Janji Pertama : Kau Akan Kembali Padaku

.

.

.

.

.

.

.

.

Kamichama Karin © Koge Donbo

DLDR

Selamat Membaca

.

.

.

.

.

.

.

.

Sakuragaoka, salah satu sekolah terkenal, terpopuler, terkeren, terhebat, dan masih banyak terlainnya dalam artian memuji. Tidak sembarang orang bisa masuk sekolah ini karena seleksi ujian masuknya sangat mengerikan. Keahlian individu, daya ingat, fisik dan mental. Semuanya di uji dalam satu hari. Mirip lari estafet memang. Selesai satu lintasan langsung disambung dengan lintasan lainnya. Tapi, tenang saja. Semua itu terbayar oleh berbagai macam fasilitas mendukung di dalamnya. Kolam renang, kebun, arena pacuan kuda, rumah kaca, galeri, planetarium dan masih banyak yang lainnya. Itu baru seperempatnya.

Sekolah ini sangat berbeda dengan sekolah pada umumnya. Disini uang dan kekuasaan tidak berarti. Kemampuan dan bakatlah yang dilihat. Selama memiliki itu, tidak perlu khawatir dengan yang namanya biaya sekolah. Banyak donatur tetap yang bersedia memberikan beasiswa. Hanya aktivitas para muridnya saja yang bisa dikatakan sama dengan sekolah pada umumnya.

Lihat saja, bagaimana aktivitas pagi ini, begitu damai, tenang dan... Err... berisik?

"Kyaaaaa, Kujyou-sama selamat pagi."

"Kujyou-sama hari ini tampan seperti biasanya. Aaaaaa, aku jadi meleleh..."

Mereka adalah Kazunes. Sebuah kelompok yang dibentuk oleh fans Kazune, seorang laki-laki tampan yang mereka panggil Kujyou-sama. Nama lengkapnya Kazune Kujyou. Laki-laki dingin berambut pirang, paling tidak suka hal-hal berisik dan merepotkan, irit bicara dan super cuek.

Kazune melangkah dengan santainya memasuki area sekolah seolah-olah dia berjalan seorang diri. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar sebuah teriakan melebihi fansnya.

"YO, KAZUNE!"

Uh.. Oh.. Siapa lagi dia? Berani sekali suaranya lewat di pendengaran tuan muda Kazune, padahal dia sudah menutup rapat telinganya dengan penyumbat telinga. Eh? Jadi, karena benda itulah dia tidak terganggu dengan suara jeritan fansnya? Ck, ck, jenius.

"Nishikiori!" Geram Kazune mendelik tajam pada laki-laki yang berteriak padanya tadi. Kemudian melepas penyumbat telinganya.

Michiru Nishikiori, teman sekelas Kazune, umurnya lebih tua satu tahun dari Kazune, karena suatu alasan dia jadi tinggal kelas. Ciri khas dari Michiru adalah bola matanya yang berbeda warna dan dia suka memeluk orang.

"Apa kau dapat pesan dari professor, Kazune." Tanya Michiru seraya menyamakan langkahnya dengan Kazune. Kepalanya sedikit menoleh kebelakang untuk melihat para fansnya yang disebut dengan Michirian dan juga fans Kazune.

'Wow... Tumben sepi.' Batinnya sedikit heran. Tidak biasanya para Kazunes dan Michirian terlihat lebih tenang. Normalnya mereka akan terus meneriakkan nama idola mereka sampai masuk ke gedung sekolah. Tapi, sekarang mereka terlihat sibuk membahas sesuatu. Entahlah, Michiru tidak mau ambil pusing dan kembali fokus berjalan daripada tersandung nanti gara-gara melamun.

"Bagaimana?" Tanyanya ulang.

Kazune melirik singkat Michiru dan bergumam 'Hn.'

Seakan mengerti arti gumaman Kazune, Michiru mengangguk.

"Apa professor memberitahumu? Kejutannya?" Tanyanya kembali, dia terlihat sangat antusias dengan topik pembicaraannya dengan Kazune saat ini.

Kazune menggeleng pelan. "Tidak, Tou-san cuman menulis pesan kalau dia sudah menyiapkan sebuah kejutan untuk kita."

"Dan kejutan itu berada di sekolah, kira-kira apa ya, Kazune?" Sambung Michiru diakhiri dengan sebuah pertanyaan sambil menatap gedung sekolahnya. Pikirannya kembali mengingat saat dimana dia menerima pesan singkat dari ayah Kazune atau sering dia panggil dengan sebutan professor.

"Hn."

.

.

.

"Hei.. Hei.. Apa kalian sudah dengar, kabarnya kita akan kedatangan dua murid pindahan."

"Eh, jangan bercanda, mana mungkin ada murid pindahan di pertengahan semester."

"Kau pikir aku berbohong. Kalian akan menyesal kalau sudah melibatkannya. Kudengar dia manis dan dari keluarga terpandang."

"Ah, aku ingat, tadi aku tidak sengaja curi dengar saat melewati ruang guru, mereka bila—"

Clek

Pintu kelas terbuka, spontan penghuni kelas pun serempak menoleh ke arah pintu. Desahan kecewa pun terdengar. Ternyata itu hanya Kazune dan Michiru.

Michiru menaikkan sebelah alisnya. Kali ini, dia benar-benar dibuat heran, tidak biasanya dia merasa kepo seperti ini. Bukan cuman Michiru, tapi Kazune juga, hanya saja dia selalu pandai menyembunyikan ekspresi penasarannya.

"Apa ada yang salah? Tidak biasanya kalian kecewa melihat kami datang." Tanya Michiru to the point. Sementara Kazune, berjalan ke arah kursinya.

"Michi-kun, kau tidak tahu kalau kita akan kedatangan dua murid pindahan, berita ini sudah menyebar sejak kemarin dan aku berharap salah satu dari mereka masuk kelas ini."

"Ditambah lagi ini bukan sekadar gosip murahan karena tadi pagi pun ada beberapa orang yang sempat melihat kedatangan salah satu dari mereka dan mungkin saja sekarang dia sudah ada di ruang kepala sekolah."

"Ya, sayang sekali mereka yang punya kesempatan untuk melihat tidak mengambil fotonya. Kita jadi tidak perlu penasaran seperti ini kan. Kabarnya sih dia manis. Ugh, aku jadi iri."

Michiru hanya diam mendengarkan penjelasan dari teman-temannya, dia hanya sedikit memberi komentar jika perlu. Lagi pula rasa penasarannya sudah terobati. Sekarang dia tahu keanehan yang sedang terjadi di sekolahnya, ternyata ada dua murid pindahan dan hanya karena salah satu si murid pindahan dikabarkan manis, orang itu dijadikan bahan gosip. Bahkan para lelaki yang tak suka bergosip pun jadi ikut-ikutan. Namun, perbincangan mereka terpaksa harus disudahi ketika pelajaran dimulai dan guru masuk seorang diri, itu artinya salah satu dari murid pindahan tersebut tidak masuk kelas ini dan seluruh penghuni kelas pun kembali mendesah kecewa minus Kazune dan Michiru, mereka lebih tertarik memikirkan kejutan apa yang akan mereka dapat nanti.

Teng... Teng... Teng...

Jam pelajaran pun usai dan sekarang adalah jam yang paling ditunggu-tunggu. Jam istirahat. Waktunya mengisi perut yang mulai berdemo. Kantin menjadi target incaran para murid. Termasuk Kazune dan Michiru. Namun, mereka berdua segera berjalan memisahkan diri dari keramaian kantin setelah membeli beberapa makanan ringan dan minuman. Berkumpul dan saling bertukar cerita di tempat ramai bukan hobby mereka. Keduanya berjalan menuju atap.

"Kazune? Kira-kira siapa ya si murid baru itu? Apa mungkin itu dia?"

Michiru sedang menyantap roti melonnya sambil membolak balikkan komik di tangannya. Dia tidak punya masalah dengan bicara sambil makan.

"Tidak tahu." Kazune menjawab tanpa melepas tatapannya dari buku yang sedang di bacanya. Buku ilmu kedokteran.

"Kuharap aku bisa bertemu dengannya lagi." Harap Michiru menerawang jauh, menatap langit biru bernoda awan putih. Membayangkan sosok gadis bertubuh mungil dengan tawa cerianya. Sosok gadis yang suka berlarian sambil membawa boneka kucing. Tidak peduli dengan umurnya yang sudah menginjak lima belas tahun. Gadis itu tidak akan melepas bonekanya sekalipun di ejek anak kecil. Ah, mungkin dia sekarang berumur tujuh belas tahun. Pikir Michiru mengingat dua tahun mereka tidak bertemu.

"Kudengar dia bertambah cantik dan cerewet. Dia juga pandai memasak sekarang. Himeka-chan bilang dia pernah mencicipi kue buatannya. Aku jadi ingin mencicipinya juga. Kau pasti lebih ingin bertemu dengannya setelah mendengar cerita ku kan, Kazune?" Goda Michiru melirik jahil. Tangannya dengan cekatan melipat kemasan roti melon yang baru saja selesai disantapnya untuk di buang nanti. Ia berdiri dan menepuk-nepuk bagian belakang celananya. Memastikan tidak ada debu yang menempel.

"Kazune, kita kembali ke kelas saja yuk! Disini panas."

.

.

.

Michiru bersiul kagum mendapati kelasnya kosong. Sepertinya teman-teman satu kelasnya kehabisan energi setelah menghadapi dua mata pelajaran mematikan sekaligus. Metematika dan fisika. Beruntung pelajaran selanjutnya adalah olahraga. Oh, mungkin itu juga bisa dijadikan sebagai alasan teman-temannya menghabiskan waktu di kantin lebih lama dari biasanya. Menimbun energi. Semangat masa muda mereka sedang di uji. Hahaha.

Brug

Kazune melempar tas sekolahnya ke kasur lalu merebahkan tubuh lelahnya. Tidak ada yang spesial dari kamarnya. Hanya ada satu kasur, satu meja belajar, tiga rak buku dan satu pendingin ruangan. Sederhana dan mencerminkan sosoknya yang jenius. Tidak heran dia bisa bertahan di peringkat satu terus menerus.

Langit-langit kamarnya yang berwarna putih dan berhias bintang menjadi pusat perhatiannya. Bintang? Ya, itu memang bintang. Bintang yang bersinar di saat gelap. Bintang itu sengaja di tempelnya agar teman kecilnya tidak takut. Waktu kecil dia punya teman yang sangat cengeng dan takut gelap. Dulu teman kecilnya itu sering menginap di kamarnya. Bibirnya tersenyum tipis ketika mengingat teman kecilnya sering mengomel kalau dia mematikan lampu saat tidur.

"Kapan kau akan kembali, heh?"


oOo

Promise

oOo


"Kyaaa, dilihat dari sudut manapun Kujyou-sama terlihat tampan."

"Aku paling suka saat Kujyou-sama menyeringai. Waaaaaa..."

"Walau cuman foto tapi aura dingin Kujyou-sama begitu terasa~"

Kebiasaan di Sakuragaoka setiap paginya tetap tidak berubah. Para Kazunes tetap menjeritkan nama pangeran kebanggaan mereka (walau yang bersangkutan belum terlihat batang hitungnya). Begitu juga dengan para Michirian yang menanti kedatangan Michiru dengan penuh kesabaran dan mulut mengatup rapat. Mereka tidak seagresif Kazunes. Moto mereka adalah jaga suara agar tidak terdengar sumbang saat berteriak nanti. Berita tentang murid baru pun mulai surut di telan kekecewaan dua hari berturut-turut tak mendapati sosok si murid baru yang di gosipkan.

"Apa di kelasmu ada? Si murid baru itu?"

"Tidak ada."

"Kelas ku juga. Jumlahnya masih tetap sama. Tidak bertambah maupun berkurang."

"Apa gosip itu bo—"

Wushhh

"—hong ya? HEEEEEE?!"

Obrolan beberapa gadis yang sedang asyik ber-gosip itu pun terpaksa terpotong ketika ada mobil asing memasuki area sekolah dan melintas di hadapan mereka. Kelihatannya mobil itu membawa si murid pindahan tersebut. Dari tampilan luarnya saja sudah bisa dipastikan kalau siapa pun yang berada di dalam mobil itu bukanlah orang dalam kategori biasa-biasa saja. Kejadian itu tak luput dari perhatian Kazunes dan Michirian. Para Kazunes tidak berteriak lagi. Mereka dengan kompak langsung membentuk berisan di belakang pohon, mengintip. Sementara Michirian bengong dengan rahang jatuh ke bawah, ingin berteriak namun suara tak kunjung keluar.

clek

Sosok gadis cantik berambut hitam keriting gantung seperti angin tornado keluar dari dalam mobil. Manik karamelnya bersinar tajam dan menyilaukan mata para lelaki yang kebetulan berada dalam radius lima meter darinya. Semua perempuan langsung menatapnya iri. Tangan lentiknya meraih sesuatu dari dalam mobil.

"Keluar-dari-dalam-mobil-sekarang-juga-KARIN!" Bentak nya kasar berusaha menarik paksa gadis manis bermata emerald dari tempatnya berlindung (dalam mobil).

"LEPASKAN AKU! AKU TIDAK MAU SEKOLAH! POKOKNYA TIDAK MAU! TIDAK MAU! TIDAK MAU!" Teriak gadis yang dipanggil Karin berusaha tetap berada dalam wilayahnya.

"Berhenti merengek, Karin! Kita sudah bicarakan ini sebelumnya!"

Rika Karasuma. Umur 18 tahun. Cantik, pintar dan cukup pengertian untuk menggeret sahabatnya bernama Karin Hanozono secara lembut. Dalam hati Karin menggerutu, sepanjang hidupnya dia menjabat sebagai putri tunggal bangsawan Hanazono tidak pernah diperlakukan seperti budak. Diseret dan dibentak.

"TIDAK MAU! KAU CURANG! CURANG! CURANG! KAU PASTI MINTA BANTUAN SHINGEN!" Tuduhnya dan menaruh beban di kakinya agar Rika kesulitan menariknya.

"Ya, ya, teruslah menolak Karin." Rika menutup sebelah telinganya dan terus menarik tangan Karin. Tampak cuek dan tenang. Sementara Karin berjalan tertatih-tatih dan hampir terjerembab jika Rika tidak memegangnya kuat.

"WAAAAA! RIKAAAAAAA!"

Ada yang tahu tadi itu apa? Oh, mungkin hanya iklan. Beberapa gadis yang sempat bengong pun kembali bergosip dan teriakan heboh para Kazunes pun berkicau kembali. Sementara para Micirian mengembalikan posisi mulutnya ke tempat semula, mengatup.

"Hei, aku ingin melihat jepit rambut yang kau pakai kemarin. Dimana kau membelinya? Modelnya bagus."

"Kyaaaaaa~ Kujyou-samaaaa~"

"..."

.

.

.

Berita kedatangan dua murid baru pun telah di konfirmasi benar adanya. Setiap sudut lorong sekolah mulai membicarakan mereka bahkan sampai bertukar foto. Michiru berjalan di sepanjang lorong sambil menjilati es krim rasa coklat. Dia sudah mendengar itu dari jaringan informasi kepercayaannya. Dia juga sudah melihat foto yang beredar. Tapi, karena foto itu tidak jelas (sepertinya diambil menggunakan kamera berkualitas rendah) dia jadi tidak bisa mengenali wajah kedua murid baru tersebut.

BRAKKKK!

"MICHIII!" Protes teman satu kelasnya sambil mengurut dada. Dibangkunya, Kazune menggeleng pelan. Tidak ikut berteriak.

"Maaf, maaf, aku tidak tahu kalau kalian akan terkejut, hehe"

Michiru menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. Dia membungkukkan badannya sebentar lalu berjalan santai ke kursinya sambil menggigit stik es krim.

"Yo! Kau sudah melihat si murid baru itu, Kazune?" Tanya Michiru sambil menaruh tasnya di atas meja dan memutar kursinya menghadap Kazune (posisi duduk Kazune di belakang Michiru).

"Tidak tertarik." Jawab Kazune cuek memutar pinsil mekaniknya. Michiru meringis pusing melihat deretan angka gabungan simbol ajaib yang sedang di kerjakan temannya itu. Dia mengangguk kecil dan segera memutar tubuhnya ke arah lain. Mencari teman mengobrol.

"Hei, sepulang sekolah nanti kita jadi kan main basket?" Tanyanya menepuk bahu teman di sampingnya.

"Tentu saja! Aku sudah mengantungi izinnya. Kita bisa menggunakan lapangan sepuasnya."

"..."

Michiru dan Kazune berada di kelas 12-A. Kelas unggulan yang paling banyak meraih prestasi. Piala dan mendali yang berjejer rapih di ruang penghargaan kebanyakan bersumber dari kelas ini. Mulai dari penemuan, kesenian, olahraga, beladiri dan lainnya di garap habis seakan tidak mengizinkan kelas lain bersinar. Satu-satunya yang Kazune syukuri dari kelas ini adalah tidak ada fans berisiknya. Setidaknya di kelas ini dia bisa bernapas dengan tenang. Obrolan di kelas ini pun lebih banyak membahas tentang pelajaran atau bidang keahlian masing-masing. Walau terkadang mereka membahas gosip atau berita tidak penting lainnya.

Duk duk duk

Satu kelas mengernyitkan dahinya bingung mendengar suara langkah ribut di luar sana. 'Apa ada gorila ngamuk?' Pikir mereka tidak masuk diakal minus Kazune yang tetap tenang dengan ekspresi andalannya. Detik berikutnya, mereka mendapatkan jawabannya.

BRAKKKK!

"KAZUNE-NII!"

'Ya ampun!' Batin satu kelas (kecuali Kazune) kaget karena pintu kelas mereka di dobrak paksa untuk kedua kalinya. Mereka hanya bisa memberi tatapan prihatin pada sang pintu karena sering menjadi korban kekerasan. Eh? Mereka sudah tidak heran lagi jika pelakunya adalah Michiru atau Kazusa Kujyou (adik kembar Kazune). Dia memang sebelas dua belas dengan Michiru. Tidak pernah sabaran dan sering terburu-buru. Dibelakangnya, Himeka (sepupu si kembar Kujyou), lengkapnya Himeka Kujyou, terlihat sedang menenangkan degup jantungnya yang menggila. Berbeda dengan Kazusa, Dia sedikit lebih tenang dan kalem. Dia bahkan menyempatkan dirinya untuk melempar senyum dan meminta maaf.

'Manisnyaaa~' Batin para lelaki berstatus solo player langsung damai seakan menerima angin sejuk.

"Kazune-nii... Hosh... Hosh... A-apa kau sudah... tahu... hosh... hosh..." Ucap Kazusa putus-putus berusaha mengatur napasnya.

"Tunggu Kazusa. Sebaiknya kau tenangkan dirimu dulu, baru bicara. Kau juga Himeka. Muka kalian terlihat pucat, tidak mungkin kan kalian lari kemari hanya karena ada kecoa di kolong meja kalian." Michiru mencoba mencairkan suasana aneh yang dirasakan olehnya, tapi sepertinya tidak berhasil. Buktinya, Kazusa langsung mendelik sinis.

"Aku tidak takut kecoa!" Semburnya sedikit emosi.

"Ka-kazune-chan... Apa kau sudah tahu?"

Kali ini Himeka yang buka suara, pancaran matanya terlihat bahagia. Kazune menaikkan sebelas alisnya heran. Tahu? Tentang?

"Ya, nii-chan. Apa kau sudah tahu kejutan dari Tou-chan?"

Kazusa yang sudah bisa bernapas normal, bicara dengan semangat dan mata berbinar-binar penuh harap menatap Kazune.

"Tidak." Jawab Kazune singkat, padat dan sangat jelas.

"Ya, kami belum tahu kejutan dari professor. Oh, apa kalian sudah tahu? Kalau begitu apa kejutannya? Cepat beritahu kami~!"

Michiru dengan tidak sabaran mengguncang pundak Kazusa. Kazusa melirik Himeka melalui ekor matanya, memberi kode dan dengan serempak mereka meloncat. Kazusa memeluk Michiru dan Himeka memeluk Kazune.

"KYAAAA~ DIA SUDAH KEMBALI MICHI/KAZUNE-CHAN~"

Himeka dan Kazusa mengucapkannya secara bersamaan. Kemudian melepaskan pelukan mereka karena merasa tidak mendapat respon. Kazune dan Michiru diam mematung, sepertinya perlu waktu bagi mereka untuk memproses informasi singkat dari Kazusa dan Himeka.

"Dia..."

Kazune adalah orang pertama yang berhasil keluar dari proses loading-nya dan langsung mencengkram lembut pundak Himeka.

"Katakan, Himeka! Apa itu benar... Dia... Dia sudah kembali." Himeka mengangguk.

"Ya, Kazune-chan. Dia sudah kembali. Dia masuk kelas kami. Aku sen—"

Oke, Kazune sudah menghilang sebelum Himeka selesai bicara dan Kazusa hanya terkikik geli melihat tingkah saudara kembarnya. Kemudian geleng-geleng kepala melihat Michiru yang masih dalam proses loading. Dasar lola.

.

.

.

Lari dan terus berlari. Tidak peduli berapa banyak orang yang sudah di tabraknya. Tidak peduli dia hampir tersandung atau jatuh. Tujuan Kazune hanya satu yaitu menemui dia secepatnya.

BRAKKKK!

Dengan tidak sabaran, dia membuka pintu kelas Himeka dan Kazusa. Kelas 12-C. Napasnya memburu dan manik sapphire-nya tidak lepas dari sosok gadis cantik yang sedang terkejut melihatnya.

"Kazune?"

"Rika?"

.

.

.

Keep or Delete?

- Cherry Monochrome -

12/14/2016