Disclaimer : Hiro Mashima-sensei

Genre : Romance Hurt/Comfort

Pairing : [Natsu x Lucy] Lisanna

Rated : T

Catatan : Fict ini murni karya saya, YolaSabaku. Semua chara adalah milik Hiro-sensei

.

.

.

Nah! Happy Reading, Minna-san

.

.

.

Musim panas adalah musim dimana akan banyak orang yang keluar rumah bersama pasangan, teman maupun keluarga untuk menikmati waktu diluar bersama dengan ditemani es serut yang mampu mendinginkan tenggorokanmu dari teriknya matahari siang.

Tapi, apakah semua orang begitu ?

Jawabannya tidak !

Disaat semua orang menikmati waktu libur musim panas mereka bersama orang-orang terdekat dengan cara menghabiskan waktu bersama, tidak dengan gadis cantik berusia 19 tahun dengan rambut pirang sepinggang yang tinggal disebuah rumah sederhana dipinggir kota ini, Lucy Heartfilia. Inginnya tentu keluar dan menikmati liburan ini bersama Ibunya dengan cara menikmati es serut segar di dekat taman kota, tapi kehidupan tidak menginginkannya bersenang-senang seperti harapannya.

Dia harus bekerja dimusim panas, bukan bekerja di Supermarket ataupun kerja Part Time seperti yang biasa dilakukan anak sekolah yang kekurangan biaya sekolah. Libur musim panas seperti ini digunakannya sebaik mungkin untuk membantu Ibunya menyelesaikan jahitan yang di pesan oleh tetangga atau orang-orang yang membutuhkan jasa jahit dari ibunya. Layla Heartfilia, janda yang masih tetap anggun dalam usia 38 tahun itu adalah ibu dari Lucy.

Sama-sama cantik, bermata coklat madu, dengan surai pirang panjang, mereka seperti pinang dibelah dua, hanya penampilan Layla yang tentu saja versi tua dari Lucy.

"Mama bisa menyelesaikan semuanya, Lucy..." Layla membuka suara yang menghentikan kegiatan putri nya menjahit dimesin tua mereka.

"Tak apa Ma, Aku bisa menyelesaikannya. Lagipula Mama istirahat saja, aku tidak ada kegiatan sampai malam nanti, semua pesanan pelanggan biar aku yang selesaikan. Aku yakin pasti sanggup, ehh... mungkin, hehe"

Layla tersenyum mendengar jawaban putri satu-satunya itu, mau bagaimana lagi, Lucy memang keras kepala, sifat yang diwarisi dari mendiang Suaminya itu benar-benar melekat dalam diri Lucy.

"Mama tahu kamu lelah sayang, kalau begitu bagaimana kalau gantinya mama buatkan Teh hangat...?"

"Oh Mama, ini musim panas dan Mama ingin membuatku semakin gerah?"

Layla tertawa kecil mendengar jawaban sang putri dalam membalas candaannya tersebut. Layla melangkah menuju dapur membiarkan Lucy tetap merengut sambil terus mengerjakan jahitannya.

Tidak lama kemudian Layla kembali dengan segelas Sirup dingin ditangannya dan berjalan menghampiri Lucy yang sepertinya masih merengut dengan keringat didahinya.

"Hehe... Makasih, Ma." Ucap Lucy ketika menerima segelas sirup dingin dari tangan Layla, dan menghabiskan sepertiga dari isi gelas yang diminumnya. Layla hanya mengangguk sebagai jawaban dan mengambil posisi duduk tidak jauh dari Lucy, kemudian mulai memasukkan pakaian-pakaian yang sudah selesai dibuat maupun diperbaiki kedalam plastik yang sudah tersedia nama-nama pemesannya.

Sekarang hanya suara dentingan mesin jahit yang digunakan Lucy dan suara kantong-kantong plastik yang ada ditangan Layla yang terdengar mengisi ruangan kecil dalam rumah sederhana keluarga Heartfilia tersebut. Ibu dan Anak itu fokus pada pekerjaan masing-masing yang tengah dikerjakannya, sampai terdengar suara ketukan dipintu depan rumah keluarga Heartfilia yang membawa mereka bangun dari kesibukan masing-masing.

"Biar aku saja, Ma."

Lucy menawarkan diri untuk membuka pintu dan menyambut tamu yang berkunjung tersebut. Seorang wanita diusia 40 tahunan berdiri didepan rumah ketika Lucy membuka pintu. Wajah wanita itu tampak tenang, namun Lucy tahu tujuan wanita tersebut datang berkunjung diwaktu sore yang hampir menjelang malam seperti ini.

"Selamat sore, Nak Lucy... Apa kedatanganku mengganggu?"

Wanita itu berkata dengan senyum yang masih bertengger diwajah keibuannya.

"Ah, Bibi Mizuki... Tidak, Anda tidak mengganggu, silahkan masuk."

"Bibi disini saja, Nak. Bibi sedang terburu-buru. Boleh tolong panggilkan Ibumu saja?"

Tepat ketika Lucy akan menjawab, Layla sudah berjalan dibelakang menghampiri Lucy dan melihat siapa tamu yang datang. Layla tersenyum ketika melihat Mizuki yang berdiri didepan rumahnya.

"Mizuki-san..." Sapa Layla kepada tamunya.

"Maaf aku datang menganggu Layla, tapi bolehkan aku berbicara berdua denganmu diluar?" Mizuki menatap Laya dengan tatapan seolah ada-urusan-penting-yang-tidak-bisa-dibicarakan-disini.

Lucy menatap dua orang dewasa didepannya dengan pandangan mengerti, kemudian dia pamit untuk mengerjakan tugas jahitan yang masih harus diselesaikannya didalam.

Layla kemudian mengangguk dan tersenyum, kemudian berjalan keluar dan menutup pintu rumahnya, lalu mengikuti Mizuki yang berjalan sedikit lebih didepannya.

Mizuki mengajak Layla mengobrol dikedai ramen yang tidak terlalu jauh dari kediaman Heartfilia. Mereka mengambil tempat duduk sedikit dipinggir kedai, dan Layla tahu ini adalah pembicaraan yang benar-benar penting.

"Aku tidak akan berlama-lama Layla, aku harus mengatakannya segera padamu." Ungkap Mizuki setelah pelayan meletakkan secangkir teh hangat didepan mereka, karena sekarang sudah hampir malam jadi cuaca tidak terlalu panas.

Layla mendengarkan semua yang diucapkan sahabat sekaligus orang yang selama ini sudah berbaik hati membantu hidupnya dan Lucy dengan seksama. Sungguh, Layla benar-benar bingung dengan apa yang harus dilakukannya saat ini setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Mizuki, semuanya tentang Lucy, anak satu-satunya dan harta paling berharga dalam hidupnya.

Apa yang harus dilakukkannya, bagaimana dengan Lucy.

Apa yang harus dikatakannya pada Lucy?

Kami-sama...

.

.

"Ya Lis, setelah aku mendapatkan kepercayaan Ayah dalam memengang kendali perusahaan sepenuhnya, aku tidak akan menunda waktu lagi, kita akan menikah..."

Natsu Dragneel, nama pemuda berusia 26 tahun yang saat ini sedang bersandar disamping jendela besar kamar nya dilantai dua, tengah berbicara, atau bisa dikatakan tengah meyakinkan seseorang diseberang sana melalui Smartphone canggih di genggaman tangan yang berada di telinganya.

"Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Natsu. Kita sudah 26 tahun dan ibu ingin aku menikah diusia 25 tahun lalu. Jika tahun ini tetap tidak bisa, aku yakin ibu akan benar-benar menjodohkanku dengan lelaki pilihannya." Ungkap seorang gadis diseberang sana yang terdengar putus asa.

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, karena aku mencintaimu, Lisanna."

Ungkapan dengan nada penuh keyakinan diucapkan Natsu untuk meyakinkan kekasihnya, Lisanna.

Ya, mereka sepasang kekasih, sudah menjalin hubungan sejak duduk dibangku kelas 2 SMA, yang berarti hubungan keduanya sudah menginjak tahun ketujuh.

"Kau sendiri yang menolak lamaranku tahun lalu." Natsu mengucapkan kalimat barusan dengan sedikit nada kesal didalamnya.

"Kau kan tahu, Ibuku tidak ingin aku menikah jika calon suamiku belum memiliki pekerjaan yang meyakinkan, Natsu. Jangan ungkit itu lagi, yang jelas aku ingin tahun ini, kalau perlu bulan ini kau benar-benar sudah memengang penuh kendali perusahaan ayahmu, karena aku hanya mencintaimu, Natsu. Aku tidak ingin menikah dengan siapapun selain dirimu."

Kata-kata Lisanna barusan benar-benar membuat hati Natsu menghangat, dia percaya bahwa perasaan Lisanna sama dengannya. Mereka saling mencintai, itu yang Natsu tahu.

"Aku tahu, Lis. Kau tunggu saja, ini tidak akan lama, ayah akan mempercayakan sepenuhnya Dragneel Corp padaku. Dan saat itu tiba, aku akan menjemput mu."

Lisanna tersenyum lembut mendengar penuturan Natsu, mereka menutup sambungan telepon setelah mengucapkan selamat malam kepada masing-masing.

Natsu masih berdiam diri setelah obrolannya dengan Lisanna selesai, pikirannya terus melayang memikirkan masa depannya dengan gadis yang sangat dicintainya tersebut. Angin malam masuk melalui jendela besar kamarnya, dan itu sama sekali tidak membuat nya beranjak dari posisi semula.

Aku tidak akan membuatmu menunggu lebih lama lagi, Lis.

Aku akan berusaha lebih keras, untukmu...

Lisanna...

"Kakak..."

Lamunan Natsu terhenti ketika telinganya mendengar suara kecil yang memanggilnya dari arah pintu kamar, ia berbalik dan menemukan gadis 15 tahun berambut biru panjang berdiri diambang pintu kamarnya. Adiknya, Wendy Dragneel.

"Ayah memanggilmu, dia menunggumu diruang keluarga sekarang, Kak..."

"Ada apa ayah memanggilku tiba-tiba begini?"

Wendy hanya mengedikkan bahu tanda dia tidak tahu apa-apa.

"Ahhh aku lelah, katakan pada Ayah besok pagi saja aku menemuinya, aku ingin tidur." Natsu berjalan menuju ranjang King Size yang sudah memangilnya dari tadi. Tanpa aba-aba ia menghempaskan punggung nya dikasur empuk tersebut dan memejamkan matanya.

Wendy mengerucutkan bibir melihat kelakuan kakaknya, kemudian melangkahkan kakinya dengan mengentakkannya sekeras mungkin dilantai indah kamar kakaknya tersebut. Wendy menghampiri dan menarik tangan kakaknya agar bangun.

Natsu yang merasa terusik membuka matanya dan bangun dengan paksa dari kasur empuknya.

"Ada apa sih!?" Tanyanya tak sabaran. Seharian bekerja di kantor, pulang sore, dan sekarang diganggu oleh adiknya, seandainya Wendy bukan adik kecil yang sangat disayanginya, sudah pasti gadis kecil berambut biru itu sudah dilemparinya dengan bantal sedari tadi.

"Aku kira Ayah ingin membicaran masalah perusahaan, jadi cepat turun sekarang!" Jawabnya dengan nada memerintah yang oh-sok-dewasa.

Mendengar kata masalah perusahaan, Natsu pun bangkit dan berjalan keluar sambil menggendong sang adik yang sudah menganggunya tadi dibahu kanan. Wendy hanya meronta dan tergelak karena tadi diangkat secara paksa oleh sang Kakak.

"Turunkan aku, Kak. Atau aku akan menggigitmu!?" Ancam Wendy yang sebenarnya masih terkikik dibahu sang kakak.

"Itu hukuman karena sudah mengganggu Kakakmu, gadis kecil." Balas Natsu santai dan berjalan menghampiri sang ayah yang sudah duduk disofa mewah ruang keluarga.

Igneel, sang Ayah, hanya geleng-geleng melihat kelakuan kedua anaknya. Ya, pemandangan seperti itu sudah biasa dilihatnya. Setidaknya, dia senang kedua anaknya tidak pernah bertengkar.

Natsu menurunkan Wendy ketika sudah sampai dihadapan sang ayah, Wendy pun pergi menuju kamarnya sambil meninggalkan sebuah ancaman "Aku akan benar-benar menggingitmu nanti, Kak." Ucapnya seraya berjalan menjauhi kedua orang dewasa diruangan tersebut.

Natsu duduk dihadapan sang Ayah, tanpa menunggu lama Igneel langsung membuka obrolan mereka.

"Ayah akan menyerahkan perusahaan sepenuhnya padamu, Natsu."

Natsu terbelalak mendengarkan, tapi dengan cepat dia memasang wajah puas dihadapan sang ayah, ia memang sudah mengira ini akan terjadi, tapi tidak mengira akan benar-benar secepat ini.

Sekarang, tidak perlu cemas lagi akan hubungannya dengan Lisanna, ia akan benar-benar menikahi kekasih hatinya tersebut.

"Tapi, tentu saja kau harus menikah terlebih dahulu sebelum mengambil alih penuh perusahaanku." Kata-kata barusan benar-benar membuat senyum semakin mengembang diwajah Natsu.

"Tentu saja, Ayah." Balas Natsu dengan keyakinan luar biasa.

"Dengan syarat, kau harus menikah dengan gadis pilihanku." Perkataan dengan nada memerintah yang mutlak barusan benar-benar membuat Natsu melebarkan pendengarannya.

Apa kata ayahnya barusan ?

Gadis pilihan ayahnya ?

Ck. Maksudnya ini perjodohan !? Apa-apaan itu !?

.

.

.

TBC

.

.

.

See You in the Next Chapter Minna *

Jangan lupa review kalian aku tungguArigatoy Gozaimasu~