"Shikamaru!" suara alto Tsunade menggelegar bersamaan dengan terbukanya pintu ruang kerja Shikamaru. Sial bagi Shikamaru, wanita cantik itu mendapatinya tengah berleha-leha karena tidak siap merubah posisinya menjadi duduk tegak.

Sungguh wanita itu seperti hantu, yang tiba-tiba muncul tanpa aba-aba.

"Ingat, kau punya tanggung jawab," wajah Tsunade menunjukkan ekspresi mix antara kemarahan dan keputusasaan melihat bawahannya yang satu ini. "Jangan selalu mengandalkan ocehan Temari-san untuk mengerjakan semua tugas-tugasmu!" lanjutnya garang.

Belum sempat pria itu mengucapkan sepatah kata, pintu itu sudah tertutup kembali.

"Merepotkan," desisnya pelan.

Sepertinya benar yang dikatakan Tsunade, selama ini Shikamaru hampir selalu mengandalkan ocehan Temari untuk membuatnya bergerak dan mengerjakan semua tugas-tugasnya. Dan kali ini, waktu di kantor baru berjalan dua setengah jam dan ia sudah tidak tahan dengan keheningan yang menyergapnya.

Pria itu mendadak bangkit berdiri dari kursi kerjanya. "Persetan dengan semua ini."

Woosh!

Ruang kerja itu pun kini betul-betul tak berpenghuni.


/ Temari's Weakness /

by beethoja

Naruto Characters © Masashi Kishimoto

Warning: semi-canon, maybe a bit OOC


Suara erangan terdengar samar dari balik gumpalan selimut. Di dalamnya terbalut sosok gadis cantik yang terkenal tangguh dan ganas, kini sedang dalam kondisi yang cukup memprihatinkan.

Gaun tidur sepanjang lutut berwarna putih masih melekat di tubuh moleknya. Rambut kuning pirangnya masih tergerai acak-acakan. Raut wajahnya seakan seperti seseorang yang belum tidur selama tiga hari penuh. Dari penampilannya secara keseluruhan, sudah dipastikan bahwa hari ini ia belum mandi.

Tap!

Menyadari ada sesuatu yang janggal di balkon kecil kamar penginapannya, wanita itu membalikkan tubuhnya dan terbelalak ketika mendapati sesosok pria jangkung yang sangat dikenalnya tengah bertengger santai di atas railing balkonnya, menatap lurus melalui pintu kaca telanjang yang membatasi kamar penginapan ini dengan balkon.

"WHOA SHIKAMARU! APA YANG KAU LAKUKAN, BODOH!?" gertak sang gadis dengan garangnya, tetapi sejurus kemudian tubuhnya kembali meringkuk seperti menahan sakit.

Dengan santai Shikamaru membuka pintu balkon yang tidak pernah terkunci itu, lantas berjalan menghampiri gadis yang sedang meringkuk di balik gumpalan selimut itu.

"Sakit apa sih? Kau ini membuatku repot," pria itu berjongkok. "Mana tahan kalau aku harus kerja sendirian di kantor."

Gadis itu langsung membalikkan tubuhnya dan membelakangi pria yang sedang berjongkok di sisinya. "Aku tidak sakit. Pergilah!" dengan sisa-sisa tenaganya, gadis itu mempertahankan nada suara khasnya yang angkuh.

"Tidak usah pura-pura," Shikamaru menghela napas, "Merepotkan." Pria itu duduk di atas tatami sembari melempar pandang ke seluruh sudut ruangan ini. Dillihat-lihat, kamar penginapan ini lebih cocok dikatakan condohotel ketimbang sekedar 'kamar penginapan'. Dalam satu area kamar terdapat dapur kecil untuk memasak, ruang duduk yang berfungsi sebagai ruang makan dan ruang tamu, kamar tidur, dan kamar mandi.

Kamar ini rupanya mengusung konsep open plan. Tidak ada sekat antar area ruang, hanya kamar mandi yang benar-benar dibatasi dinding masif.

Shikamaru kembali menatap gadis yang tengah membelakanginya itu yang tampak tidak begitu peduli dengan kehadirannya. Tak sengaja tangannya menyenggol sesuatu yang bertesktur seperti campuran plastik dan kertas, entahlah. Pria itu menoleh dan mendapati tumpukan benda yang sangat dikenalnya itu di sisi tempat tidur Temari.

Pria itu menghela napas, setelah pertanyaannya terjawab dengan sendirinya. Tidak salah lagi, ini pasti tamu bulanan setiap wanita.

"Mana yang sakit?" Shikamaru berujar dengan lembut. Tanpa keraguan sedikitpun, telapak tangan putih pucatnya meraba-raba perut Temari, dan lama-kelamaan gerakannya berubah menjadi sebuah usapan lembut.

"Di bawah sini," gadis itu menjawab dengan lirih sambil mengusap bagian perut yang dirasa sakit.

Sungguh di luar dugaan, Temari tidak mengamuk seperti biasanya.

Shikamaru memindahkan posisi tangannya sembari mengusap lembut bagian bawah perut Temari yang sakit, dan tangan mereka pun bertemu saling tumpang tindih.

Diliriknya sesaat, raut wajah Temari sedikit berubah. Kalau yang tadinya seperti ditekuk ke dalam, sekarang lebih rileks.

Suasana pun menjadi cukup hening. Shikamaru sedikit merasa aneh juga dengan respon Temari yang tidak seperti seharusnya. Diam-diam ia merasakan kemenangan dalam dirinya, akhirnya gadis itu bisa juga dijinakkan.

"Sudahlah, aku mau mandi dulu," bagai berkepribadian ganda, nada bicara Temari kembali ketus seperti biasanya, lalu dengan sok kuat bangkit dari posisi tidurnya dengan agak teratatih-tatih.

Matanya membelalak ketika melihat noda merah berukuran cukup besar di kain sprei nya. Dengan malu dan terburu-buru ia menutupi noda itu dengan selimutnya.

"Kenapa harus malu begitu. Sini, biar kuurus," Shikamaru menarik jauh-jauh selimut Temari dan melepaskan sprei beserta tempat tidur yang terkena noda darah. Dengan wajah yang flat, tangan-tangan kekarnya melipat sprei putih itu dan menggulung matrasnya untuk diletakkan di keranjang kotor. Keranjang ini terletak di depan pintu penginapan, dan sehari sekali petugas penginapan akan berkeliling untuk mengangkut sprei, matras, maupun handuk yang harus dicuci.

Sementara selama Shikamaru melakukan semua itu, Temari hanya duduk terdiam memandang Shikamaru dengan wajah terheran-heran.

"Ada apa?" tanya Shikamaru setelah kembali ke kamar penginapan.

"Kau, pria yang selalu berkata 'merepotkan' setiap menitnya lalu tiba-tiba melakukan semua ini.. bagaimana aku tidak heran?"

Seakan tidak mengindahkan pernyataan Temari, pria itu mengambil handuk yang dijemur di balkon lalu menyodorkannya kepada gadis itu.

"Jangan cerewet. Cepat mandi, lalu berikan gaun tidurmu itu padaku," ujar Shikamaru. Ia mungkin tidak menyadari bahwa dirinyalah yang sekarang menjadi cerewet.

Temari hanya menerima handuk itu dengan diam. Tubuhnya masih tak bergeming.

Shikamaru menghela napas. "Perlu kumandikan juga?"

Gadis itu terkekeh. Matanya melirik Shikamaru dengan nakal. "Aku mau."

"Aku hanya bercanda, baka."

Temari terlihat tidak puas dengan jawaban Shikamaru. Wajahnya berubah menjadi seperti anak anjing yang memelas. Matanya yang cemerlang dan bibir mungilnya yang menekuk telah meruntuhkan pertahanan Shikamaru.

"Hah? Yang benar saja… kau ini…"

Wanita seperti Temari memang sulit dimengerti, apalagi kalau sedang menstruasi. Namun rupanya gadis sangar itu bisa 'jinak' juga di tangan Shikamaru.

.

.

.

Sementara itu, di ruang kerja Shikamaru dan Temari yang kosong..

"KEPARAT KAU, NARA!"

Sang hokage berwajah awet muda tengah berapi-api kala mengetahui salah satu anak buahnya kabur meninggalkan tugas.

- FIN -


A/N: Halo! Saya kembali dengan konsep fiksi yang berbeda dari biasanya, kali ini saya mau nyoba buat fiksi-fiksi singkat (whatever you call it) yang akan dipublish tiap chapter, yang nyeritain tentang kisah keseharian Shikamaru dan Temari, dan setiap chapter ga akan saling berhubungan alias independent (tapi bisa juga berhubungan sedikit hehe). Mungkin lebih ke slice of life kali ya genrenya? Ga ngerti juga sih. Dan tentunya dengan sedikit bumbu romance. Saya sengaja bikin mereka ngga pacaran, soalnya romance nya malah lebih dapet gitu gatau kenapa (?) Ya sudahlah sekian dari saya, emang niatnya pengen bikin fic ringan aja sih. Semoga terhibur guys :) Maaf kalau mengecewakan

I really need your feedback, please kindly leave a review if you don't mind :) Thank you!