DISCLAIMER :

Togashi-sensei

PAIRING :

Absolutely KuroPika

WARNING :

AU, OOC (kuharap tidak terlalu), FemPika, dan karakter alter-self milikku sebagai OC di sini...sebatas pendukung cerita sebagai fans berat KuroPika

A/N :

Aku kesulitan menahan diri untuk tidak menulis fic ini. Membuat perasaanku terbawa saat mendengar lagu-lagu yang menginspirasi ; Broken Vow – Lara Fabian, From The Bottom of My Broken Heart dan I Was Born to Make You Happy –Britney Spears.

.

Enjoy...


You and I suddenly came to an end

We keep on asking why, keep on trying...

Until we both realized, that this was more than a broken vow


Whity's POV

Sudah lima tahun aku menjadi konsultan pernikahan. Melihat pasangan suami istri memasuki ruang kerjaku dengan raut wajah putus asa...bukan hal yang aneh lagi. Yah, banyak hal memang yang bisa menyebabkan kegagalan pernikahan seseorang. Aku berusaha untuk melakukan yang terbaik...agar mereka bisa mengurungkan niatnya untuk bercerai. Bahkan merupakan suatu kesuksesan besar jika suami istri yang hampir bercerai itu bisa menemukan kembali 'jiwa' dari rumah tangga mereka.

Tak ada jaminan untuk berhasil, ada pula yang gagal...tapi mungkin itu yang terbaik bagi keduanya dan bagi anak-anak mereka. Aku rasa aku bisa menghadapi kegagalan itu dengan cukup baik.

Namun kali ini...berbeda. Aku tak mau gagal.

Sudah pertemuan yang kesekian kali, tapi rasanya kegagalan sebagai seorang konsultan pernikahan—dalam kasus ini tentu saja—seperti sudah menungguku di ambang pintu ruangan ini.

Di hadapanku sekarang, tengah duduk pasangan muda yang sudah menjadi figur ideal pasangan sempurna. Idola banyak orang...dan oh Tuhan, bisa dibilang aku adalah penggemar terbesar pasangan ini! Apa yang kurang? Adakah yang salah di daftar rencana yang kubuat untuk mereka? Benar-benar buntu.

Kehampaan...

Keputusasaan...

Sakit hati...

Dari mana datangnya itu semua? Sungguh berbeda ketika aku mulai mengenal mereka dari media massa untuk mengumumkan pertunangan itu. Oh sial, aku benar-benar terbawa perasaan.

Aku menatap keduanya...Kurapika Clementine dan Kuroro Lucifer. Setelah menghela napas sebentar dan merasa siap bicara, akhirnya yang kukatakan adalah :

"Aku harap kalian mau memikirkannya lagi."

Benar-benar, walau berusaha ditutupi, aku bisa merasakan kesan memohon sekilas terdengar di nada suaraku.

Wanita cantik berambut pirang itu, tersenyum lemah sambil menundukkan wajahnya...memainkan jemarinya tanda gelisah.

"Nona Whity, kami sangat berterimakasih atas semua bantuanmu...tapi...sungguh, tak ada gunanya lagi sekarang...," ucap Kurapika pelan.

Dengan kehampaan yang sama namun bagai penuh beban, suaminya, pria tampan dengan sosoknya yang gagah, kulit putih pucat yang kontras dengan rambutnya yang hitam, yang membuat banyak wanita patah hati ketika dia menikah dulu, langsung ikut bicara...mengatakan keputusan final yang tak pernah aku bayangkan akan berasal dari pasangan muda yang kuidolakan,

"Kami sepakat untuk bercerai."

Napasku tertahan sejenak, untunglah aku bisa segera menahan emosi pribadiku—kekecewaan lebih tepatnya—di hadapan mereka.

Selesai sudah...

Mereka berdiri dan menyalamiku satu-persatu. Kuroro masih bersikap sebagai seorang gentleman, meletakkan sebelah tangannya di pinggang Kurapika seolah menyokong dan menjaganya. Dan wanita itu masih menunjukkan rasa hormat pada Kuroro yang masih menjadi suaminya.

Tanpa sadar aku melangkah maju.

"Aku akan selalu menjadi penggemar kalian...," ucapku lirih. "Aku bicara bukan sebagai konsultan pernikahan, tapi sebagai penggemar terbesar Kuroro Lucifer dan Kurapika Clementine."

Pasangan itu langsung menoleh...dan tersenyum padaku. Seperti sebuah senyuman selamat tinggal. Aku tak bergeming hingga kemudian sosok mereka perlahan menjauh dan menghilang. Aku duduk kembali di kursiku, melirik sebuah pigura foto yang sudah lama kuletakkan di sana, berisikan orang-orang yang begitu kusayang.

Keluargaku...dengan segala keunikannya. Seorang pria dengan rambut keemasan yang kucintai sejak dulu, dan putri kembarku...juga bayi lelaki dengan senyumnya yang lebar. Ah, apa yang harus kuceritakan pada putri kembarku itu? Mereka senang jika aku bercerita sebelum mereka terlelap, dengan berbagai plot yang seringkali kami susun bersama...menggunakan Kuroro dan Kurapika sebagai tokoh utamanya.

Aku menghela napas berat sekali lagi.

Sungguh disayangkan...

End of POV


Mobil sedan hitam yang mewah itu meluncur di jalan raya kota yang seolah tak pernah tidur, berbanding terbalik dengan keheningan yang terjadi di antara kedua sosok yang berada di dalam mobil itu.

'Akhirnya...terjadi juga,' batin Kurapika sambil melihat keluar jendela.

Sementara di sampingnya, Kuroro pun tetap bersikap tenang sambil memperhatikan jalan yang berada di depannya. 'Jadi seperti ini...akhirnya...,' ia berkata dalam hati.

Perjalanan mereka terasa lama...walau sebenarnya tempat tinggal pasangan Lucifer ini tidak terlalu jauh dari pusat kota. Sekilas nampak di wajah Kuroro dan Kurapika, rasa lega ketika mobil mereka memasuki sebuah kawasan pemukiman elit dan berhenti di depan rumah mewah yang mereka tempati selama tiga tahun terakhir ini.

Keheningan yang terasa canggung pun muncul, hingga akhirnya Kuroro memutuskan untuk bicara lebih dulu, "Untuk sementara...aku mau tinggal di apartemen lamaku. Orang yang sebelumnya menyewa tempat itu sudah pergi beberapa hari yang lalu. Kau tahu, untuk—"

"Aku mengerti, kita sama-sama perlu waktu untuk sendiri," Kurapika segera menyela, lalu menoleh. "Apa ada pakaian atau barang penting yang harus kau bawa ke sana?"

"Ada...tapi biarlah nanti saja."

'Jangan sekarang...aku tak bisa,' Kuroro menyimpan kalimat terakhir itu di dalam hati.

Kurapika menelan ludah. Sungguh ia merasa gugup...tapi ini harus dihadapi. Wanita itu kembali tersenyum sambil bersiap keluar dari mobil. "Ah...jaga dirimu baik-baik, Kuroro."

"Tentu," Kuroro membalas senyumannya.

Kurapika melangkah melintasi halaman rumah yang asri. Dia tak menoleh ke belakang, pun tak melirik rimbunan bunga mawar di sana yang biasanya selalu menarik perhatiannya, walau hanya sekilas. Dia tak mau melihat lingkungan sekitarnya saat ini yang sudah mulai ia lihat dalam kesendirian.

Kurapika's POV

Aku melangkah dengan postur tegap, pandanganku menatap lurus ke depan...memandang ke arah rumah kami yang indah...membuatku langsung kagum ketika pertama kali Kuroro mengajakku melihatnya beberapa bulan sebelum pernikahan.

Aku tak mendengar suara mobilnya meninggalkan tempat ini, bahkan suara mesin mobil yang dinyalakan pun belum terdengar. Ah...Kuroro, aku tahu...kau pasti masih ada di depan pintu gerbang, seperti yang selalu kaulakukan sejak dulu, memastikan aku kembali dengan selamat.

Seorang pria yang merupakan kepala pelayan di rumah ini, Mizuken, membukakan pintu besar berwarna putih itu untukku. Dia menyapaku...tapi aku hanya sanggup membalasnya dengan seulas senyuman tipis. Setelah Mizuken kembali menutup pintunya, benar saja...aku mendengar Kuroro menyalakan mobilnya, dan meluncur meninggalkan rumah ini...meninggalkan diriku.

Aku menghentikan langkahku sebentar. Hampa...hingga kemudian aku segera menggunakan akal sehatku dalam masalah ini.

Walau keputusan sudah bulat, tapi aku dan Kuroro MEMANG membutuhkan waktu untuk sendiri.

Aku mengulangi kalimat itu berkali-kali di dalam hati dan pikiranku sambil melangkah menaiki tangga yang melingkar menuju ke lantai atas. Bergema seperti dentang lonceng di musim gugur yang dingin dan sepi.

End of POV

Kurapika memasuki kamar utama. Dia tak merasakan apapun saat itu. Walau Kuroro sebelumnya masih sering tidur di sana, tak memberi pengaruh apapun bagi Kurapika. Kehangatan dalam pernikahan mereka rasanya cukup lama hilang hingga tanpa sadar Kurapika pun terbiasa.

Angin senja bertiup...membuka lebar pintu balkon yang tidak tertutup rapat. Kurapika tersentak. Matanya terpaku ke sana, membuatnya langsung teringat pada peristiwa seminggu yang lalu, yang hanya terjadi sebentar namun berarti.

Hujan yang turun di luar menarik perhatian Kurapika. Tak peduli akan cuaca yang dingin, dengan masih mengenakan baju yang cukup tipis dia melangkah membuka pintu balkon. Rintik hujan sedikit membasahi kursi kayu yang berada di sana.

Tapi Kurapika Lucifer tetap duduk di kursi itu sambil memeluk tubuhnya sendiri. Menikmati pemandangan indah yang terlihat berbeda dengan derai hujan yang turun saat ini. Kurapika melamun untuk beberapa lama...hingga tiba-tiba merasakan seseorang datang menghampiri, memakaikan syal yang hangat dan cukup lebar ke tubuhnya.

Kurapika menoleh, mendapati suaminya, Kuroro, menempatkan diri di kursi yang sama yang didudukinya saat ini. Dengan menyisakan sedikit tempat di antara mereka, di mana hal itu tidak sengaja dilakukan...namun terjadi begitu saja.

Tak ada satu pun yang bicara. Suasana terasa semakin dingin dan menyesakkan.

"Kau...menyadarinya, bukan?" Kuroro tiba-tiba angkat bicara sambil memandang jauh ke depan.

'Ini...saatnya...,' batin Kurapika sebelum menjawab, "Ya...sangat."

"Kita sudah mencoba...dan sekarang sepertinya..."

"Tak perlu ada kebohongan dan kepura-puraan lagi. Rasanya...menyakitkan..."

"Ya..."

Kuroro mengulurkan sebelah tangannya, meremas tangan Kurapika yang ia genggam erat di pangkuan. Mendadak kehangatan kembali dirasakan wanita itu setelah sekian lama. Tapi rasanya berbeda.

'Aku tahu kau pun tak ingin ini terjadi...begitu pula aku,' Kurapika berkata dalam hati sambil balas memegang tangan Kuroro, walau tanpa kontak mata sedikitpun. 'Tapi kita akan saling menyakiti lebih jauh lagi jika pernikahan ini diteruskan...'

Lalu keduanya sampai pada kesimpulan yang sama, yang terucap di lubuk hati pasangan itu,

'Semua sudah berakhir.'


Kurapika segera masuk kembali ke kamar dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang besar dan empuk...menatap langit-langit dengan wajah tanpa ekspresi. Namun ketika menoleh ke sebelah kiri dan mendapati foto berpigura yang tergantung di sana—foto yang begitu berarti bagi Kuroro dan Kurapika, mata biru wanita itu langsung berkaca-kaca.

Dia beranjak turun, memandanginya lebih dekat.

Foto pernikahan.

Kurapika mengangkat sebelah tangannya, meraba potret itu seolah mengingat kepingan masa lalu sebelum dirinya dan Kuroro terikat sumpah suci.

Kisah mereka bermula dari perjodohan antara Keluarga Clementine dan Keluarga Lucifer. Keluarga Lucifer merupakan keluarga kalangan atas yang memiliki beberapa perusahaan besar di kota ini, dengan Kuroro sebagai pewaris tunggal, sedangkan Kurapika laksana harta unik di bumi ini...putri dari kerajaan kecil yang cantik di benua yang berbeda. Sungguh sepadan bagi Sang Lucifer.

Mereka langsung tertarik satu sama lain pada pandangan pertama. Pertunangan pun dilangsungkan tak lama setelahnya, membuat Kuroro dan Kurapika dikagumi banyak orang sebagai pasangan yang ideal. Di usia Kurapika yang ke-18, pernikahan yang megah dilangsungkan.

Kurapika memejamkan matanya sejenak...berusaha mengingat saat itu. segala keceriaan, kegembiraan...rasa berdebar yang meluap-luap karena bahagia. Namun kini, semua lenyap begitu saja.

Bahkan perwujudan cinta dan hasrat yang dulu terasa bergelora turut menguap bersamaan dengan berlalunya hari, bulan, tahun.

'Cinta pertamaku...,' batin Kurapika dengan pandangannya tertuju pada sosok Kuroro yang tengah memeluk dirinya di foto itu.

Kurapika terlihat seolah terkejut. Dia segera menarik tangannya, membelakangi foto yang sempat membawanya kembali kepada kenangan indah masa lalu. Air matanya jatuh membasahi pipi tanpa ia sadari karena hatinya tengah terpusat pada kesimpulan tak disengaja, tiba-tiba muncul di benaknya, membuat mata hatinya terbuka seketika.

Sejak awal...semuanya terlalu sempurna.


TBC


A/N :

Yeah, I know...multichapter baru lagi, hutang baru...tapi sungguh, fic lainnya akan aku lanjutkan. Aku sudah punya rencana plot untuk itu termasuk yang belum diwujudkan. Hanya saja, aku memutuskan untuk lebih santai...bukan karena malas, tapi karena rasanya aku harus menjaga passion-ku dalam menulis.

Menulis mulai terasa seperti rutinitas karena kulakukan hampir setiap hari. Bagiku, ini sudah tanda waspada. Aku ga mau sampai lebih cepat ke titik jenuh untuk kedua kalinya dan hiatus dalam waktu sebulan seperti yang pernah kualami.

Untuk fic translate, aku juga akan melanjutkannya.


Review please...^^