Tittle : Marvellous Target
Author : Taraufi Cho
Rating : T – Untuk sementara (-_-)
Genre : Romance, action
Pairing : KyuMin only (Genderswitch)
Disclaimer : Mereka milik orang tua masing-masing, tapi story ini milik Tara. Tapi kalo mau nge-bash cukup bash tulisan Tara aja, jangan pair-nya okay? (^^)b
Check This Out !
.
.
~Story Begin~
.
.
New York, USA
10 October'12
09.00 a.m
.
Seorang yeoja kini terlihat fokus pada papan kayu yang terdapat buah apel merah diatasnya. Papan kayu itu berdiri tegak sejauh kurang lebih 15 meter dari tempat ia berdiri saat ini. Kedua tangannya terjulur kedepan dengan sebuah senjata api yang tergenggam erat oleh kedua telapak tangannya. Setelah dirasa posisi untuk menembaknya tepat, yeoja itu mulai menutup salah satu matanya. Ditekannya pelatuk tersebut dengan gerakan perlahan, ia kemudian menghitung mundur dalam hati. 3…2…1…
"Duarrrr…"
VOILA! Peluru tersebut meluncur dengan sempurna dan menembus tepat di badan buah manis berwarna merah tersebut yang menyebabkan buah itu langsung jatuh tak berdaya di atas tanah karena tidak kuat untuk menahan peluru yang kecepatannya tidak lebih dari satu detik. Yeoja itu tersenyum puas ketika lagi-lagi bidikannya tepat mengenai sasaran. Ia lalu memandang remeh pada peluru yang berada ditangan kirinya itu. Kapan sih ia gagal dalam urusan tembak-menembak sasaran? Pikirnya.
"Wow, sepertinya kemampuan membidikmu meningkat pesat dari hari ke hari." celetuk seorang yeoja dengan kedua tangan yang ia lipat didepan dada, tak lupa dengan "gummy smile" khas miliknya yang membuat yeoja itu cukup dikenal.
"Yeah, dan itu menyebabkan aku bosan, Hyuk." Jawab yeoja itu sambil tersenyum kecut.
"Oh, come on Lee Sungmin, kau harusnya bangga akan kemampuanmu itu. Aku saja yang sudah cukup lama bergabung dan berlatih ditempat ini terkadang bidikanku masih saja meleset, tetapi kau yang baru saja bergabung malah sudah mahir dalam menggunakan senapan. Dan yang membuatku kagum, bidikanmu selalu mengenai sasaran. Sejauh apapun sasaran itu." Seru yeoja yang dipanggil Hyuk itu sambil mengerucutkan bibirnya. "Ah, kau ingat ketika pelatihan yang diadakan dua minggu yang lalu itu? Kau bahkan bisa menembak sasaran yang bahkan jauhnya hingga 30 meter. Seharusnya hal itu membuatmu dimasukkan dalam "Guinness Book of Record", kau tahu?" Tambah yeoja itu dengan berapi-api.
Yeoja yang dipanggil Lee Sungmin itu hanya memutar bola matanya dengan malas. Ia sudah terbiasa dengan ocehan sahabatnya itu. 'Dia hanya salah seorang fans terberatku, makannya ia sangat iri denganku' fikirnya dengan percaya diri.
"Terserah apa katamu saja, Nona Lee Hyuk Jae!" seru yeoja itu sambil membalikkan badannya, berniat menghindari yeoja yang menurutnya hyperaktif itu.
Ketika melihat orang yang sedang diajaknya berbicara itu malah membalikkan tubuhnya, dengan refleks Hyuk langsung mengikuti langkah Sungmin dari belakang. "Hey, Hey, apa kau sudah mendengar tentang organisasi mafia di Korea Selatan itu?" Tanyanya.
"Mafia? Korea Selatan?" tanya yeoja bertubuh mungil itu sambil mengerutkan kedua alisnya.
"Yeah, K-Line137. Apa kau belum mendengarnya? Kudengar nama organisasi itu sedang menjadi buah bibir di Korea saat ini."
"Memang oganisasi itu sangat berpengaruh di Korea?" tanya Sungmin lagi, merasa mulai tertarik dengan topik pembicaraannya kali ini. Ya, yeoja itu akan sangat bersemangat jika sudah menyangkut sebuah kasus yang sulit untuk ditangani. Ia seolah-olah menjadi SPY atau detektif yang seakan mencoba untuk menyusun sebuah puzzle yang sangat membingungkan. Dan menurutnya itu merupakan suatu tindakan yang keren. Tetapi yang menjadi masalahnya kasus tersebut terjadi di Korea Selatan, dan sungguh demi apapun ia sangat membenci negara itu.
"K-Line137. Organisasi mafia yang cukup berpengaruh di Korea. Organisasi ini melakukan transaksi penyelundupan senjata-senjata ilegal ke luar negeri maupun dalam negeri. Organisasi ini terbilang cukup rapi dalam menjalankan usahanya. Bahkan organisasi ini dapat membuat FKI tidak mempunyai bukti yang cukup kuat untuk bisa meringkus anggota-anggotanya. Dan yang lebih mencengangkan organisasi tersebut secara tidak langsung ikut andil dalam memajukan perekonomian Korea Selatan. Meskipun tetap saja itu adalah hal yang menentang hukum, tetapi menurutku masih bisa dimaafkan selama masih memberi sedikit keuntungan untuk Korea. Tetapi…" Hyuk terlihat menghela nafasnya. Merasa prihatin dengan apa yang kini dialami oleh negara kelahirannya. "Sekarang K-Line137 melebarkan sayapnya dengan melakukan perdagangan obat-obatan terlarang. Dan itu sudah melewati batas dan tidak bisa dibiarkan lagi. Tapi seperti yang aku bilang di awal jika organisasi ini cukup rapi dalam menjalankan usahanya sehingga pemerintah Korea Selatan tidak bisa gegabah dalam mengambil suatu tindakan."
Lee Sungmin hanya bisa menganggukkan kepalanya, tanda bahwa ia paham dengan apa yang kini tengah melanda negara Korea Selatan yang sebenarnya menjadi negara kelahirannya.
"Nona Lee Sungmin, Anda dipanggil oleh untuk segera keruangannya." Seorang namja berperawakan tinggi dan berkulit pucat menginterupsi pembicaraan antara Sungmin dan Hyukjae.
"Ah, thanks Daniel." Kata Sungmin dengan memberikan lengkungan sabit yang tercetak di bibirnya kepada pria yang dipanggil Daniel itu yang membuat pria tanpa sadar ikut membalas senyumannya.
"Hey, bisa tidak kau berhenti untuk tebar pesona pada pria-pria tampan?" Bisik Hyuk pada Sungmin dengan nada sedikit sinis.
"Wae? Kau iri padaku eoh?" Balas Sungmin dengan nada tak kalah sinis lalu melangkahkan kakinya menemui seseorang yang dipanggil itu.
.
.
"Kau sudah dengar tentang K-Line137?" Tanya pada Sungmin ketika gadis itu berada diruangannya.
"Yeah, organisasi mafia yang menjalankan usaha ilegalnya dengan cukup rapi." Jawab Sungmin cuek.
"Kau tahu pihak pemerintah Korea bahkan meminta bantuan dari pihak kita untuk menangani kasus ini. K-Line137 adalah salah satu organisasi mafia di Korea yang pergerakannya sangat kasat mata. Sangat susah untuk mendapatkan bukti perdagangan ilegal yang dilakukan mereka. Bahkan para spy terhebat sekalipun tidak ada yang berhasil mendapatkan satu titik terang. Maka dari itu untuk saat ini aku mempercayakan kasus ini padamu, Lee Sungmin." Sungmin mengernyitkan dahinya ketika pria berkepala lima yang masih terlihat muda diusianya itu mengucapkan hal yang menurutnya ambigu.
"Maksudmu?"
"Sebagai orang yang selama 15 tahun ini merawatmu, aku sangat mengetahui kemampuanmu. Dan aku rasa kau sudah mempunyai bekal yang cukup untuk terjun langsung dalam menangani kasus yang terjadi di negara kelahiranmu sendiri. Kau tidak bisa bersembunyi terus-menerus dari kenyataan Sungmin-ah. Dan kurasa sudah saatnya untuk kau kembali."
Sungmin perlahan-lahan mengerti apa yang dimaksud oleh ketua FBI(Federal Bureau of Investigation) yang juga merangkap sebagai ayah angkatnya itu. Ayolah, bahkan ayahnya itu tahu dengan jelas alasan Sungmin membenci negara beribukota Seoul tersebut. "No Dad. Kau bahkan sangat mengerti apa alasanku." Tolak Sungmin dengan tegas.
"FKI(Federal Korean of Investigation) sangat membutuhkan bantuan kita sayang. Baiklah, jika kau tidak mau melakukannya untuk negara kelahiranmu, Setidaknya lakukan ini untuk Daddy." Tutur dengan nada memohon. Dan sudah tahu dengan pasti jika puteri kecilnya itu tidak akan sanggup untuk menolak keinginannya.
"Jadi kau menjadikan aku umpan untuk mendapatkan mereka?" tanya Sungmin tidak percaya.
"Please, Darling. Kalau kau masih ingat negara itu juga negara dimana Daddy dilahirkan." Jawab sambil memasang wajah penuh harapnya.
"Hah~Baiklah aku akan melakukannya untukmu, Dad." Untuk kali ini Sungmin kalah. Aneh! padahal sebelum-sebelumnya Daddy-nya tidak pernah memintanya untuk menangani sebuah kasus. Mr. Jordan sangat menyayangi sugmin meskipun Sungmin bukan anak kandungnya. Dan takut jika terjadi sesuatu dengan Sungmin. Karena alasan itulah yang membuat tidak pernah menyuruh sungmin untuk terjun langsung dalam menyelesaikan suatu kasus. Semudah apapun kasus tersebut. Meskipun pada kenyataannya selain memiliki otak yang cerdas, Sungmin juga sudah dibekali olehnya tentang pengetahuan seperti menjadi mata-mata yang baik, memegang senjata dengan benar, menghadapi penjahat, jurus martial arts dan masih banyak lagi yang ia pelajari sejak ia masih berumur lima tahun. Maka dari itu ketika Sungmin memutuskan untuk ikut bergabung dalam organisasi rahasia pusat di negara "Paman Sam" satu bulan yang lalu tersebut, Sungmin sudah sangat ahli dengan tekhnik-tekhnik yang dipelajari disana.
Apa mungkin masalah ini memang serumit itu? Fikir sungmin. Tapi hey, jika difikir-fikir lagi dia ini wanita. Apa Daddy-nya itu tidak memikirkan bagaimana nanti keadaan puterinya ketika menghadapi para "Mafia Berkelas" itu? Astaga~memikirkan semua itu membuat Sungmin merasa bahwa ia seperti seonggok daging yang siap dilemparkan ke mulut berekor-ekor buaya yang kelaparan.
.
.
*** Marvellous Target ***
.
.
FKI Office, Seoul, South Korea
11 October'12
01.47 p.m
.
"Aku sangat berterima kasih pada pihak FBI yang mengirimkan beberapa anggotanya untuk membantu Korea Selatan. Dan kami merasa sangat terhormat ketika tahu bahwa puteri dari pemimpin FBI sendirilah yang turun tangan secara langsung untuk menyelesaikan kasus ini." tutur Shin Dong Hae sambil tersenyum tulus ke arah Sungmin dan Hyukjae yang saat ini sedang berada di ruangan ketua FKI itu. Ya, setelah mendapat perintah dari ayahnya untuk kembali ke negara kelahirannya dan menangani kasus mafia tersebut, Sungmin tidak ingin menyia-nyiakan waktu sehingga langsung terbang ke Korea esok harinya.
"Anda terlalu berlebihan Shin Dong-ssi dan terima kasih telah menyambut kami dengan baik." Jawab Sungmin sambil membalas senyuman pria bertubuh gempal tersebut. "Jadi kita harus memulai rencana kita darimana?" tanya Sungmin to the point, Sungmin berfikir jika lebih cepat menyelesaikan kasus ini maka akan lebih baik. Dan ia juga tidak nyaman jika harus berada dinegara ini terlalu lama.
"Begini, yang kudengar K-Line137 dipimpin oleh seorang pria yang sangat jenius. Marcus Cho. Ia adalah pria lulusan Harvard University diumurnya yang bahkan menginjak 18 tahun. Dan dia memiliki bakat yang tak biasa, membuat dan memodifikasi senjata api, bahkan yang kudengar terakhir kali dia membuat senjata api yang kecepatannya kurang dari satu detik dan hanya bisa digunakan oleh seseorang yang suaranya telah terekam dalam benda itu." Jelas Shin Dong panjang lebar.
"Tapi sayang sekali sulit untuk menangkap pria itu. Kudengar ia adalah pria yang gemar bersosialisasi dengan rakyat bawah. Pribadinya yang santun, berwibawa dan Down To Earth itu membuat kami kasulitan untuk menemukan bukti. Jadi kuharap dengan dibantu oleh pihak FBI, paling tidak kami menemukan satu titik terang dalam kasus ini." Tambahnya sambil menatap Sungmin dan Hyukjae penuh harap.
"Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu kalian, lagipula aku tidak menampik kenyataan jika Korea Selatan adalah negara kelahiranku. Meskipun aku mempunyai kenangan pahit di negara ini." Balas Sungmin sambil tersenyum kecut.
"Aku sangat mengerti Sungmin-ssi, bahkan aku juga mengetahui alasan mengapa kau sangat membenci negara ini. Oh ya, kudengar K-Line137 akan melakukan transaksi di sebuah bar malam ini. Mungkin kita bisa memulai rencana kita dari sana, bagaimana?" Tanya Shin Dong.
"Baik. Dan aku siap menjadi umpannya." Jawab Sungmin dengan yakin. Kasus ini adalah kasus pertama yang dipercayakan ayahnya padanya jadi ia harus melakukannya dengan sebaik mungkin. Lagipula ini adalah saat-saat yang ditunggu-tunggu oleh gadis yang mempunyai sepasang "Foxy Eyes" itu. Dimana ia ikut turun tangan langsung dalam menangani sebuah kasus.
"Kau yakin Sungmin-ah dengan apa yang kau lakukan? Kau ini seorang wanita." Hyuk yang sedari tadi membungkam mulutnya mulai angkat bicara. Meskipun Sungmin dan Hyuk seringkali terlihat tidak pernah akur, tetapi Hyuk sangat menyayangi Sungmin, begitupun sebaliknya.
Sungmin menganggukkan kepalanya sekilas lalu tersenyum manis ke arah Hyuk. "Aku akan baik-baik saja Hyuk, kau tidak usah khawatir." Jawabnya mencoba menenangkan sahabatnya itu.
Tok… tok… tok…
Suara pintu yang diketuk dari luar membuat pandangan ketiga orang yang berada diruangan tersebut sontak langsung mengarah ke arah sumber suara. Seorang pria tampan dengan senyuman manisnya muncul dari balik pintu. Pria tersebut lalu menunduk hormat ke arah mereka bertiga.
"Nah, Nona Lee perkenalkan dia Lee Donghae. Dia salah satu orang kepercayaanku. Dan aku menyuruhnya untuk menemanimu dalam menangani kasus ini." Jelas Shin Dong. Pria itu menatap sekilas ke arah Sungmin lalu membungkukkan sedikit badannya.
"Anyeong Donghae-ssi, kuharap kita bisa bekerjasama dengan baik." Ucap Sungmin sambil tersenyum.
Deg~
Untuk pertama kalinya, dengan hanya melihat tarikan dikedua sudut bibir seorang gadis mampu membuat jantung seorang Lee Donghae berdetak dengan tidak karuan. Dan mengapa gadis itu bisa mempunyai senyuman malaikat seperti itu? Dan wajah sepolos bayi itu, astaga~ sepertinya tuhan memang sedang dalam kondisi yang benar-benar baik ketika menciptakan gadis itu, fikir Donghae. Oh ayolah, apa yang terjadi padamu Lee Donghae? Terpesona-kah? "Ne, kuharap juga seperti itu." jawab Donghae berusaha menetralkan kegugupannya.
.
.
*** Marvellous Target ***
.
.
Joy's Café, Seoul, South Korea
11 October'12
09.15 p.m
.
Seorang gadis terlihat berjalan mengendap-endap memasuki sebuah tempat. Alunan musik cukup memekakkan telinga yang kini tengah dimainkan dua orang Disk Jockey diujung ruangan serta lampu disko yang berkelap-kelip langsung menyambutnya ketika ia memasuki tempat tersebut. Mata foxy-nya bergerak liar menelusuri setiap sudut ruangan yang kebanyakan diisi dengan sepasang makhluk berbeda gender yang saat ini sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Berciuman, berlenggak-lenggok dengan gerakan erotis di atas lantai dansa, bahkan melakukan hal yang tidak senonoh-pun ditangkap oleh indera penglihatan gadis mungil tersebut.
Sungmin saat ini tampil anggun dengan gaun hitam diatas lututnya. Gaun tersebut menempel dengan pas ditubuh mungilnya, memperlihatkan dengan jelas setiap lekukan tubuhnya yang bak jam pasir. Kulit seputih susunya yang kontras dengan gaun yang ia pakai membuat ia tampak lebih bersinar dan mencolok dari pengunjung lain apalagi kini ia berada disebuah tempat dengan penerangan yang minim. Dan itu menimbulkan tatapan lapar dari para pria hidung belang yang memang saat ini sedang mencari mangsa untuk diterkamnya. Tetapi sepasang foxy eyes tajam serta wajah datar gadis itu membuat para kaum adam tersebut berfikir dua kali untuk menjadikannya santapan malam ini.
Gadis yang mempunyai "Plump Lips" itu juga sudah mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk mendapatkan bukti dari kasus yang ditanganinya saat ini. Sebuah camera terpasang dengan indah pada anting yang bertengger di kedua telinganya. Kamera tersebut sudah menyala dengan otomatis. Sebuah alat perekam suara juga terpasang di balik gaun dibagian dadanya.
Sungmin mengambil tempat duduk kosong yang berada di sudut kanan ruangan. Ia mengamati satu per satu orang yang berada ditempat tersebut. Dan matanya menemukannya! Seorang pria berjas hitam terlihat bergerak gelisah ditempat duduknya saat ini. Matanya terus saja mengamati sekelilingnya. Beberapa kali ia terlihat melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Beberapa kali pula ia terlihat menempelkan handphone berwarna hitam ketelinganya dan berbicara dengan serius dengan seseorang yang menelfonnya. Dan Sungmin sangat mengenali wajah pria itu. Shim Changmin. Salah satu anggota K-Line137.
"Saya rasa tidak ada yang mencurigakan ditempat ini sajangnim. Tidak, pelanggan kita belum datang. Baik saya akan menghubungi anda lagi." Samar-samar Sungmin mendengar percakapan Changmin dengan orang yang menelfonnya. Sesuatu terlintas difikiran sungmin, siapa sebenarnya orang yang dipanggil 'sajangnim' oleh Changmin itu? Marcus Cho-kah?
Tiba-tiba saja seorang pria paruh baya duduk dihadapan Shim Changmin yang membuat sungmin langsung memicingkan matanya berusaha memperjelas pandangannya ditengah kegelapan ruangan yang menyelimutinya. Matanya terus mengikuti setiap gerakan yang dilakukan kedua pria dihadapannya. Kedua pria itu sepertinya terlihat sangat terburu-buru, terbukti ketika mereka kini langsung saling menukarkan tas hitam berbentuk persegi panjang yang ada di genggaman mereka dan Sungmin sudah bisa menebak apa yang ada di masing-masing tas. Kedua pria tersebut berjabat tangan terlebih dahulu sebelum akhirnya mereka berjalan berlainan arah.
Seakan tidak ingin kehilangan jejak targetnya, Sungmin langsung bergegas mengikuti Changmin dari belakang. Mungkin karena Sungmin terlalu fokus pada sesuatu yang berada di depannya, gadis itu tidak melihat keadaan sekitarnya. Hingga akhirnya…
BRAKKK!
Sungmin tidak sengaja menabrak seorang waiter yang berjalan dari arah samping kanannya sehingga menyebabkan gelas yang dibawa oleh pelayan pria itu pecah seketika dan sebagian airnya tumpah mengenai dress Sungmin.
"Maaf Nona, Saya tidak sengaja." Sesal pelayan itu, namun Sungmin tidak memperdulikannya. Yang saat ini berada dalam fikirannya hanya satu. Shim Changmin. Dan karena kecerobohannya, siluet tubuh namja itu kini sudah menghilang entah kemana.
SIAL! Umpat Sungmin dalam hati. Jika saja ia lebih berhati-hati, tentu saat ini ia sudah menemukan bukti untuk menyelesaikan kasus ini.
"Sekali lagi maafkan saya Nona," Sungmin tidak menghiraukan permintaan maaf yang terlontar dari mulut waiter itu. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Sungmin langsung berlari meninggalkan bar tersebut dan mencoba mencari sosok Changmin, meskipun sangat mustahil.
"SHIT!" Umpatnya cukup keras ketika ia tidak menemukan sosok yang dicarinya.
"Nona Lee!" Teriak seorang namja yang membuat Sungmin langsung menolehkan kepalanya.
"Donghae-ssi!" gumamnya. Sebenarnya Sungmin datang ketempat ini bersama Donghae, namun karena tidak ingin dicurigai, apalagi wajah Dongahe sudah sangat familiar bagi organisasi mafia tersebut jadi Sungmin menyuruh Donghae untuk menunggu di mobil.
"Ayo cepat naik, dia belum jauh dari sini." Teriak Dongahe membuat Sungmin langsung bergegas memasuki Porsche berwarna merah metalik itu.
.
.
*** Marvellous Target ***
.
.
Lamborghini berwarna hitam terparkir dihalaman sebuah rumah bergaya minimalis modern yang cukup besar. Rumah tersebut berdiri angkuh ditengah-tengah padang rumput yang sangat luas. Shim Changmin keluar dari salah satu sisi mobil tersebut dengan membawa sebuah tas. Pria itu melihat sekitarnya sekilas. Setelah dirasa aman, ia langsung memasuki rumah tersebut.
Sementara disisi lain, Sungmin dan Dongahe terus saja memperhatikan pria bermarga Shim itu dari kejauhan.
Sungmin menolehkan kepalanya ke arah Donghae. "Aku harus masuk." Ucapnya dengan yakin sambil melepas safety belt-nya.
"Tapi ini sangat berbahaya, Sungmin-ssi. Kau wanita. Aku tidak bisa membiarkanmu masuk ke dalam sana seorang diri." Tolak Donghae dengan tegas.
"Kita sudah melangkah sejauh ini, Donghae-ssi dan kita sudah menemukan titik terang dari masalah ini. Kau jangan khawatir, aku akan baik-baik saja." tutur Sungmin sambil menunjukkan senyuman yang menurut Donghae senyum malaikat itu. Dan setelah ini tentu saja siapa yang berani menolak keputusan seorang Lee Sungmin?
"Baiklah, tapi kau harus berhati-hati. Aku akan menunggumu disini, berjaga-jaga jika ada sesuatu yang mencurigakan." Jawab Donghae. Sungmin hanya membalasnya dengan senyuman, lalu ia segera membuka pintu mobil dan bergegas ke arah rumah tersebut.
.
.
Sungmin berjalan mengendap-endap memasuki rumah mewah itu. Sedikit tidak nyaman karena ia saat ini menggunakan high heels setinggi 8 cm sehingga menimbulkan suara ketukan yang mampu tertangkap oleh gendang telinga. Ia terlihat terus saja menolehkan kepalanya ke depan dan ke belakang memastikan bahwa posisinya kali ini aman dan tidak menimbulkan satu kecurigaanpun.
Sungmin terus saja melangkahkan kakinya hingga pada akhirnya ia sampai di pintu utama rumah itu. Sedikit menarik nafasnya untuk menghilangkan sedikit rasa takutnya, Ayolah, biar bagaimanapun ini adalah kasus pertama yang Sungmin tangani, apalagi musuh yang ia tangani saat ini bukanlah golongan penjahat kelas teri. Ia menghadapi para mafia yang menyelundupkan senjata-senjata ilegal. Dan bukan tidak mungkin juga jika mereka pasti menyimpan senjata-senjata yang canggih apalagi ditambah kenyataan jika ketua organisasi mereka adalah seorang "Gun Makers" yang sangat mengagumkan.
Puk!
Sebuah tepukan ringan mendarat dibahu Sungmin, refleks Sungmin langsung membalikkan tubuhnya dan…
"Hmmpppp…"
.
.
*** Marvellous Target ***
.
.
Sungmin mengerjap-ngerjapkan sepasang iris kecokelatannya, mencoba membiaskan cahaya yang berangsur-angsur masuk ke retina matanya. Dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah sebuah ruangan cukup besar dengan ia yang kini duduk disalah satu sofa besar berwarna baby blue. Sungmin memicingkan kedua matanya ketika ia melihat seorang pria yang berdiri membelakanginya.
"Arggghh!" Sungmin mengerang pelan ketika ia mencoba untuk bangkit dari posisi duduknya rasa pening langsung menyergap kepalanya, mungkin karena efek obat bius tadi.
"Ah, rupanya kau sudah sadar?" Suara bass seorang pria langsung menyapa indera pendengaran Sungmin. Pria itu cukup tampan. Dengan kulit berwarna putih pucat, bibir penuhnya yang membuat Sungmin langsung berfikir yang tidak-tidak, rambut ikal kecoklatannya, tubuh proporsionalnya yang saat ini dibalut dengan setelan jas armani dan celana bahan yang sama-sama berwarna hitam membuatnya tampak seperti model-model yang terdapat di majalah-majalah. Tapi sepasang mata tajam itu benar-benar membuat Sungmin sedikit begidik. Misterius. Tipe pria yang membuat wanita manapun memikirkan seribu cara bahkan terlicik sekalipun untuk mendapatkannya.
"Kau… siapa?" tanya Sungmin dengan suara serak.
"Aku?" Pria itu sedikit terkekeh pelan. "Bukankah saat ini kau sedang mencariku? Kau tahu, suatu kehormatan bagimu dapat bertemu langsung denganku. Dan aku dengar kau puteri dari ketua FBI sekaligus anak emas FBI?" Tanya pria itu.
Sungmin sudah dapat menebak siapa pria dihadapannya kali ini. "Jadi kau sudah mengetahui tentangku? Dan kau menjebakku?" tanya gadis itu retoris. Astaga~ Pantas saja jika semua ini terlalu mudah, seharusnya ia sudah menyadari keganjilan ini dari awal. Rupanya K-Line137 memang sudah memasang jebakan dengan menggali sebuah lubang dari awal, dan dengan bodohnya ia malah menjatuhkan dirinya dilubang tersebut.
Sungmin mencoba untuk bangkit dari posisi duduknya. "Baiklah Tuan Marcus Cho yang terhormat, jangan kau fikir aku takut terhadapmu, dan asal kau tahu saja jika aku sudah tahu tentang dirimu dan organisasi mafia-mu itu." ucap Sungmin dengan satu tarikan nafas.
Pria yang dipanggil Marcus Cho itu dengan tangan yang terbenam disaku bajunya melangkah perlahan mendekati Sungmin dan berdiri dihadapan gadis itu. Mengulurkan kepalanya, mendekatkan wajahnya ke arah gadis itu hingga membuat hidung mereka hampir bersentuhan, membuat gadis itu sedikit menarik wajahnya kebelakang.
Asal kalian tahu, K-Line137 adalah salah satu organisasi yang bisa dibilang sangat update tentang apapun. Bahkan ketika FBI mengirimkan beberapa anggotanya yang juga termasuk puteri pemimpin FBI itu sendiri ke Korea Selatanpun mereka tahu. Dan saat itulah Marcus mendengar tentang Lee Sungmin. Nama yang paling familiar diingatannya. Nama yang selalu ia simpan dengan rapi dimemori otaknya. Awalnya ia ragu, namun ketika Shim Changmin menyebut jika gadis itu adalah anak angkat pemimpin FBI, Kyuhun – nama korea Marcus – langsung yakin jika itu adalah dia, gadis kecilnya.
Oh~ Betapa pria itu sangat merindukan wajah ini selama bertahun-tahun. Wajah yang masih sama seperti 10 tahun yang lalu, Wajah yang mulus bersih tanpa cela, sepasang foxy eyes yang sedari dulu menjadi mata favoritnya, dan bibir mungil yang kini nampak semakin terlihat menggoda. Dan pria itu semakin membenamkan kedua tangannya, karena ada dorongan kuat yang menyuruhnya untuk memeluk bahkan mencium gadis itu sekarang juga. "Tahu apa kau tentang diriku, Nona Lee Sungmin? Kau bahkan baru mengenalku sekarang?" tanyanya disertai seringaiannya yang membuat Sungmin kesusahan untuk menelan air liurnya. Bukan karena takut. Sama sekali bukan. Tapi lebih kepada rasa gugup yang mendominasi tubuhnya. Dan untuk pertama kalinya Sungmin merasa gugup berada sedekat ini dengan seorang pria.
Sungmin terlihat menarik nafasnya. Dan itu menjadi suatu kesalahan baginya karena membuatnya dapat mencium dengan jelas aroma tubuh pria itu. Mint dan aroma pagi. Perpaduan keduanya. "Apa yang kau inginkan?" tanya Sungmin to the point.
Pria itu menegakkan tubuhnya. "Bagaimana jika kita membuat sebuah kesepakatan? Bukankah kau sedang mencari bukti tentang organisasiku? Anggap saja saat ini kita sedang melakukan simbiosis mutualisme." Pria itu sudah memikirkan matang-matang apa yang akan dilakukannya pada gadis itu. Cukup. Sudah cukup selama ini ia merindukan gadis itu. Sudah saatnya pria itu menarik sedekat mungkin gadis itu ke pelukannya dan yang ia lakukan selanjutnya adalah mendekap gadisnya seerat mungkin, tidak membiarkan gadis itu pergi lagi dari kehidupannya. Ia tidak memikirkan lagi apa yang akan terjadi padanya. yang ia tahu dengan kehadiran gadis itu saja sudah cukup. Ia tidak membutuhkan apa-apa lagi.
"Kesepakatan apa?" tanya Sungmin.
Marcus kembali mendekatkan tubuhnya ke arah Sungmin dan berhenti tepat di telinga sebelah kiri Sungmin. "Marry Me, menjadi istriku. Dan aku akan memberi apapun yang kau mau."
.
.
.
.
*** To Be Continued ***
