Neko no Kitsune
•
Naruto © Masashi Kishimoto
•
Warning: miss typo(s), kurang greget (?), OOC sometimes, EYD, alur kecepetan, dll.
Disini Naruko logatnya bukan 'Dattebayo' tapi 'Nyan'
•
MOHON DIBACA! jika anda tidak menyukai fic ini cukup close tab, jadi anda tidak perlu bash saya di review maupun PM. Terima kasih.
•
Chapter 1: Meet Her Again
.
.
.
.
.
Badai pada malam hari memang menyeramkan ya?
Sasuke pun mengakuinya walau secara tidak langsung. Buktinya, ia sekarang sedang duduk di depan perapian rumahnya dan memeluk lututnya.
"Tch! Kapan badai ini selesai hah?" Umpat Sasuke keras. Ia melempar kertas—yang entah darimana—ke perapian.
Sementara Sasuke yang masih kesal dan mengumpat menyalahkan hujan, di teras rumahnya seekor kucing sedang meringkuk kedinginan di depan pintu rumah Sasuke. Bulu indahnya yang berwarna pirang keemasan basah kuyup, badannya juga menggigil kedinginan. Ia mengeong meminta belas kasihan pada sang empu rumah. Sasuke yang mendengarnya langsung berdiri, berniat mengusir kucing yang mengganggu kegiatan melempar-dan-mengumpat yang tadi dilakukannya.
Namun, niat mengusir si kucing diurungkannya karena saat membuka pintu rumahnya ia melihat kucing pirang tersebut dalam keadaan basah kuyup dan menggigil. Sebesit perasaan kasihan terlintas di hatinya. Ia segera menggendong sang kucing kedalam rumahnya yang jauh lebih hangat.
"Kau basah sekali neko," Gumamnya. Kucing berbulu emas tersebut hanya menatapnya sayu dan mengeong pelan. Sasuke meletakkan si kucing di depan perapian sedangkan dirinya bergegas ke kamarnya untuk mengambil handuk.
Sepeninggal Sasuke, kucing pirang itu berdiri dan cahaya tembus pandang berwarna kebiru-biruan muncul dari tubuhnya, lalu perlahan-lahan menyelimuti tubuh mungilnya. Cahayanya berpendar-pendar menyilaukan. Badannya lama-lama membesar dan menyerupai tubuh manusia. Bulunya berubah menjadi rambut yang panjang sampai menyentuh pinggang. Sang kucing pun berubah menjadi gadis cantik berambut pirang keemasan, bermanik biru sapphire dan 'telanjang'.
Mengapa?
Karena kucing tidak memakai pakaian.
.
Sang kucing—yang sekarang sudah menjadi manusia—duduk memeluk lututnya di depan perapian. Mata beriris biru cerahnya memandang api yang menari-nari diatas kayu bakar dengan sayu. Badan mungilnya menggigil dan bibirnya yang pucat bergetar. Rambut pirang keemasannya yang panjang basah, badannya juga dipenuhi bulir-bulir air hujan.
Sasuke kembali membawa handuk dan menatap ke arah perapian dengan tatapan—
—melongo.
Memori sepuluh tahunnya terputar kembali di depan mata beriris hitamnya. Seorang gadis berambut pirang panjang dengan mata biru cerah kini kembali di didepannya. Ia ingat betul gadis dihadapannya. Kekasihnya yang telah tiada sepuluh tahun yang lalu kini berada di sini.
"N-Naruko...?" Tukas Sasuke tidak percaya. Gadis itu menoleh dan berjalan mendekati Sasuke. "Bagaimana kau bisa tahu namaku, nyan?" Ujar Naruko.
"Benar kau Naruko?" Tanya Sasuke memastikan. Gadis setengah kucing itu mengangguk. "Hei, kau belum menjawab pertanyaanku!" Ujarnya kesal sambil mengerucutkan bibirnya yang masih pucat.
Sasuke hampir saja pingsan saat melihat Naruko kembali. Luka di hatinya kembali terbuka saat melihat sosok gadis pirang dihadapannya. Sasuke memeluk Naruko. Sang gadis hanya menatapnya bingung. "Kapan kita pernah bertemu?"
Sasuke menatapnya tak percaya. Bagaimana mungkin kekasihnya melupakan semua tentangnya. "Kau tidak mengingatku?" Sang gadis hanya menggeleng. Sasuke menghembuskan nafas berat, ia masih sangat bingung kenapa Naruko bisa ada disini dalam keadaan 'manusia setengah kucing'.
"Siapa nama lengkapmu, Naruko?" Bisik Sasuke di telinga Naruko. Naruko yang merasa geli menggeliat pelan di pelukan Sasuke. "Hei jangan bergerak, dada besarmu yang telanjang itu menggesek dadaku. Dasar Dobe," bisik Sasuke jahil.
Wajah Naruko memerah seperti kepiting rebus, ia langsung mendorong Sasuke kuat-kuat dan melepaskan diri dari pelukan Sasuke. "MESUM! DASAR TEME!" Teriak Naruko sambil menutupi dadanya dengan kedua tangannya.
Sasuke menyeringai dan mendekati Naruko. "Menjauh dariku Teme!" Ujar Naruko seraya berjalan mundur, namun Sasuke cepat-cepat menariknya dan memakaikan gaun handuk pada Naruko.
"Aku tidak bisa menjamin keperawananmu jika kau masih telanjang seperti itu didepanku. Dobe," Tukas Sasuke datar, namun hatinya tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengerjai Naruko.
.
"Siapa nama lengkapmu Dobe?" Tanya Sasuke seraya duduk di samping Naruko. Naruko kini telah memakai baju Sasuke yang sangat kebesaran jika dipakai olehnya. Naruko sebenarnya meminta baju Sasuke yang sudah kekecilan agar pas di badan mungilnya, namun kata pria itu baju-baju lamanya sudah ia sumbangkan.
Jadi beginilah Naruko. Memakai kaus putih polos milik Sasuke yang sangat kebesaran. Sasuke sampai terkekeh dan menghina betapa kecil badan Naruko.
"Uzumaki Naruko," jawabnya datar sambil meminum coklat panas buatan Sasuke. Sasuke tersentak. Benar, gadis disampingnya adalah Naruko-nya. Naruko yang dicintainya.
"Hn," Sasuke menghembuskan nafas pelan. Otaknya mulai bekerja untuk membuat Naruko-neko ingat dengannya. Mulai sekarang, Sasuke berusaha bersikap biasa. Tidak kaget dan tidak gegabah seperti tadi. Bersikap seakan-akan Naruko adalah gadis yang baru dikenalnya.
"Kalau namamu?" Tanya Naruko sambil menatap kedua mata Beriris hitam milik Sasuke. Sasuke balas menatap kedua mata biru Naruko. "Uchiha Sasuke."
"Souka.. ehm, Uchiha-san—"
"Cukup panggil aku Sasuke." Potong Sasuke cepat.
"G-gomen. Sasuke, apa aku boleh tinggal disini selama beberapa hari? Aku... tidak memiliki tempat tinggal nyan," ucap Naruko sambil menunduk. Gadis itu takut kalau Sasuke tidak memperbolehkannya tinggal dirumahnya.
Namun, beda dari yang dibayangkannya, Sasuke mengangguk mengiyakan. Melihat reaksi Sasuke, Naruko terpekik kegirangan dan memeluk pria itu erat dan mengucapkan terima kasih berkali-kali.
"Hn. Douita Dobe. Tapi kau tinggal disini tidak gratis," jawab Sasuke sambil menyeringai, entah mengapa otak jeniusnya ingin sekali mengerjai Naruko.
"Haaah... aku tidak punya uang Teme," jawab Naruko melas. Sasuke terkekeh geli mendengar nada belas kasihan Naruko. Sasuke mengarahkan jari telunjuknya di depan Naruko, memberi tanda agar gadis itu mendekat. Naruko yang tidak curiga sama sekali langsung mendekat kearahnya dan...
Cup
Sasuke mencium pipi Naruko. Naruko diam mematung, wajahnya memerah. Sedangkan seringaian menyebalkan Sasuke masih melekat di bibir tipisnya. "Aku tidak punya kamar lagi selain kamarku. Jadi kau tidur bersamaku,"
Sasuke berbohong. Sebenarnya ada sebuah kamar lagi disebelahnya. Namun keadaannya sangat kotor sehingga Sasuke malas membersihkannya untuk Naruko.
Naruko menggeleng cepat, ia tidak bisa membayangkan bahwa malam ini ia tidur bersama Sasuke yang mesum itu. Bisa-bisa ia kehilangan keperawanannya malam ini.
"Tidaak! Aku menjadi kucing saja! Aku bisa tidur disini!" Raung Naruko. Ia memejamkan mata, badannya mulai bercahaya, ia bersiap untuk menjadi kucing. Namun tangan Sasuke mencegahnya.
"Tidur bersamaku. Aku berjanji tidak akan macam-macam." Ucap Sasuke serius. Naruko membuka mata indahnya, ia menatap mata Sasuke, berusaha mencari kebohongan di matanya. Namun nihil. Akhirnya Naruko mengangguk dan setuju untuk tidur bersama Sasuke.
.
Sasuke menatap wajah damai Naruko saat tertidur. Saat ini ia dan Naruko sudah berada di ranjang Sasuke. Ia menyentuh pipi Naruko, lalu beralih ke bibirnya. Sasuke sangat mengagumi wajah rupawan Naruko.
"Dulu bibir ini selalu membentakku saat aku menjahilimu. Bibir ini juga yang kucium saat aku gemas denganmu," bisiknya pelan. Ia beralih menyentuh pipi Naruko. "Dulu pipi ini selalu menggembung saat kau kesal," lalu Sasuke menyentuh mata Naruko. "Mata ini, mata yang sangat kucintai. Mata yang selalu melotot saat aku mencuri kesempatan untuk menggandeng tanganmu di koridor sekolah,"
Sasuke memandang Naruko sendu. "Kalau saja kau tidak pergi waktu itu, mungkin kau sudah menjadi istriku sekarang. Oyasumi Dobe," ia memeluk pinggang ramping Naruko dan memejamkan matanya.
.
Naruko menggeliat saat cahaya mentari mulai berebut masuk kedalam kamar Sasuke melewati celah jendela. Ia mencoba membuka kelopak matanya. Merasa bahwa dirinya dalam pelukan seseorang, ia menoleh ke samping dan mendapati Sasuke tengah terlelap di sampingnya dengan tangan kanan melingkar di pinggang ramping-nya. Naruko tersenyum lembut, ia membalikkan badannya dan menatap wajah Sasuke. Ia memperhatikan mata, hidung, mulut, pipi sampai dagu pria tersebut. Naruko mengakui bahwa Sasuke sangatlah tampan. Kulitnya yang putih bersih, hidung mancung dan mata yang tajam bak elang.
Belum selesai Naruko mengagumi wajah tampan Sasuke, pria itu menggeliat pelan dan membuka matanya malas.
"Ohayou," sapa Naruko sambil tersenyum cerah.
"Hn ohayou." Jawab Sasuke lirih.
Ia sangat senang pagi ini. Baru bangun tidur dan mendapati sang pujaan hati berada di depannya mengatakan selamat pagi padanya sambil tersenyum. Seandainya gadis yang ada dihadapannya ini Naruko yang masih memiliki ingatannya, ia pasti sudah mencium bibir cherry-nya.
"Hey, bisakah kau melepaskan tanganmu dari pinggangku? Aku ingin memasak," ucap Naruko tak melepas senyumannya.
Sasuke mendengus geli, "memangnya seekor Neko bisa memasak?" Cibirnya.
Naruko cemberut, ia mendorong dada Sasuke. "Tentu saja nyan!" Belanya.
"Memangnya orang Dobe sepertimu bisa memasak?" Cibir Sasuke lagi.
"Heh jangan meremehkanku Teme! Dasar pantat ayam!" Desis Naruko. Ia bersiap berdiri namun Sasuke semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Naruko. "Cium aku dulu," bisiknya.
Naruko menggeleng keras dan mendorong Sasuke agar melepaskan pelukannya. "Tidak mau!" Sasuke akhirnya melepaskan Naruko dan terkekeh geli melihat punggung Naruko yang bergerak menjauh darinya.
.
Sasuke harus menarik kembali tentang perkataannya soal Naruko bisa memasak. Nyatanya, makanan yang dihidangkan Naruko ludes tak tersisa dan Sasuke mengakui kalau makanan yang dibuat Naruko sangatlah enak. Padahal Naruko hanya memasak spaghetti untuk dirinya dan Naruko pagi ini.
"Enak?" tanya Naruko penuh harap. Ingin sekali Sasuke menjawab 'tentu saja! Aku ingin memakan masakanmu lagi' namun lidahnya hanya bisa mengatakan 'lumayan'.
"Lumayan. Saat makan malam buatkan aku masakan ala jepang," ujar Sasuke datar.
Dibilang lumayan oleh Sasuke membuatnya sangat senang. Ia bangkit dan mengangkut piring kotor bekas spaghetti tadi.
"Baiklah, nanti malam aku akan membuatkanmu masakan ala jepang! Tapi sebelum itu, kita harus belanja! Bahan makananmu hanya sedikit nyan, tidak mungkin aku memasak masakan jepang kalau hanya ada sayur," Seru Naruko senang.
"Hn."
Naruko segera ke dapur untuk membersihkan semua peralatan makan yang tadi dipakainya. Setelah selesai, Naruko mengistirahatkan tubuhnya disamping Sasuke yang kini sedang bersantai di sofa.
"Sudah selesai?" tanya Sasuke saat Naruko baru saja duduk disampingnya. Gadis itu hanya mengangguk.
Sasuke berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Naruko. "Ayo,"
Naruko mengerutkan dahi bingung. "Mau kemana?"
Sasuke menarik tangan Naruko. "Membelikanmu baju. Tidak mungkin kau terus-terusan meminjam bajuku,"
Sasuke mengajak Naruko untuk membeli baju untuk gadis itu bukan tanpa alasan. Selain agar Naruko tidak meminjam terus kepadanya, bukankah seorang wanita membutuhkan, err... pakaian dalam?
Naruko yang mendengar akan dibelikan pakaian oleh Sasuke senang bukan main. "Hontou? Hahaha arigatou Sasuke!" ujarnya riang. Ia berlari ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang masih tercium aroma dapur. Sasuke hanya tersenyum tipis melihat kekasihnya yang lupa ingatan itu.
.
Setelah meletakkan mobilnya di parkiran salah satu pusat perbelanjaan di Konoha, Sasuke mengajak Naruko memasuki pertokoan. Sepanjang perjalanan Naruko terus berceloteh, membuat Sasuke tersenyum tipis melihatnya. Ternyata Naruko-neko memang Naruko miliknya. Naruko-neko sangat hiperaktif, begitu pula Naruko-nya. Naruko yang amat sangat disayanginya. Seseorang yang mampu membuat Sasuke senang, kecewa, marah, bahkan rasa kehilangan yang amat mendalam.
Satu persatu mereka kunjungi seluruh butik yang ada disana. Di salah satu butik, Naruko sedang mencoba beberapa pakaian disana.
"Teme, bagaimana menurutmu? Apa aku cocok memakai pakaian ini?" Tanya Naruko antusias. Ia mengenakan dress berwarna putih tanpa lengan sepanjang setengah lutut dengan renda dibawahnya.
Sasuke terdiam saat melihat betapa cantik Naruko dihadapannya. Menurutnya apapun yg dikenakan Naruko pantas di badannya. Ia memandang tubuh Naruko dari atas sampai bawah. Sasuke hanya bisa mengangguk menanggapi pertanyaan Naruko. Naruko tersenyum senang, lalu memilih pakaian tersebut kemudian segera dibayar oleh Sasuke.
Setelah memilih-milih pakaian, Naruko mengajak Sasuke belanja bahan-bahan untuk makan malam nanti. Naruko memilih dan memilah bahan dengan cermat, mulai dari sayur, daging, sampai bumbu-bumbu. Sasuke semakin yakin kalau Naruko-neko adalah Naruko-nya yang telah tiada, mengingat Naruko-nya juga pandai memasak seperti Naruko-neko.
"Sebenarnya kau mau masak apa? Kenapa sebanyak ini?" Tanya Sasuke frustasi melihat isi trolly yang hampir penuh dengan bahan makanan.
"Tentu saja masak makanan yang kau pesan. Dan ini tidak hanya untuk makan malam nanti, tapi untuk beberapa hari kedepan." Jawab Naruko. Kini ia sedang memilih ikan laut yang akan dimasaknya nanti.
"Cih dasar Dobe," desis Sasuke.
Naruko menjitak kepala Sasuke dengan sedikit berjinjit. "Hei ini untuk kebutuhanmu juga! Jangan banyak protes!" Omel Naruko sambil berjalan mendahului Sasuke.
"Hn," gumam Sasuke tidak peduli, ia mendorong trolly-nya mengikuti Naruko.
"Sudah?" Tanya Sasuke kepada Naruko yang kini berada disampingnya, mengecek bahan-bahan belanjaan. Setelah dirasa cukup, Naruko menoleh kearah Sasuke dan tersenyum. "Sudah,"
"Hn. Ayo bayar,"
"Oke!"
Sasuke mendorong trolly ogah-ogahan. Ia sangat membenci belanja, karena menurutnya belanja adalah dimana suatu tempat yang dipenuhi oleh wanita-wanita yang mencari diskonan besar-besaran. Kalaupun ia terpaksa belanja, ia hanya membeli tanpa melihat harga dan kualitas.
Namun ketika ia menemani Naruko berbelanja rasa bencinya terhadap belanja sedikit luntur. Selain karena Naruko kekasihnya, Naruko adalah gadis yang cermat dalam memilih belanjaan.
Setelah sampai dikasir dan selesai mengantri, Naruko dan Sasuke mengeluarkan seluruh barang belanjaan ke meja kasir. Selesai, sang penjaga kasir pun menghitung semua belanjaan mereka.
Di belakang mereka berdua ada dua orang ibu-ibu yang sedang ngerumpi.
"Mereka pasangan yang serasi ya..." ucap si ibu sambil menunjuk Sasuke dan Naruko menggunakan dagu-nya.
"Iya.. mereka mesra sekali..." sahut ibu yang lain sambil terkikik pelan.
Mereka terus membicarakan betapa mesra dan serasi 'SasuNaru'. Mereka berbisik-bisik agar Naruko dan Sasuke tidak mendengar percakapan mereka. Namun sayang, usaha mereka sia-sia. Naruko masih bisa mendengar percakapan mereka.
Memerah.
Pipi Naruko bersemu merah karena malu. Yeah, ia sangat malu digosipkan seperti itu oleh ibu-ibu. Ia malu bukan karena marah, ia malu karena senang.
Senang dibilang serasi oleh orang tampan sejenis Sasuke.
Setelah selesai menghitung dan membayar, Naruko segera menarik tangan Sasuke. "Ayo kita pulang,"
.
Sepulang dari pusat perbelanjaan, Sasuke mengajak Naruko ke tempat kenangan mereka, yang masih diingat dengan baik oleh Sasuke namun tidak sama sekali dengan Naruko. Pertama-tama mereka pergi ke taman bermain. Sepele sih, tapi dulu taman ini menjadi tempat bersejarah mereka berdua.
Karena disanalah mereka menjadi sepasang kekasih.
Naruko memandang taman bermain berbinar-binar. Ia menggandeng tangan Sasuke untuk mencoba semua permainan yang disediakan.
Raut bahagia tampak jelas di wajah ayu Naruko. Sedari tadi senyuman manis tak lepas dari bibir mungilnya. Ia menatap seluruh penjuru taman, mencari permainan yang belum dijajahnya. Setelah terlihat wahana bianglala, Naruko menarik tangan Sasuke untuk menuju kesana. Sang empu tangan merasa tak keberatan, justru ia sangat senang melihat Naruko begitu ceria hari ini.
"Teme! Aku mau naik itu! Ayo!" Ucap Naruko antusias, ia menunjuk bianglala.
"Hn. Ayo cepat mengantri," jawab Sasuke tenang.
"Kau yang harus cepat Teme! Kau lama seperti siput!" Oceh Naruko, ia menarik tangan Sasuke menuju bianglala. Sasuke tersenyum tipis melihat tingkah Naruko yang childish itu.
Mereka sudah menaiki bianglala dan mencapai puncak tertinggi. Diameter-nya saja mencapai 1 km. Mata Naruko berbinar-binar, melihat pemandangan kota Konoha yang sangat indah dari atas sana.
"Huuoooh... sugoi!" Gumam Naruko. Senyum manis terpancar dari wajah cantiknya.
Sasuke mengacak rambut Naruko pelan, lalu mengusapnya dengan lembut. "Apa kau baru pertama kali melihat pemandangan kota Konoha dari atas?"
Naruko mengangguk, ia sibuk melihat-lihat betapa indahnya Konoha dari ketinggian 1 km.
Tiba-tiba saja, senyuman yang sedari tadi tidak luntur dari bibirnya, hilang mendadak. Mata Naruko membulat lebar, dan ia terdiam mematung.
-Naruko PoV-
Entah mengapa, saat aku diatas sini aku teringat sesuatu. Menurutku, kepingan memori ini adalah kejadian yang penting dan bersejarah untukku, tapi apa? Aku merasa aku dan Sasuke pernah mengunjungi tempat ini. Tapi kapan? Aku dan Sasuke saja baru bertemu kemarin. Aaargh... ada apa dengan otakku?
Tiba-tiba, kejadian masa lalu yang entah kapan kujalani seperti terlintas di depan mataku. Aku dan Sasuke sedang berada di bianglala ini, tepat di ketinggian ini, dan Sasuke menyatakan perasaannya kepadaku. Disaat itu, aku dan Sasuke resmi menjadi sepasang kekasih.
"Dobe, suki da yo,"
"S-suki mo, Teme."
"Jadi milikku Dibe, selamanya."
"Uhm! Aku janji!"
Suara percakapan itu terngiang di telingaku. Detik itu juga, mataku membesar, keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhku. Badanku lemas, entah mengapa potongan memori yang terlintas itu menghabiskan tenagaku. Sasuke memanggil namaku berkali-kali, aku hanya bisa menatapnya sayu. Aku tak mampu untuk menjawabnya, bernafas pun susah. Aku hanya dapat menengoknya sambil tersenyum dan memberi isyarat bahwa aku baik-baik saja sehingga ia tak perlu khawatir.
-end of Naruko PoV-
"Dobe, kau kenapa sih? Ck merepotkan," desah Sasuke malas, ia sedang membantu Naruko keluar dari area bianglala dan mendudukkannya di sebuah kursi di pinggir taman. Sasuke segera melesat menuju penjual minuman.
Setelah kepergian Sasuke, Naruko mencoba menegakkan badannya. Saat mengingat-ingat kejadian barusan, badannya seketika merinding, ia menghela nafas berat, mencoba rileks. Selang beberapa menit, Sasuke kembali dengan dua kaleng minuman di kedua tangannya. Lalu pria itu menyerahkan kaleng berwarna orange ke Naruko.
"Minum, lalu ceritakan apa yang terjadi," perintah Sasuke, ia duduk di sebelah Naruko dan membuka kalengnya.
Naruko mengangguk, ia mengikuti Sasuke membuka kaleng lalu meminum separuhnya. Setelah merasa sedikit lebih baik, ia menceritakan gambaran memori-nya kepada Sasuke.
"Suke, apa sebelumnya kita pernah kesini? Aku seperti ingat sesuatu," gumam Naruko pelan. Sasuke yang sedang menegak soda-nya hampir tersedak mendengar penuturan Naruko.
Sasuke menegakkan badannya, lalu menatap Naruko tajam. "Apa kau ingat sesuatu?"
"Sepertinya. Aku merasa kita pernah ke tempat ini, dan kita menjadi kekasih di bianglala itu. Dan ingatan itu seperti potongan puzzle yang harus disusun agar aku mengingat semuanya." jelas Naruko.
Sasuke terdiam. Ia tidak mampu menjawab. Kekasihnya yang sepuluh tahun lalu telah tiada kini kembali ke hadapannya. Kenangan saat mereka bersama terputar jelas di pikiran Sasuke, seperti sang otak sedang memainkan film tentang mereka berdua di pikirannya.
Ia terlalu syok, sampai-sampai ia ingin mengatakan bahwa ia Naruko-nya, Naruko-nya yang telah lama meninggalkannya sendirian. Tapi niat itu diurungkannya, ia tak ingin membuat Naruko-neko kebingungan karena ia tidak tahu apa-apa. Sasuke menyayanginya seperti ia menyayangi Naruko-nya.
'Aku harus memastikannya lebih dalam lagi. Aku harus membawanya ke danau itu,' batin Sasuke. Pria itu berdiri dan mengulurkan tangannya ke Naruko.
"Hn. Besok aku akan mengajakmu ke tempat berikutnya sampai kau ingat semuanya," ujar Sasuke.
Naruko menerima uluran tangan Sasuke dan beranjak meninggalkan taman bermain tersebut.
.
Sepanjang perjalanan Naruko lebih banyak diam. Senyum manisnya luntur daritadi saat kejadian di bianglala. Ia hanya bicara seperlunya jika Sasuke mengajaknya bicara. Baru kali ini pemuda itu mengajak bicara seorang wanita, apalagi Naruko yang biasanya suka berkicau bagai burung gereja. Padahal beberapa jam yang lalu ia masih berceloteh tentang indahnya kota Konoha. Dirinya terlalu syok mendapat kepingan ingatannya yang membuatnya lemas dan berkeringat dingin.
Sesampainya dirumah, Sasuke segera mengeluarkan barang belanjaannya dan meletakannya di meja makan. Melihat betapa banyak belanjaan, ia tidak yakin barang-barang itu bisa muat di kulkasnya.
Setelah ditata sedemikian rupa oleh Sasuke dan Naruko, semua bahan makanan sudah bisa masuk ke kulkasnya tanpa ada yang tertinggal. Keduanya mendesah lega, lalu Sasuke segera duduk di sofa sedangkan Naruko membuat coklat panas dan kopi untuk mereka berdua.
Setelah selesai, Naruko meletakkan kopi dan coklat diatas meja kecil dan menghempaskan tubuhnya disebelah Sasuke. Sasuke mengelus pelan rambut Naruko. "Kau lelah?" Tanyanya.
"Hm. Tapi aku belum memasak untuk makan malam," ujar Naruko pelan, ia mengambil coklat-nya dan meminum sebagian.
"Hn. Tidak apa. Kau istirahat saja, biar aku yang memasak," jawab Sasuke, ia segera beranjak menuju dapur.
Tapi buru-buru Naruko menahan tangannya. "Masakanmu pasti tidak enak nyan, lebih baik aku yang masak," ujar Naruko jahil, ia menjulurkan lidahnya dan beranjak dari sofa.
"Tidak enak? Lalu selama ini aku makan dengan apa Dobe?" Ujar Sasuke naik darah. Ia tidak terima Naruko mengatai masakannya tidak enak.
Naruko mengangkat bahu tidak peduli. "Entahlah," jawabnya santai sambil memakai celemek agar bajunya tidak ternodai saat memasak.
Sasuke mendengus kesal dan kembali duduk di sofa. "Terserah Dobe. Buat makanan yang enak!" Ujar Sasuke santai.
Naruko yang diperintah seenak jidat oleh Sasuke langsung naik darah. Ia menghampiri Sasuke dengan tangan kanannya memegang spatula. "Hei! Jangan memerintahku seenak jidat lebarmu saja! Tanpa kau suruh pun aku pasti membuat masakan yang enak nyan!" Cerocos Naruko di depan Sasuke.
"Hn," gumam Sasuke seraya mengangkat bahu-nya tidak peduli dan menyesap kopinya.
Perempatan merah di dahi Naruko semakin membesar. Ia segera berlalu ke dapur dan berteriak kencang. "Kalau begitu aku tidak akan memasak! Kau masak sendiri!"
"Kalau begitu kau tidak boleh tinggal disini," ujar Sasuke sambil mengeluarkan seringaian nakalnya. Naruko menggerutu kesal dan mulai memasak, sedangkan Sasuke tertawa mendengar gerutuan Naruko.
Tertawa?
Sepertinya ia pertama kali tertawa semenjak kepergian Naruko-nya. Sasuke mrngulum senyum lembut sambil menatap punggung Naruko-neko yang sedang memasak di dapurnya.
.
"Suke... makanan sudah siap!" Tukas Naruko dari dapur. Hari ini Naruko memasak sup miso, teriyaki, dan ikan bakar. Sasuke segera bergabung di meja makan bersama Naruko. Mata hitamnya berbinar menatap hidangan yang dibuat Naruko. Ia Segera mengambil mangkuk dan mulai makan. Naruko yang melihat Sasuke makan dengan lahap tersenyum senang.
"Makanmu lahap sekali Suke.. kau lapar atau doyan?" Ujar Naruko sambil tertawa.
"Dua-duanya Dobe," jawab Sasuke singkat dan memakan potongan terakhir ikan bakarnya.
Naruko tersenyum lebar, ia memandangi Sasuke yang masih melahap makanannya.
.
Pojokan Chiriyuki:
Yo minna! Chi balik lagi huehuehue *smirk* #woi
Aduh gomen kalo masih jelek, Chi bingung bikinnya gimana, fic ini abal. (/-\) *sembunyi di bawah selimut*
Minna, pengumuman juga nih hehe. Mulai sekarang, fic Chi yang 'Pertemuan Pertama' resmi Chi hiatus-kan. Kenapa? Si ilham gamau dateng di fic Chi yang satu itu.. jadi Chi gabisa lanjutin kalo ilham-nya gak duduk manis di kepala Chi (/~\) *plak*
Okedeh, segitu dulu bacotan) Chi~ Chi masih junior jadi mohon maklum kalo fic ini abal, dan kalau berkenan dan ada waktu, silahkan mampir ke review ya senpai, Chi tunggu kritik pedasnya^^
Oke, jaa~ *shushin no jutsu(?)*
RnR please?
Chiriyuki Hikaru
