Addicted

Temari & Shikamaru N.

T

Romance/friendship

© Sheny Alviany, 2013

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warnings : Typos, OOC, dll

Summary : Ketika cinta tumbuh di rumah sakit. Dokter dan pasien yang saling jatuh cinta. Bagaimana kisah dari dua sejoli itu?ShikaTema FF! RnR! NEWBIE C: #BadSummary

Terinspirasi dari kasus yang sedang menimpa seorang idola tanah air(?)

Semoga pada suka deh. Mau bikin chapter, tapi gak bakal banyak Happy reading. Don't forget to Review

Yang bukan ShikaTema shipper jangan manusk & baca. Daripada menimbulkan cekcok(?) ._.)7 yasudah. Enjoy~

HAPPY READING


"ini dok" ucap seorang suster sambil menyerahkan map berwarna merah itu pada seorang gadis bersurai pirang dan ber iris teal. Gadis itu memeriksanya dengan teliti, dan tersenyum puas dengan hasil pemeriksaan salah satu pasiennya yang berkembang sangat baik.

"oke, kalau begitu istirahat lah. Sudah waktunya jam makan siang" ucapnya lembut sembari melepaskan jubah putih kebanggaannya itu. Suster itu pun membungkuk sopan dan keluar.

Sabaku Temari, nama dokter muda itu. Umurnya masih sangat hijau untuk jadi seorang dokter. 23 tahun. Dia sangat cantik dan pintar hingga bisa menjadi dokter di usia yang muda ini. Dia juga dokter yang ramah. Semua pasien yang berobat padanya senang di layani dengan lembut oleh temari.

Tiba tiba handphonenya berbunyi. Dia mengambil benda bergetar itu dan membuka pesan dari kekasihnya

Sasori

Aku tunggu di taman, kau belum makan kan.

Temari tersenyum lalu mengambil tas dan kunci mobilnya. Melaju ke taman yang biasanya selalu ia tempati ketika makan siang tiba, bersama pacarnya. Akasuna Sasori. Seorang direktur muda, yang sangat cocok di sandingkan dengan dokter muda yang cantik seperti Temari.

Sesampainya di taman, di lihatnya sasori yang sedang berkutat dengan Ipad nya. Temari tersenyum kecil lalu mendekati pemuda bersurai merah tersebut.

"hey, lama menunggu?" Tanya temari dan lalu duduk di sebelah kekasihnya itu

"tidak. Kita makan di mana?"

"em.. ada restoran cina yang baru buka dekat rumah sakit. Ayo coba" Temari tersenyum sumringah. Sasori berdiri lalu menggandeng tangan kekasihnya dan pergi makan siang bersama.

"aku tidak sakit ayah!" bentak seorang pemuda berambut aneh menyerupai sebuah nanas. Dia memberontak ketika tubuhnya di seret paksa masuk ke dalam ambulance. Ayahnya hanya mengerutkan dahinya. Garis tegas terlihat pada wajahnya.

"bawa dia, jangan sampai dia kabur lagi. Kali ini carikan dokter yang lebih baik dari sebelumnya" ujar shikaku, ayah shikamaru—pemuda berambut nanas tadi.

"hey lepaskan! Aku tidak sakit! Sialan!" shikamaru terus meronta ingin di lepaskan. Namun pintu ambulance dengan cepat tertutup dan melaju cepat ke rumah sakit umum konoha.

"Kudengar pria muda itu kecanduan narkoba. Katanya dia kurang perhatian, karena ibunya meninggal dan ayahnya sibuk dengan bisnisnya." ucap salah seorang suster

"benarkah? Kasihan sekali, padahal dia tampan dan mapan" jawab seorang suster lagi. Temari kebetulan sedang lewat tak sengaja mendengar percakapan antara dua suster tukang gossip itu.

'kasihan' gumam temari. Dia pun langsung memasuki ruangannya.

"Dokter Temari, ada pasien baru yang harus anda tangani." Ucap Matsuri sopan. Temari pun langsung mengangguk lalu mengikuti suster itu menuju.

Kamar 223.

Temari masuk dan mendekati pasien barunya.

"em berikan obat penenang" ucap temari lalu mengambil stetoskopnya.

Sakura mendekati temari yang sedang meminum cappuccino nya. Mendudukan tubuhnya di atas kursi samping Temari.

"huh maaf terlambat, tadi macet." Ucap sakura lalu mengambil sebuah map dari tas nya.

"alasan itu lagi?" Tanya temari sambil sedikit terkekeh. Sakura hanya nyengir lebar. Padahal temari tahu bahwa alasan sakura telat adalah sasuke. apalagi?

"oh iya bagaimana perkembangan pasien barumu itu? Kudengar dia sudah terlalu addict pada narkotika. Apa kau kewalahan menanganinya?" Tanya sakura sambil menyeruput cappuccino Temari yang di suguhi death glare gratis dari temari.

"sedikit. Tapi sejauh ini dia belum kabur seperti apa yang ayahnya bilang padaku." Jawab temari

"hmm baguslah"

"Kau harus datang ke pesta sasuke lusa, ajak sasori juga." Lanjut sakura. Temari menghentikan gerakannya dan menatap sakura.

"lusa sepertinya… ada jadwal dengan shikamaru, aku harus memberikan terapi padanya" jawab temari sedih. Sakura mendelik dan cemberut. Temari berkali kali meminta maaf pada sakura

"pokonya kau harus datang, kau bisa lakukan terapi itu besok kan temari? Sasuke jarang sekali bisa meluangkan waktu untuk pesta. Kami juga akan mengumumkan pertunangan kami" ucap sakura

"tunangan? Kalian mau tunangan? Hey kenapa baru bilang?" Tanya temari sedikit kaget

"iya. Makanya kau harus hadir. Itu adalah moment yang paling aku nantikan seumur hidupku. Dan kau, sahabatku. Kau harus ada dan kita berbagi kebahagiaan bersama." Lirih sakura. Temari menghela napas

"akan aku usahakan"

"nara shikamaru?" Tanya temari sesaat setelah ia memasuki ruang rawat inap shikamaru. Yang empunya hanya diam tak bergeming dari kasur sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Masih pagi, pikirnya. Jam 11 dia bilang pagi? Siangnya jam berapa?

"aku bicara padamu" lanjut temari kembali mendekati ranjang dimana pemuda itu tidur.

"aku masih ngantuk" jawab shikamaru samar karena tertutup selimut. Temari tersenyum tipis.

"selain pendiam kau juga pemalas ya, oke kalau begitu agar kau tak ngantuk ayo bangun. Aku akan mengajakmu ke sebuah tempat" ucap temari.

Yang di dalam selimut biru itu masih diam tak menjawab.

"aku benci rumah sakit, aku benci dokter, aku benci bau obat ini" ucap shikamaru membuat temari tertegun.

"lalu kenapa kau mengonsumsi obat obatan yang membuatmu berada di rumah sakit?" Tanya temari. Pemuda yang punya IQ 200 itupun hanya diam.

'merepotkan' gumam shikamaru yang sepertinya tak terdengar oleh temari.

"ayo cepat bangun"

Shikamaru masih diam memandang pemandangan sore di pinggir danau dekat rumah sakit. Sesekali dia melempar kerikil yang menyebabkan si air bergelombang. Tiba tiba temari datang menghampirinya.

Shikamaru melihat kantong yang ada di hadapannya. Temari sedang menyodorkan kantong itu, shikamaru menatap temari dinging.

"aku tahu makanan rumah sakit berasa aneh. Sepertinya dango dan teh di sore hari enak" ucap temari, shikamaru sedikit membelalakan matanya. dango? Makanan kesukaannya.

"aku tak lapar" jawab shikmaru kembali melempar batu. Temari menatap pemuda yang berada di sampingnya itu sebentar.

"kau bisa memakannya jika kau lapar. Tapi kau harus menerima resikonya karena dango ini sudah dingin" ucap temari.

Hening.

"apakah kau pernah berfikir untuk berhenti mengonsumsi obat haram itu?" temari berucap tiba tiba

"aku tahu, sudah lebih dari 2 tahun terakhir ini kau mulai mengenal obat obatan yang membuatmu menjadi addict terhadapnya ini." Lanjut temari

"jika kau terus mengonsumsinya, kau bisa mati tak berguna" lanjutnya sekali lagi. Shikamaru masih diam. Temari sedikit melirik shikamaru dengan ekor matanya. Hingga shikamaru menegakkan tubuhnya dan memandang temari lurus.

Mereka saling berpandangan. Hingga suara dari benda berwarna hitam yang berada di saku temari pun membuat mereka tersadar.

"halo sasori?" ucap temari, shikamaru sedikit melirik punggung temari yang membelakanginya

"iya, aku akan segera kesana." Lanjut temari

"apa? Haha iya iya aku juga, aku juga merindukanmu" shikamaru kini melirik temari sepenuhnya.

"iya, sampai bertemu nanti malam" dengan cepat shikamaru kembali memandang danau ketika temari membalikkan badannya dan menghadap shikamaru.

Hening beberapa saat.

"aku akan membantumu" temari menepuk pundak shikamaru lalu mengajaknya kembali ke rumah sakit dan tak lupa membawa dango yang dia beli.

Temari mengantar Shikamaru ke kamarnya dengan diam.

Pintu terbuka dan Shikamaru yang masuk duluan. Dia pun langsung menghambur ke ranjang rumah sakit yang tak seempuk ranjang di kamarnya.

"Istirahatlah, kalau ada apa-apa hubungi aku saja" ucap Temari sambil membenahi barnag-barangnya yang tadi di tinggal di kamar Shikamaru.

Tiba-tiba pintu terbuka.

Sasori.

"Apa aku ganggu?" Tanya sasori. Temari tersenyum manis dan mendekati Sasori.

"Tidak. Kenalkan, ini Shikamaru. Pasienku." Ucap temari sembari mendorong kecil Sasori mendekati Shikamaru. Sasori merasakan bad feeling saat bertatapan dengan mata malas Shikamaru.

"Sasori." Ucapnya dingin.

"Shikamaru" jawab Shikamaru malas

"Oke, kalau begitu aku pulang dulu. Jangan sentuh barang itu lagi. Kalau tidak, aku akan membuatmu menyesal seumur hidup. Oke? Selamat tinggal." Temari dan Sasori berjalan keluar sambil bergandengan tangan. Shikamaru hanya menatap punggung mereka dingin.

"Kenapa harus kau yang menanganinya?" ucap Sasori setelah eerapa saat mereka terdiam di mobil.

"Lah? Kenapa? Bukannya itu bagus? Aku bisa menambah biaya untung pertunangan kita nanti kan."

"Aku merasakan bad feeling terhadapnya, Temari." Sasori menekankan kalimatnya

"Ngawur! Dia tak akan mengajakku menggunakan barang haram itu, Sasori. Tenang saja" Temari menjawab tak kalah keras.

Sasori mendadak menepikan mobilnya dan berhenti. Menatap Temari intens sehingga membuat Temari sedikit keharan plus ketakutan.

"Bukan itu maksudku, aku hanya takut dia merebutmu dank au meninggalkanku, Temari" sasori meremas pundak temari. Membuat temari tertegun dan tersenyum tipis.

"Aku mencintaimu, Sasori. Dia hanya pasienku. Dia lebih cocok jadi adikku. Aku hanya menyayangimu. Ingat itu" Temari berkata penuh keyakinan.

"Aku mencintaimu, Temari" ucap Sasori sambil mencium kening Temari dan melanjutkan perjalanan mereka.

'ceklek'

Shikamaru yang membelakangi pintu pun sedikit membuka matanya.

"Heh pemalas! Bangun!" terdengar suara cempreng. Shikamaru memutar bola matanya bosan. Itu suara ino, sahabatnya

"Shikamaru! Aku bawakan mackerel dan sup misso untukmu, bangunlah" suara choji pun membuatnya kembali membuka mata dan perlahan membuka selimut yang menutupi badannya.

"Bagaimana kabarmu, kawan?" Tanya Chouji sambil duduk di sebelah Shikamaru.

"Baik" jawabnya malas. "Untuk apa kalian ke sini?" Tanya Shikamaru.

"Heh! Kamu berniat baik padamu. Suatu penghianatna jika kami tak menjengukmu tahu." Ino menggerutu

"Iyalah terserah, tapi aku sedang tak butuh kalian"

"Terserahlah itu, sekarang mari nikmati makanan kita~" ucap Chouji melerai

"ittadakimasu~" seru mereka bertiga.

Temari mengambil buku yang ia beli kemarin dari tas dan menidurkan dirinya di ranjang kekasihnya, Sasori.

"Aku dengar Sakura dan Sasuke akan bertunangan sebentar lagi." Ucap Sasori sambil mendekai gadisnya itu.

"Iya, lusa Sasuke mengadakan pesta. Kita diundang" jawab Temari tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Bagus, kalau begitu kita harus segera membeli hadiah untuk mereka"

"Sayangnya aku tak bisa datang." Sasori memandang Temari meminta penjelasan.

"aku ada jadwal Terapi dengan shikamaru. Maaf yaa" nadanya terdengar sedih. Sasori menghela nafas dan berdiri meninggalkan Temari.

"Sasori~ ayolah~ ini tugas. Aku harus menjadi dokter yang professional." Temari memelas.

"Yasudah, terserah kau saja" jawab Sasori

"Jangan marah~ aku janji setelah Terapi aku akan menemui di rumah Sasuke, ya"

"aku akan menagih janjimu."

'Ceklek'

"Sekarang jadwalnya Teraphy. Kau siap?" Tanya Temari

"Siap tidak siap aku harus tetap melakukannya, kan?" Bingo. Temari baru saja akan menjawab itu jika Shikamaru menolaknya. Temari tersenyum tipis.

"haha yasudah siap-siap ya"

"Cotto!" Shikamaru menahan pergerakan Temari dengan menggenggam tangannya.

DEG

Laki-laki berkucir itu menatap gugup wanita di hadapannya. Jantungnya berdekat lebih cepat dari biasanya. Kalau saja AC di ruangan itu padam, Temari pasti bisa melihat dengan jelas peluh yang mengucur di pelipisnya.

"pria itu..pacarmu?" ucapnya tiba-tiba membuat Temari tertegun atas ucapan salah satu pasiennya ini. Kenapa Shikamaru menanyakan Sasori? Apa jangan-jangan dia suka Sasori? Oke. Temari akui Sasori tampan dan sedikit cantik karena mata hazelnya yang seperti boneka dan rambut merah darahnya. Ternyata anak ini bukan hanya kecanduan narkoba tapi juga gay. Temari ngeri membayangkannya.

"Aku tak menyukainya, hanya bertanya. Aku masih normal" Shikamaru seperti menjawab pertanyaan yang berkeliaran di otak Temari.

"eh? Ya.. dia kekasihku. Kenapa?" Temari sudah sedikit tenang dengan pertnyataan Shikamaru.

Shikamaru membuang muka. "Tidak, hanya bertanya." Temari mengangguk kecil dan berbalik.

"Kalian cocok" lanjut Shikamaru membuat Temari berhenti. Temari terseyum tipis. "Arigatou.." gumamnya.

Kringg..Kringgg

"Moshi moshi?"

"Temari! Kau benar tidak datang ke pesta kami. Menyebalkan sekali" Temari sudah menduga pasti Sakura akan memarahinya.

"Gomen-ne Sakura-chan~ kan sudah ku bilang aku ada jadwal teraphy bersama pasienku"

"kali ini aku bisa memaafkanmu. Tapi di hari pernikahan kami, kau harus datang"

"Kalian akan menikah? Secepat itukah? Aku dan Sasori pun belum resmi bertunangan-_- kau mendahuluiku!"

"haha makanya, cepatlah kalian bertunangan. Nanti kita adakan pesta pernikahan double"

"Kau ini, sudah ya. Aku harus pulang, sepertinya Sasori sudah di depan"

"Iya, hati hati"

Shikamaru masih terbaring malas di ranjangnya. Sudah siang begini dokter yang akhir-akhir ini—cough— menyita perhiatannya belum juga datang. Hanya ada dua kemungkinan. Dia bertemu Sasori, atau dia sednag menangani pasiennya yang lain. Semoga yang kedua. Pikir pria berambut nanas itu.

'ceklek'

Shikamaru dengan cepat menoleh kea rah pintu. Temari datang.

"Selamat siang~ eh? Kau belum makan sarapanmu?" Tanya Temari sesaat setelah masuk dan melihat sarapan yang telah di sediakan rumah sakit masih tersedia utuh di meja dekat ranjang.

"Aku tak lapar" jawab Shikamaru sedikit malas dan kembali berkutat dengan handphonenya. Temari berkecak pinggang.

"Kau mau lebih lama lagi berada di rumah sakit ini?" Tanya Temari sambil duduk di sebelah Shikamaru dan membuka sarapan yang masih tertutup plastic itu.

"Iya iya, mendokusei"

Temari tersenyum geli saat melihat wajah Shikamaru yang malas.

"Buka mulutmu, anak kecil. Kereta api datang.. tuuutt..tuuuutt.." Temari menggerak-gerakkan sendok berisi nasi di depan wajah Shikamaru seperti hendak menyuapi anak kecil membuat Shikamaru memutar matanya malas.

"aamm. Nah begitu kan bagus" temari tersenyum senang. Dan kembali mengulangi kegiatannya—menyuapi Shikamaru dengan cara aneh. Menurut Shikamaru.

Perlahan sudut bibir pria itu tertarik ke belakang.

"mendokusei.." gumamnya saat melihat Temari tertawa setelah melihat saus yang belepotan di pipinya.

"Kau itu, seperti anak kecil saja. Lihat kau belepotan tahu." Ujar Temari sambil menahan tawa dan mengambil beberapa lembar tissue di tasnya.

Perlahan tangan putih mulusnya mengelap setiap senti saus yang berceceran di pipi dan bibir Shikamaru. Hingga pada saat mereka bertatapan, tangan Temari tiba-tiba saja terdiam. Mereka bertatapan lama.

Shikamaru dengan tak sadarnya menggenggam tangan Temari dan menarik tengkuknya pelan. CUP

Ciuman itu terasa lembut dan…pedas

'Tok..Tok'

"Shikamaru~ kami datang!" suara cempreng itupun sukses membuat bibir mereka terpisah. Temari langsung berdiri dan Shikamaru pun menggaruk tengkuknya gugup.

Pintu terbuka dan masuklah Ino dan Chouji, seperti biasa mereka membawa sebuah bingkisan berisi buah-buahan.

"eh? Dokter.. apa sedang memeriksa Shikamaru? Kalo begitu.. kita keluar saja Chouji" Ucap ino sedikit tak enak

"Tidak, pemeriksaannya sudah selesai. Jika kalian ingin menjenguknya, silahkan. Aku ada urusan sebentar" ucap Temari sambil tersenyum manis

"Kalau begitu terima kasih dok"

"Iya"

'baka! Temari baka! Apa yang kau lakukan dengan pasienmu? Argh' Temari berkali-kali memukul kecil kepalanya. Dia berusaha menghapus ingatannya 30 menit yang lalu. Saat tangan Shikamaru menggenggamnya dan bibirnya yang tipis me.. arrggghh jangan di pikirkan lagi Temari. Itu salah. Dia pasienmu. Kau tak boleh menyukainya!

"Kau kenapa?" sebuah suara mengagetkannya. Sasori mendekatinya sambil membawa dua cup coffee. Dia terlihat tampan dengan jas hitamnya.

"ah? Tidak hanya sedang memikirkan pasienku." Ucap Temari—tanpa sadar. Sasori berhenti menghirup coffee nya.

"Akhir-akhir ini kesehatan Karui semakin memburuk. Aku merasa aku tak bias menjadi dokter yang baik untuknya." Temari berkata getir. Jujur, yang sedang di pikirkan Temari adalah Shikamaru, bukan Karui. Tapi temari melihat tatapan mengerikan dari calon tunangannya itu. Yah temari tahu apa arti tatapan itu.

Sasori cemburu

"Kau pasti bisa, sayang" ucap Sasori sambil tersenyum manis dn menggenggam tangan Temari. Temari tersenyum dan mencium bibir kekasihnya itu.

"Temari, kau makan pedas?"

"Dari tadi kau terus senyum senyum sendiri dan memegang bibirmu. Kenapa sih?" omel ino sambil memakan apelnya.

"Tidak apa-apa." Shikamaru kembali mengupas jeruknya.

"Apa jangan jangan.. kau dan Dokter Temari habis.."

"Hus! Jangan bicara sembarangan Chouji. Dia sudah punya kekasih!" Potong Shikamaru.

"Tak ada yang melarang seseorang untuk menyukai pacar orang, Shika" Jawab Chouji.

"Kau ini, sangat mencurigakan" ucap Ino

"Sudahlah, jangan berisik" Shikamaru gelagapan dan pipinya bersemu merah. Membuat Ino dan Chouji menahan tawa melihat wajah bingung Shikamaru.

To Be Continued

FF kedua saya setelah Nara. Yang ini saya terinspirasai dari kasus idola tanah air, sepertinya tidak usah saya sebutkan yak-_-)b

Seperti biasa, kritik dan saran sangat di perlukan. Saya tahu dan sadar bahwa FF ini jauh dari sempurna, dan masih sangat banyak sekali kekurangan, dan seperti yang kita ketahui , sempurna hanya milik Tuhan semata dan tentunya Andra and the backbone.

Okelah, sampai jumpa di ff selanjutnya~