Kau tahu cupid?
Oh tentu semua orang tahu, bukankah orang selalu yakin kalau dia dewa asmara. Dewa yang menyatukan cinta dua orang manusia yang dituliskan oleh takdir sebagai sepasang soulmate. Berbadan kecil dengan baju putih yang kadang hanya berbentuk celana dalam dan tubuh imaginary berupa bayi dengan panah berbentuk hati juga busur yang selalu terselip di punggungnya yang bersayap.
Ck kalau kalian mengira seperti itu maka kalian benar-benar salah, karena cupid itu sama halnya dengan kita. Ya cupid hanyalah manusia yang mungkin beruntung atau apes harus menyatukan setiap manusia yang dipasangkan dalam sebuah buku. Buku itu sendiri sepintas lihat hanyalah binder biasa yang digunakan untuk menulis harian hidup seseorang tapi jika kau membukanya dan menulis dengan pulpen yang memang berpasangan dengan buku itu maka kau akan menemui perbedaannya. Keajaiban akan muncul, pulpen itu akan bergerak dan membentuk sebuah foto seseorang beserta data pribadinya dan diteruskan dengan orang yang akan jadi pasangannya. Tapi jika itu terjadi maka kalian harus membantu memasangkannya.
Take them together
Disclaimer : *Masashi Kishimoto*.
Genre :Romance
Rate : Untuk sementara T aja dulu
Pair :Gaahina dan berlanjut dengan pair lainnya di setiap chapter
Warn:Ooc,lebay,garing, Typos dan segudang kesalahan lainnya. DON'T LIKE DON'T READ.
Hinata masih seperti dulu, ketika TK dia menangis karena tidak berani bernyanyi di depan kelas dan ditarik paksa para guru untuk maju, lalu ketika SD dia malah hampir terkencing di celana ketika disuruh guru menjelaskan tentang penambahan angka dua ditambah dua bukan satu tambah satu yang dia incar sedari tadi saat setiap murid wajib berpartisipasi. Ketika SMP malah semakin parah dia selalu menunduk dan sama sekali tak mempunyai teman selain bocah anjing yang kemanapun selalu bersama peliharaannya. Dia terlihat seperti bocah riang dan upik abu, tentunya ia yang menjadi upik abu karena selalu mengikuti tiga langkah di belakang bocah berambut coklat itu.
Tapi mau bagaimana lagi, Hinata terlalu malu untuk memulai percakapan dan juga terlalu takut untuk menyapa seseorang. Dia lebih memilih menunduk dengan poni yang menutupi wajahnya dan menekuni buku yang bahkan sebenarnya tak terlalu ia perhatikan –ia hanya mencari pengalih perhatian. Dan saat beranjak SMA dia tetaplah tidak menjadi siswi popular, ketika gadis pada umumnya membahas tentang cinta dia malah asik menyiangi kebun sekolah yang hanya dia sendiri mengurusnya. Dia tetap menunduk, rambutnya semakin panjang bahkan kini menyentuh pinggang , poninya bahkan menutupi wajahnya. Dan dia sekarang dapat julukan baru. Julukannya bernama Sadako –setan wanita dari jepang dengan wajah tertutup rambut.
.
.
Beda Hinata, beda juga dengan Gaara, ia masih seperti dulu anak popular incaran para gadis sejak TK. Tapi dulu wajahnya lebih manis dan sikapnya lebih lembut hanya saja tatapannya tetap menggerikan –sangar. Dan mengenai keberandalannya Gaara memang tak diragukan saat kelas satu SD ketika penerimaan siswa baru ia sudah membuat tiga anak menangis dan satu patah lengan. Ketika SMP lebih parah, ia sudah terlibat tawuran dengan anak SMA bahkan masuk genk bernama Taka itu. Dan dari semua label buruk yang telah ia sandang satu hal yang selalu bertambah parah, kenapa fansnya makin membludak ketika ia makin beranjak dewasa?
Memang sih Gaara kini bertambah mempesona, rahangnya makin tegas menggambarkan lelaki sejati, matanya juga semakin tajam menakutkan tapi juga menghipnotis di saat bersamaan apalagi rambutnya acak-acakan menambah kadar ketampanannya mencapai batas maksimum. Belum lagi otot-ototnya walau tak terlalu menonjol tapi jangan pernah meremehkan karena itu hasil latihan dan juga bukti kemenangannya di tiap pertarungan, ataupun tubuhnya yang tinggi kekar dengan dada bidang yang menunjukkan kalau dia jantan, intinya Gaara itu tampan dan macho. Tapi poin plus dari fisiknya yang sama sekali tidak berbarengan dengan pribadinya, harusnya itu sudah bisa jadi nilai minus bagi setiap gadis untuk mempertimbangkan kegiatan –ayo rebut hati Gaara. Padahal setiap orangtua pasti sudah mem-backlist cowok preman macam Gaara, tapi kenapa para penggemarnya makin menggila bahkan membuat fansclub-nya? Mungkin mata mereka siwer atau teori wanita lebih suka sama badboy itu benar?
Tapi itu sama sekali bukan hal yang memusingkan bagi Gaara walaupun lumayan merepotkan. Satu hal minus yang Gaara sesali ketika darah berandal telah mendarah daging dalam tubuhnya. Kenapa disaat setiap wanita menatapnya kagum gadis itu malah menundukkan wajahnya?
Wajah itu selalu tertutup poni lebat, badannya sedikit membungkuk dan Gaara sama sekali tak mempunyai kesempatan untuk melihat iris mata gadis itu. Gadis itu misterius dan Gaara tak suka ketika ada sesuatu yang lebih misterius darinya, apalagi jika bersangkutan dengan gadis berambut indigo itu. Dia jadi tak bisa mencari info apapun tentang gadis itu dan dia terlalu malu untuk menyapa terlebih dahulu.
Gaara Sabaku, kelas 1 SMA Konoha, anak berandalan nomor satu, sama sekali tidak memiliki keberanian mendekati gadis paling pemalu se-SMA.
Dan sialnya gara-gara benda yang dia temukan kemarin semua malah bertambah parah.
"Ayolah Gaara nyatakan saja." Suigetsu mulai mendorong tubuh jangkung Gaara mendekat pada sosok gadis yang sedang duduk di bangku taman, ia tampak sedang memungut sesuatu.
Gaara hanya bisa bertahan dengan kedua tumitnya yang terus-terusan menekan tanah dengan kuat, tubuhnya ia condongkan ke belakang sehingga pemuda bergigi taring itu agak kesusahan. Dia harus mengulur waktu, dia sama sekali tidak siap untuk berbicara dengan gadis itu.
"Ternyata kau itu, muka sangar tapi hati hello kitty," dengus sosok lain yang sedari tadi bersandar pada sebatang pohon, matanya yang tertutup lensa tebal seakan mengejek pada Gaara.
Oh no, kau telah mengatakan kata yang salah. Bersiap-siaplah masuk rumah sakit.
Seharusnya begitu, Gaara akan langsung menghajar saja orang yang membuatnya naik pitam walaupun itu anggota genknya sekalipun ,apalagi orang lemah macam pemuda di depannya. Tapi Gaara takkan terburu-buru dia malah balas menatap sengit sosok itu, tatapannya mengatakan 'aku akan membuatmu menyesal telah mengatakannya'. Walaupun doyan berkelahi tapi Gaara juga tidak mau gadis incarannya melihat aksinya secara live, tapi kalau dalam mode penyelamatan dia akan senang hati mempertunjukkan kebolehannya. Mungkin dia akan mendapatkan pelukan cinta, memikirkannya saja sudah membuatnnya cengengesan dan percayalah Gaara yang seperti itu malah lebih menakutkan.
.
.
Hinata masih membolak-balik buku bersampul coklat dengan sebuah tanda hati besar di tengah-tengahnya saat ada langkah kaki mendekat. Sebenarnya ia ingin tetap menunduk tapi suara itu membuat dia penasaran juga kalau bukan hantu berarti ada orang yang mau mendatanginya. Tapi siapa, setahunya tak seorangpun berniat mengajaknya ngobrol, Hinata menggelengkan kepala mencoba mengusir ke-ge-erannya yang muncul tanpa di undang tapi walaupun begitu ia tetap menoleh juga.
Matanya membola, sampai terasa hampir keluar. Dia tak pernah sekaget ini sebelumnya juga tak pernah setakut ini. Di dalam pandangannya Gaara yang cengengesan malah tampak seperti seorang penyakit jiwa yang doyan membunuh perawan.
Dia jadi takut, bagaimana kalau ia yang jadi korban selanjutnya, apalagi Gaara yang memang dasarnya preman menambah alasan semua pemikiran negative Hinata terasa begitu masuk akal. Tapi Hinata tidak pernah salah pada Gaara, dia bahkan hanya menunduk ketika melewati Gaara, dia tidak teriak-teriak seperti gadis lainnya, karena jelas-jelas Gaara bukanlah tipenya. Hinata itu hanya mengharapkan sosok riang, murah senyum, baik hati dan penyanyang persis seperti Kiba. Ia penyayang karena memelihara anjing sampai bisa disebut raksasa, Hinata tidak tau saja kalau Kiba malah tertawa psiko ketika anjingnya menggigit habis kepala seekor kucing terlantar di samping rumahnya.
Jadi dari setiap kesalahan yang dia perbuat, dimana letak kesalahannya hingga ia harus di bunuh Gaara?
"Hinata boleh aku melihat dadamu?"
Wha-what, apa katanya tadi?
Gaara mengacak rambutnya frustasi, harusnya dia bilang bolehkah aku melihat matamu yang indah tapi kenapa yang keluar mesum begitu. Setelah ini mungkin ia tidak akan mendengarkan saran dari si gigi runcing itu dan memberikan ia pembelajaran kecil. Okeh Gaara tenangkan dirimu, hitung sampai sepuluh. Tarik nafas keluarkan, tarik nafas huft satu, dua, tiga, sepuluh.
"Hinata bolehkah aku mengenal struktur kenyal payudaramu?"
Plak
Kali ini Gaara menampar mulutnya sendiri, sumpah dia engga habis pikir dengan perkataan kotor yang kembali keluar dari mulutnya. Dia bukan maniak seks walaupun Bengal, jadi Gaara yakin ada sesuatu yang salah dengan ini dan itu memalukan.
"A-aku ingin mendengar desahanmu. Arghhhhhhhhhhhh. Ini mengerikan."
Dan Gaara tak kuasa untuk menahan keinginan menjambak rambutnya yang terasa sangat menggiurkan sekarang ini, dalam 17 tahun masa hidupnya ia tak pernah merasa se frustasi ini. Rasanya ia ingin menangis sekarang, berkata mesum ketika kau mengajak berkenalan seseorang yang menjadi incaranmu sejak SD itu hal yang benar-benar memalukan.
Hinata awalnya ingin marah tapi melihat Gaara yang tampak menggila ia lebih memilih mencari aman. Dia lebih memilih lari meninggalkan Gaara yang menatap kepergiannya dengan pandangan kosong, daripada dia diperkaos pilih mana coba?
Dan satu lagi yang membuat rasanya Gaara ingin mati saja, dia pasti mendapat predikat baru dari Hinata selain preman dia juga mesum.
Gaara mendecak, hidup ini tidak adil. Katanya semua orang berhak merasakan cinta tapi kenapa saat Gaara ingin merasakannya cobaan yang di hadapinya begitu berat. Kata-kata yang ia susun selama seminggu dengan berpose di depan cermin terasa sia-sia jika hal yang keluar dari mulutnya justru kata-kata abnormal seperti itu. Okey, Gaara berpikir , alright dia emang pernah buat dosa tapi engga banyak kok. Dia cuma pernah bikin teman-temannya di SD menangis setiap hari, terus menghajar kakak kelas dan membuat mereka masuk rumah sakit tapi sumpah Gaara engga salah kok dia cuma membela diri dari para senpai yang berniat mem-bully-nya. Lalu sering ikut tawuran tapikan saling membantu wajib hukumnya, apalagi jika sampai temannya menderita. Trus perkelahian antar genk Gaara engga pernah kok nantangin tapi mereka yang minta jadi jangan salahkan Gaara ketika ia memutuskan menyenangkan hati mereka dengan menjawab tantangan itu.
Tuh kan Gaara orang yang baik, tapi kok tuhan engga sayang dia padahal kan katanya tuhan sayang sama orang yang baik hati. Dan pada saat keadaan seperti ini Gaara lebih memilih berbuat baik lagi, ia ingin menyenangkan hati genk Kirigakure dan memberikan mereka tempat istirahat yang layak apalagi kalau bukan rumah sakit, jadi dia memilih untuk mengambil handphone tapi tangannya menggapai sesuatu.
Pulpen?
Oh iya, ini pulpen sialan yang engga bisa hilang meskipun sudah Gaara buang berkali-kali. Hell no seorang Gaara membawa pulpen ke sekolah, secarik kertas aja dia engga punya. Dan pikirannya yang emang penuh dengan hal gila malah memikirkan hal-hal lebih gila ia berkeyakinan kalau pulpen itulah penyebab kesialannya. Buktinya ia masih bisa tuh ngomong lancar di depan cermin seminggu yang lalu tapi setelah ketemu sama pulpen itu dia malah engga bisa ngomong lagi.
Benda itu ia tatap dengan penuh dendam, kalau dia manusia pasti ngerti kalau keadaan dan orang di depannya sama sekali engga aman tapi karena dia adalah benda mati pulpen itu tetap santai ketika pelototan Gaara udah maksimal. Sumpah kalau ada teman se genk Gaara yang melihat semua adegan ini mereka pasti mengira Gaara ada affair dengan tuh benda mati, nah lo?
.
.
Syuuttt
Tuukk
"Auchhhh."
Gaara membola, di depannya ada Hinata yang meringis kesakitan sambil bersembunyi di balik pohon dan di sebelahnya lagi-lagi ada pulpen sialan itu tergeletak manis.
"A-aah." Gaara engga tahu harus ngomong apa, tangannya terulur buat bantu aja tubuh Hinata sudah reflek menghindar.
Gaara maju selangkah, Hinata ngesot selangkah. Maju –mundur-maju-mundur. Gaara frustasi , Hinata hampir mati ketakutan.
"A-ano mau ku bantu?"
Gaara bersorak, akhirnya dia tidak mengeluarkan kata mesum walau hasilnya tetap sama Hinata yang menggeleng dengan kepala yang makin tertunduk. Yang pentingkan dia engga ngomong mesum lagi, ya engga?
"I-ini milik Sa-sabaku-san yah?" Hinata akhirnya bersuara dia menjulurkan tangannya yang memegang sebuah pulpen berwarna coklat dengan bulu-bulu. Milik Gaara? Sumpah Hinata, kamu engga sadar muka preman Gaara mau di taruh dimana kalau dia punya benda yang unyu-unyu gitu.
"Bukan."
"Ta-tapi tadi Sa-sabaku-san melemparnya." Entah kenapa bicara sama Gaara membuat Hinata merasa nyaman padahal tadi dia baru saja merasa terancam dengan kehadiran orang yang sama.
"Kalau aku yang melempar bukan berarti milikku kan?" Gaara berkata acuh, kembali staycool setelah dia berprilaku ala preman India. Sama sekali tidak mengerti secara tersirat Hinata menyuruhnya minta maaf kan?
Hinata hendak bersuara tapi sudah kedahuluan Gaara,"Kalau kau mau ambil saja untukmu."
Mata Hinata berbinar, dia emang suka sama yang unyu-unyu tapi kalau Gaara lebih suka muka merah Hinata yang lebih lucu.
"U-umm, seperti sepasang yah?"
Hinata mendekatkan binder yang ia pungut dengan pulpen Gaara dan sesuatu yang engga terduga terjadi. Persis seperti adegan film fantasi pada umumnya, pemain yang melihat keajaiban akan menatap pada benda bercahaya itu dengan mulut menganga dan mata yang berbinar kemudian bergumam 'Waw.'
"Apa itu?" Gaara tersadar lebih dahulu, buku yang sedari tertutup terbuka sendiri dan menampakkan sebuah goresan kata yang tiba-tiba muncul.
Hinata meringis tulisannya indah sih, tapi kenapa setiap buku magic begini harus bertulis dengan tulisan indah, Hinata kan engga bisa baca. Bukannya Hinata buta huruf tapi dia rabun jauh, jadi engga bisa melihat jelas tulisan menyatu kaya gini kalau engga pakai kacamata.
Hinata menunduk mencoba untuk melihat tulisan lebih jelas, sementara Gaara yang udah terlanjur berpikiran irasional memilih menarik buku itu karena tidak rela Hinata lebih memilih mencium buku itu daripada dirinya. Dia berpikiran Hinata terlalu kagum dan berniat memacarinya, tapi pada akhirnya dia harus lebih rela wajah Hinata mencium tanah.
Okeh, Gaara bersalah tapi dia engga pernah minta maaf jadinya dia cuma pasang ekspresi songong sambil membaca tulisan gaje di depannya. Tapi alis imaginernya langsung berkerut ini gimana sih bacanya, dulu Gaara selalu bolos ketika belajar menulis indah jadinya mana bisa baca. Sejenius apapun manusia pasti ada kekurangan juga kan?
"Kau saja yang baca,"ucap Gaara sembari menyodorkan buku pada Hinata yang merengut, dengan beringas buku itu ditarik dari tangannya sementara Gaara mengulum serigai, gengsi dong kalau dia bilang engga bisa baca.
"Buku cinta
Setiap yang menemukan buku ini adalah dewa asmara dan orang menemukan pulpen pasangannya juga merupakan dewa asmara.
Jika buku di pertemukan dengan pulpennya maka kedua orang yang menemukannya harus menjadi partner kerja.
Pekerjaan dewa asmara adalah menyatukan setiap manusia yang dipasangkan dalam buku ini.
Petunjuk orang yang dipasangkan akan segera muncul setelah kalian selesai membaca pertauran ini ataupun setelah sukses menyatukan pasangan."
"Buku apaan itu?" Gaara mendecak kenapa dia harus ber'waw'ria hanya untuk sesuatu yang tidak penting seperti ini.
"Diam dulu. Di pojoknya ada tulisan." Hinata menyahut dengan gusar. Dia sebagaimana gadis pada umumnya memandang cinta dengan cara ih-so-wow.
"Dewa asmara wajib menyatukan pasangan tersebut. Dan menyelesaikan semua misinya dengan sukses.
Jika dewa asmara menolak maka ia takkan pernah bisa bersama orang yang merupakan soulmatenya seumur hidup. Setiap dia mengatakan kata cinta pada orang tersebut maka yang keluar hanyalah kata-kata kotor."
Kali ini Gaara mulai merasa terancam, jadi kata-kata mesum yang tadi karena buku itu. Dia ingin merobeknya tapi kalau kenyataanya benar nanti ia tidak bisa bersama Hinata bagaimana. Dia itu seorang manusia, apalagi sebagai lelaki dia harus bereproduksi untuk menghasilkan keturunan agar tidak punah. Tapi kalau dia tidak bisa mengucapkan apa-apa pada Hinata bagaimana ia bisa melakukannya.
Sementara Hinata dengan ketakutan yang sama, bagaimana jika sampai nanti ia juga tak bisa bersama Kiba dan dia sama sekali tak bisa mengatakan pada pemuda itu kalau dia menyukainya. Takutnya nanti Kiba malah pacaran sama Akamaru karena sampai sekarang belum pacaran juga, apalagi mereka tidur seranjang. Tapi kalau bilang sekarang yang ada Hinata malah berkata kotor. Masalahnya Hinata ngomongnya sama pria, bukannya takut di gampar malah dia khawatir Kiba malah tergoda. Dan itu mengerikan, keperawanannya terancam. Padahal Hinata ingin menjaganya sampai menikah nanti.
Dengan berat hati Hinata akhirnya menatap Gaara yang bermuka horror walau masih tetap berekspresi datar, ia meremas jemarinya, merutuki nasibnya harus bekerjasama dengan preman mesum macam pemuda Sabaku.
"Sa-sabaku-san ku mohon kerjasamanya."
Hinata membungkuk, Gaara mengganguk. Tidak butuh waktu lama bagi Gaara berpikir, selama bersama Hinata dia tidak akan keberatan walaupun nantinya merepotkan.
"Arigatou."
"Hm"
Walaupun Hinata tak mencurigai perkataan mesumnya tadi karena buku itu dan juga reaksi persetujuan Gaara sebagai sesuatu yang bukan merupakan kebetulan belaka pemuda itu masih mengambil poin positifnya sekarang. Sepertinya pulpen itu bukan benda yang sial amat.
TBC
Okeh, kok di tampak seperti anti mitologi yah? tapi cerita awalnya terinspirasi dari film Thailand dan di lupa judulnya tapi ntar alurnya beda dan apa itu di membuat Gaara jadi OOC, padahal fic pertama aja belum selesai di malah bikin fic baru. Ya sudahlah kita lihat saja perjalanan mereka nanti. Aye di pakai account baru so ini jadi fic pertama di lagi, huaa sekarang jadi kana.
Kana berharap kalian kasih saran, kritik, dan komentar.
See ya nex chappy.
Review?
