah meninggal setahun yang lalu.

Kini kami hanya hidup dari uang pensiunan ayahku yang hanya seorang polisi dan toko bunga milik ibuku, aku dan bibi Tayuya berbagi tugas dalam menjaga toko, bibi Tayuya mendapat shift pagi karena ia mengikuti kuliah siang, pulangnya ia biasanya bermain musik di Kafe Akatsuki seminggu 3x. Sedangkan aku siangnya sampai jam 4 sore, jika ada kegiatan klub maka kakakku, Saso-Nii yang menggantikanku. Ayame-san juga ikut membantu setelah pekerjaan di rumah selesai.

"Hei adikku jidat, cepat sarapan, nanti aku tinggal loh", kata Saso-nii sambil mengejek.

"Sabar sosro-nii, aku tidak akan bangun kesiangan jika tidak bermimpi buruk lagi", desisku ke kakakku yang menyebalkan.

"Owh, itu kan cuma mimpi, dasar", ejeknya lagi.

"Huh!", balasku sambil memayunkan bibirku.

"Sudah-sudah, pagi-pagi jangan berkelahi, ini bento kalian dan sehabis sarapan cepat kalian berangkat agar tidak kesiangan". Lerai Ayame dengan lebutnya. "Dan satu lagi, nanti sepulang sekolah kalian cepat pulang yah lalu packing, kondisi nenek di Kiri semakin menghawatirkan, jadi besoknya kita akan ke bandara, kan mulai besok kalian akan libur musim panas", kata Tayuya.

"Hah? Pergi ke rumah nenek yang membosankan itu?", teriakku bersamaan dengan Saso-Nii, mendengarnya Tayuya hanya cemberut dan memayunkan bibirnya sedangkan Ayame-san hanya terkikik kecil melihat kekompakan kami, mengingat kami jarang sekali akur. Tentu saja kami berdua keberatan pergi ke tempat itu mengingat tempat itu adalah dimana kedua orang tua kami menghilang tanpa jejak.

"Ayolah, kami tau betapa beratnya kalian pergi ke tempat itu tapi nenek kalian sangat membutuh kalian disampingnya, siapa tau dengan bertemu cucunya yang manis-manis bisa cepat sembuh", kata Ayame yang bermaksud membela Tayuya. Mendengarnya kami hanya mengangguk tanda setuju.

" Ya sudah, ingat cepat pulang yah, hari ini toko di tutup karena aku akan pergi ke kampus sebentar." Kata Tayuya sambil membuka laci meja hendak mengambil kunci motornya.

Sesudah sarapan aku segera mengambil bento dan menuju pagar rumah sambil menunggu Saso-Nii mengeluarkan sepeda motor Ninja Kawasakinya yang berwarna merah norak.

"Huh, naik motor norak lagi nih", ejekku.

"Cerewet ! kalau nda maw aku bonceng, jalan kaki sana" balasna sambil menyerahkan helm pink ke arahku, walau kakakku menganggapku menyebalkan, dia tidak akan tega membiarkan adik satu satunya ini berjalan kaki sendirian ke sekolah.

"Sakura..."

Dheeeg...

"suara ini, suara lelaki di dalam mimpiku", batinku terkesiap setelah mendengar suara lelaki itu, aku menoleh ke kiri dan ke kanan untuk mencari asal suara itu.

"Sa...kura...a..."

"Suaranya semakin lemah dan sendu", batinku berkata lagi, seketika tubuhku bergidik ngeri namun lamunanku dibuyarkan oleh kakakku.

"Ra...Sakuraa...sakura...Heeeeiii !" teriak kakakku di sebelah telingaku.

"Issh...nda perlu teriak yah, aku juga dengar, Saso-Nii baka !", balasku.

"Habisnya, dari tadi kau melamun terus, nanti kita bisa telat, aku nda maw kalo hari ini jam pelajaran pertamaku dihabiskan untuk menyapu halaman sekolah", ceramahnya.

Aku hanya diam mendengar ceramahnya, melihat hal itu, kakakku merasakan sesuatu yang tidak beres dariku. Biasanya aku selalu meladenin setiap ejekannya. Apa Saso-Nii tidak sadar ada suara yang memanggilku?

"Hei, kau lagi sakit perut yah", katanya pelan.

"Tidak, ayo kita berangkat, nanti telat, hari ini pelajaran pertamaku Anko-sensei.", jawabku sambil memasang helm dan naik ke atas motor.

"Hahaha...guru itu lagi, deritamu diajar olehnya." Ejek kakakku. "Pegang pinggangku erat-erat, aku akan ngebut." Kata Saso-Nii dengan tersenyum maut yang membuat aku sweatdrop.

"Saso-Nii..."

"Apa lagi hah?"

"Hmm...tadi di halaman depan rumah, mendengar sesuatu tidak ?"

"Tidak, memangnya ada kenapa ?"

"Eeeng...tidak ada kok"

"Kau dari tadi aneh sekali, apa ada stalker yang mengikutimu ?"

"Yee...enak saja, Saso-Nii ajah yang sering diikuti stalker", jawabku sambil cemberut.

"Ah, iya yah, mana ada cowok yang naksir cewek kasar macam kamu, hahahhaha...Auuuwww sakit baka !"

"Saso-Nii baka !"

Setelah sukses mencubit pinggang kakakku, kupeluk pinggang kakakku dengan erat dan akhirnya kami sampai di Konoha High School, salah satu sekolah elit di Konoha. Begitu masuk, kamu mendapat sambutan dari gadis-gadis fans Saso-Nii dan kami pun berpisah di lorong sekolah karena berbeda gedung. Aku pun berjalan kecil menuju kelasku yang ada di lantai 2. Begitu aku masuk kelas, aku mendapat sambutan ke-dua dari temanku, Ino, gadis berambut blondie bermata aquamarine, kakaknya Deidara-Nii teman dekat Saso-Nii dan mereka sering datang kerumahku untuk bermain PS, saking dekatnya satu sekolahan memberikan mereka julukan "Pasangan Maho Tahun Ini", akan tetapi tetap saja tidak dapat membuat Fans mereka berkurang, malah mereka senang akan duet dua orang maho sampai muncul SasoDei FC ! benar-benar gila...

"Sakura-Chaaan...hari ini kamu cantiiik sekaliii", rayunya

"Dasar Ino-pig, kau pasti ingin meminjam PRku yah", tebakku.

"Hehehe...iya nih, pleaseee...kau tau sendiri kan aku lemah dalam pelajarannya mana ini PR dari Anko sensei pula", katanya sambil meletakan satu tangannya di jidat kepala sambil menutup matanya dengan dramatis, dasar drama queen !.

"Huh, ya sudah, ayo ketempat dudukku", kataku

"Kyaaa...kamu memang sahabatku", peluknya lagi.

Sambil menemani Ino menyalin pekerjaanku, aku mengobrol tentang mimpi yang aku alami selama 4 hari berturut-turut padanya dan Hinata yang baru saja datang langsung menghampiri kami.

"Hmm...menurutku sih, mungkin lelaki itu jodohmu", jawabnya ngawur sambil menyalin pekerjaanku.

"Dasar Ino-pig, masa cuma itu pendapatmu", kataku sambil memicingkan mataku dan mendengus.

"Aaku se...tuju dengan Ino, si..apa tau dia jo...dohmu." jawab Hinata gugup.

"Ya maumu gimana? Di dalam mimpimu kau tenggelam dan seorang lelaki menolongmu, siapa tau lelaki itu adalah pangeranmu", Tunjuknya ke jidatku yang lebar dengan pensilnya. "Lalu apa kau kali ini melihat wajahnya? Siapa tau dia tampan", celotehnya lagi sambil melanjutkan kegiatannya menyalin Prku.

"Tidak, entah mengapa saat aku ingin melihat wajahnya, aku tersadar dari mimpi itu", gelengku dengan cepat dan semangat.

"Yap, selesai! Terima kasih Jidat!", katanya.

"Dasar Ino-Pig!", balasku.

Teeet...teeet...teet, bunyi bel masuk kelaspun berbunyi dan itu juga merupakan tanda dimulainya pelajaran Anko sensei yang merupakan guru paling killer di sekolah. Sreeeg...pintupun bergeser dan tampaklah wanita berambut ungu dengan wajah angkuhnya beserta aura membunuh yang keluar dari punggungnya, aku jamin dia dulu pasti seorang yankee di SMAnya.

"Selamat pagi anak-anak, yang tidak mengerjakan PR hari ini selahkan keluar", desisnya to-the-point bangeeet.

Seperti biasanya, tidak ada yang tidak membuat PR dari wanita ini, karena konon kabarnya yang tidak membuat PR akan mendapat sangsi yang sangat berat. Ino harus bersyukur karena selalu terhindar dari sangsi itu karena menyalin Prku tiap pagi. Selama pelajaran bahasa jepang dari Anko-Sensei, aku hanya sibuk membolak-balik buku sastraku dengan tatapan bosan. Dan setelah membolak-balik, aku tertarik salah satu baris kata dalam buku sastraku.

"Hmm...Hanafuda?", gumamku pelan dan mulai membaca satu alinea.

"Ini seperti nama kartu aneh yang nenek berikan sebagai hadiah ulang tahunku dua tahun lalu", gumamku lagi.


.

.

.

❖❖❖Flash Back❖❖❖

Hari ini tanggal 28 Maret adalah hari ulang tahunku yang ke 13 tahun, di rumah hanya dirayakan bersama Saso-Nii, bibi Tayuya, dan Ayame-san. Seperti tahun-tahun sebelumnya, hari ulang tahunku tanpa kehadiran kedua orang tuaku, mereka menghilang tiga tahun yang lalu saat kami berlibur ke rumah nenek. Aku masih sangat shock dengan kejadian tersebut. Sedangkan di sekolah, aku hanya merayakannya dengan teman-teman dekat di kelasku, seperti Ino-Pig, Naruto, Hinata, Kiba, Shikamaru, Shino, dan Chouji. Kami merayakannya dengan pesta kecil-kecilan di warung ramen Ichiraku dan tentunya aku yang mentraktir mereka semua, yang paling bersemangat adalah Naruto, mengingat kedai ramen itu adalah kedai makanan favoritenya.

Kue ulang tahunku hanya kue black forest ukuran kecil mengingat kami harus menghemat biaya hidup. Aku mulai meniup lilin berbentuk angka 13 tersebut dan mengucapkan permohonan. Aku memohon kepada Kami-Sama agar orang tuaku segera di temukan, hidup atau mati. Saat aku mulai membuka hadiah-hadiah dari teman dan keluargaku, tiba-tiba aku melihat sebuah bungkusan kecil berwaran putih, kata bibi Tayuya itu adalah hadiah ulang tahun dari nenekku, Chiyo Baa-san.

"Wah, tumben nenek memberikanku hadiah, kira-kira isinya apa yah", gumamku.

Akupun mulai membuka bungkusan itu dan terlihat sebuah kotak kecil berisi kartu dan surat.

"Ini adalah kartu Hanafuda, mainan nenek waktu masih kecil dulu, nenek ingin mewarisinya untukmu, sebelumnya nenek ingin memberikannya saat kamu ke Kiri, tetapi nenek lupa. Bla...bla...bla...tapi ini bukan sembarang kartu, nenek harap kartu ini dapat melindungimu dari marabahaya."

Begitulah isi suratnya

"Hmm..jadi jimat toh.", Aku pun segera melihat kartu-kartu itu dengan saksama.

"Gambarnya bagus juga, eh ada gambar bunga Sakura", kataku dengan semangat, bunga sakura adalah bunga favoritku dan ibuku, persis seperti namaku, Haruno Sakura yang berarti bunga sakura di musim semi, sepertinya aku mulai menyukai kartu ini, mungkin karena gambarnya yang bagus, walaupun umurnya sudah berpuluh-puluh tahun dan bau kartunya apek sekali (ngapain aku cium yah? =.=")


.

.

.

❖❖❖Normal POV❖❖❖

"Hmm...jimat dari nenek, sepertinya aku simpan di laci mejaku", gumamku yang tidak sadar akan keberadaan Anko sensei yang dari tadi mengawasi tingkah anehku.

"Hanafuda?", terdengar suara Anko sensei tepat di belakangku. Akupun tersentak kaget dan mencoba membalikkan tubuhku dan menatap muka Anko sensei. Terlihat muka Anko sensei yang mengernyitkan sebelah alisnya.

"Seharusnya kau membuka halaman 170, bukan 156", desisnya lagi.

"Hai", jawabku pelan.

"Kuso !, gara-gara aku memikirkan kartu konyol itu aku malah terkena dampratan Anko sensei.", gumamku sepelan mungkin agar Anko sensei tidak mendengarnya.

"Sa...ku...ra..."

Dheeeggg...aku merasa ruangan kelas mendadak bergetar tapi kenapa tidak ada satupun yang mendengar suara itu atau merasa cemas dengan ruangan yang bergetar itu, paling tidak mereka menoleh mencari asal suara yang menurutku cukup keras dan mengganggu.

"Hei, Ino-Pig, kau mendengar suara lelaki tadi yang memanggil namaku?", bisikku pelan ke Ino yang duduk tepat di depanku.

"Tidak, aku dari tadi hanya mendengar ceramah Anko sensei dan menguap", jawabnya polos dengan tampang bosan.

Teeet...teeet...bel pergantian pelajaran berbunyi, kali ini pelajaran matematika dengan Asuma sensei, dilanjutkan dengan jam istirahat, selama jam istirahat aku memakan bento bersama Ino-Sai dan Hinata-Naruto di kantin, mereka adalah sepasang yang sedang mabuk cinta dan aku satu-satunya yang masih jomblo.

"Ayolah Sakura, hanya kamu saja yang masih jomblo, kenapa kau tidak merekrut salah satu penggemarmu untuk menjadi pacarmu ?", goda Ino-Pig.

"Iya Sakura-Chan, kamu kan cantik, tapi tetap Hinata-Chan yang paling cantik di dunia.", gombal Naruto yang sukses membuat pipi Hinata merona merah.

"Betul apa yang di bilang Naruto, kan kakakmu Saso-Nii mempunyai teman yang keren-keren, seperti Hidan-Nii, Pein-Nii dan masih banyak lagi, dan juga ada juga kakak kelas kita yang naksir banget sama kamu, kalo tidak salah yang alisnya tebal itu", celotehnya sambil mencomot telur gulungku.

"Ka...kalau tida...ak salah, namanya Rock Lee." Kata Hinata.

"Idiiih...amit-amit dah sama cowok itu", kataku sambil memasang muka jijik. "Aku tidak akan mencari pacar untuk sementara ini, aku ingin konsen ke sekolah karena aku akan mengambil fakultas kedokteran, jadi nilaiku harus bagus dan Pein-Nii sudah jadian loh, tapi backstreet dengan Konan senpai, kemarin Saso-Nii yang cerita." Lanjutku sambil mencomot asuparamaki Ino.

"Apaaa? Pain-Nii ketua yakuza sekolah jadian dengan Konan senpai ketua klub merangkai bunga yang pendiam dan elegan itu? Wah aku benar-benar tidak menyangka, cinta itu benar-benar buta yah." Celoteh Ino dengan semangat. "Apa tidak ada gosip lagi?" lanjutnya, Ino memang cukup terkenal sebagai biang gosip, tidak ada satu gosip yang tak luput dari dia di sekolah ini.

"Yaa...karena cinta itu buta, siapa tau kau bisa jatuh cinta dengan Lee." Jawab Sai dengan senyum palsunya yang garing.

"A...pa jangan-janga...n Sakura-chan menunggu lelaki ya...ng ada di mimpimu?", jawab Hinata yang langsung membuat makan siangku tersedak di tenggorokanku, benar-benar tepat sasaran dan sekarang aku hanya terbatuk-batuk.

"Ma...af Sakura-chan, ap...a ucapanku sa...lah?", jawab Hinata dengan wajah penyesalan.

"Tidak, aku rasa yang kamu ucapkan ada benarnya, tadi saat pelajaran Anko sensei aku mendengar suaranya dan ruangan serasa bergetar." Jawabku sambil menggeleng kepala.

"Wah, benar-benar aneh yah, dari tadi aku tidak mendengar apapun loh, Cuma suara Anko sensei saja.", kata Ino yang sudah menyelesaikan makan siangnya sambil menepuk bibirnya dengan tissue.

"Yap, Selesai, terima kasih atas makanannya Hinata-Chan, Btw aku juga loh, tidak ada yang bergetar sama mendengar suara kok." Jawab Naruto yang sudah menyelesaikan bekalnya.


❖❖❖Skip Time❖❖❖

Teeet...Teeet...tanda bel usai pelajaran terakhir berbunyi, terdengar desahan-desahan lega dari murid-murid di dalam kelas.

"Yap, sampai disini dulu pelajaran hari ini, dan sampai jumpa bulan depan anak-anak, jangan lupa mengerjakan tugas liburan kalian", kata seorang guru berambut silver bermasker dengan buku Icha-icha Paradise yang merupakan salah satu buku terkenal ber-rate M karangan novelis ternama, Jiraiya.

"Wah, akhirnya pelajaran selesai juga"

"Yah, Ino-pig, aku harap aku tidak merindukan guru yang membosankan itu selama liburan", jawabku dengan sarkasme, entah mengapa sejak pertama kali bertemu guru itu, aku merasa dia sangat menyebalkan.

"Haiii teman-teman, bagaimana kalau liburan ini kita menginap di hotelnya Sai, dekat dengan pantai looh !", tiba-tiba lelaki berambut kuning jabrik yang bernama Naruto berteriak di depan kelas.

"Wah, ide yang bagus tuh, bagaimana denganmu Shino?", tanya Kiba dengan semangat ke temannya yang pecinta serangga itu.

"Hmm...aku rasa aku tidak ikut, aku sudah janji dengan ayahku untuk kemah di gunung dan menangkap serangga.", jawabnya semangat.

"Jyaaah...sayang sekali, bagaimana denganmu Shikamaru?"

"Cih, mendokusai ! aku rasa aku tidak akan ikut Kiba"

"Oh, ayolah, sepertinya Gaara ikut loh, itu artinya mungkin ia juga akan membawa Nee-sannya", kata Kiba dengan pelannya di dekat telinga Shikamaru sambil mengedipkan sebelah matanya, spontan Shikamaru sedikit membelalak matanya lalu mengangguk dan menghela nafas yang merupakan tanda persetujuan untuk mengikuti ajakan Kiba. Melihat hal itu aku hanya sedikit mengernyitkan dahi dan Ino hanya menghela nafasnya.

"Hebat juga bisikan maut Kiba", kata Ino dengan cekikikan, pasalnya Shikamaru adalah orang yang tidak akan mengikuti hal-hal berbau semacam ini yang ia anggap selalu "merepotkan".

"Bagaimana Jidat? Apa kau akan ikut menginap?", tanya Ino.

"Maaf Ino, liburan kali ini aku akan menghabiskan waktuku di kampung halamanku di Kiri, dan namaku Sakura bukan Jidat", balas Sakura.

"Hah? Kok gitu? Memang ada urusan apa kau disana?", katanya lebai sambil menggebrak mejaku.

"Nenekku sedang sakit keras Ino, dan hari ini aku akan berangkat ke Kiri, tenang saja aku akan membawa oleh-oleh dari Kiri untukmu kok."

"Ya sudahlah, semoga nenekmu cepat sembuh yah, aku rasa Dei-Nii akan sangat merindukan Saso-Nii...hihihi", jawab Ino cekikikan dan kini meninggalkan Sakura dan pergi bersama pacarnya, Sai.

"Ya sudah, aku akan pulang dengan Sai, jaa~ forehead.", jawab Ino yang kini tengah merangkul Sai.

"Jaa~ Ino-Pig", balasku

Sakurapun bergegas membereskan buku-bukunya dan berlari ke gerbang sekolah. Saat aku berada di lantai satu terlihat lelaki dengan kimono putih dengan sebilah pedang di ujung lorong, wajahnya tidak terlihat jelas karena cahaya matahari.

"Hn...anak klub kendo yang sedang cosplay yah", gumamku, dan saat aku hendak menuju lokerku, lelaki itu memanggil namaku dan akupun tersentak kaget dengan suara yang familiar itu.

"Sakura...chan..."

"Suara ini, suara sendu lelaki yang ada di mimpiku...apa mungkin dia...", batinku terhenyak melihat lelaki di dalam mimpiku yang memanggil namaku. Akupun berbalik arah dan berlari menuju lelaki itu dan lelaki itu pun pergi ke lorong disampingnya dan menghilang tanpa jejak, melihat fenomena itu dalam sekejap bulu kudukku merinding. Akupun kembali berbalik arah dan cepat-cepat ke loker dan mengambil sepatuku lalu berlari ke pintu gerbang tempat Saso-Nii menungguku bersama motor merah menyalanya.

"Hosh...hosh...hosh..."

"Dasar jidat, kau lama sekali sih, cepat kita pulang, kita harus segera packing dan berangkat ke Kiri sore ini"

"Sabar sedikit Nii-chan hosh...hosh..., nanti aku bantu kau packing", jawab Sakura dengan wajah cemberut dan kecapean karena berlari.

"Ya sudah, cepat naik, atur nafasmu, kita akan langsung ngebut", jawab Sasori seraya mengegas motor Kawasaki Ninjanya merah noraknya.

Sesampainya di rumah mereka menikmati makan siang dengan ribut dilanjutkan dengan sesi pengepakan barang.

"Hmmm...kira-kira bawa apa yah, tanktop sudah, kaos sudah, sweater sudah...sepertinya semua sudah aku taruh", gumamku dengan pandangan puas setelah mem-packing barang-barang ke koper.

"Sepertinya ada yang kelupaan...oh iyaa...PR liburan, ya ampun kenapa aku bisa lupa begini yah."

Cepat-cepat aku ke meja belajar dan mengambil semua Prku dan memasukkannya ke dalam backpack. Tiba-tiba aku teringat dengan kartu hanafuda yang menyebabkan aku dipergok oleh Anko sensei. Akupun membuka laciku dan terlihat sebuah kotak kecil di sudut laci, akupun membuka kotak itu dan memperhatikan kartu-kartu itu dengan saksama.

"Hanafuda...", gumamku.

Entah ini dorongan batinku atau bukan, akupun memasukkan kartu-kartu itu ke dalam kotak dan memasukkannya ke dalam backpack. Setelah itu aku mandi dan turun ke lantai 1 untuk makan malam, lalu aku berniat untuk tidur lebih cepat, padahal jam baru menunjukan pukul 08.00 agar aku bisa bangun lebih awal. Aku segera memejamkan mataku, tak lama setelah itu aku mendengar suara lelaki itu, suara itu begitu berat dan sendu.

"Sakura..."

Setelah mendengarnya, aku pun membuka mataku dan berteriak guna mencari lelaki yang terus memanggil namaku sejak tadi pagi, sangat menggangu, pikirku.

"Siapa disitu !", teriakku.

...

Tak ada satupun yang menjawab juga lelaki itu.

"Kenapa kau memanggil namaku terus? Apa maumu", teriakku lagi, akupun beranjak dari tempat tidurku dan mengambil busur panah yang terletak di sudut kamar.

Took...took...tookk...

Seketika lamunanku buyar dan aku pun terlonjak kaget mendengar suara ketukan pintu yang terdengar bar-bar. Sepertinya itu Saso-Nii...yang jelas satu-satunya orang di rumah yang mengetuk pintu secara bar-bar hanya Saso-Nii.

"Sakuraaaa...kenapa kau berteriak-teriak, apa ada di kamarmu?", teriaknya cemas. Akupun merasa lega bahwa itu Saso-Nii.

"Ti...tidak ada apa-apa, sepertinya tadi aku hanya mengingau." Bohongku, aku rasa Saso-Nii tidak akan percaya dengan hal ini jadi aku berniat untuk menyimpan darinya, palingan dia hanya mengatakan itu hanya perasaanku saja karena aku sering menonton film horror dan bermain Life4Death akhir-akhir ini.

"Ya sudah, jangan berisik lagi, aku mau tidur." Kata Saso-Nii seraya membuka pintu kamarnya yang berada di depan kamarku.

Akupun kembali meletakkan busur itu ke tempatnya, begini-begini aku ini andalan klub memanah loh, dalam pertandingan lalu kami meraih juara 2. Setelah meletakan busur, dengan langkah malas aku kembali ke tempat tidurku, jujur saja saat ini aku benar-benar lelah dan capek.

"Sakura no hana wa itsu hiraku ?"

"Suara ini...lagi-lagi...", batinku berkata.

"Jika aku bertemu lelaki itu lagi aku akan langsung memberikannya bogeman mentah ke wajahnya", ucap batinku lagi dengan kesal, lalu akupun membungkus tubuhku dengan bedcover dengan harapan tidak mendengar suara itu lagi.

.

End of Chaper 1


Behind The Scene

Yups ini fic pertamaq, maaf sdkt gaje dll dsb ect :p Chapter 1 ane rasa Cuma pengenalan ajh, atau prolognya lah. Fic ini ane buat dengan berbagai inspirasi, "Hayao Miyazaki" untuk karyanya, Spirites Away dan Howls Moving Castle, ckup memberikan ane inspirasi dan "Hanafuda", sejenis permainan kartu jepang, xxx-holic, karangan dari CLAMP, ane suka banget kata-kata mutiara dari Yuuko-San .