Jimin menguap untuk yang kesekian kalinya. Pembicaraan antar siswi tentang makhluk mistis yang dipanggil Were-Wolf itu membuatnya ingin menulikan pendengarannya. "Aish, mereka seperti orang zaman dahulu saja. Percaya pada makhluk-makhluk tak jelas itu." Sindirnya cuek saat mendapat Death-glare dari mereka.

"Ooowww, Jiminie. Itu karena kau tidak mengerti arah pembicaraan kami. Asal kau tahu saja, Were-Wolf yang tertangkap kamera kemarin sangatlah tampan." Celetuk salah satu dari mereka kemudian diiringi cekikikan dari gadis-gadis tersebut. Jimin mendengus mendengarnya.

Dia mengambil sebuah novel pembunuhan dari dalam tasnya, bermaksud untuk meneruskan bacaannya, dan dalam sekejap ia telah fokus dalam cerita itu.

...Nafasnya terengah-engah. Suara benturan antara sepatu dan lantai rumah sakit tua itu memenuhi udara malam.

Dor!

Tembakan pertama terdengar, dadanya sesak. Dia butuh istirahat, tapi keadaan melarang dirinya melakukan hal itu. "Ah, Sialan."

Kerikil-kerikil pengganggu berserakan dilantai kotor yang dipijaknya, menambahkan nuansa horor yang sebelumnya telah melekat disini.

Kakinya mulai melangkah gemetar. Ia merasa tubuhnya mengkhianatinya, 'Aku masih ingin hidup.'

'Aku masih ingin hi-'

'ARGGHHHHH!'

Teriakannya berhasil memecah kesunyian malam, sebuah benda berbentuk jangkar kecil dengan rantai yang mengikat di pangkalnya dengan manis tertancap kaki kirinya.

Sekarang kakinya benar-benar berhenti bergerak, ia jatuh bersimpuh dengan lemas mendengar langkah kaki dibelakangnya melangkah santai.

Saat dirasa sudah dekat, sebuah tangan meraup dagunya dan menariknya hingga bertatapan dengan Onyx gelap penuh dosa milik pemuda itu. Dan...

"Eunghhh..." Jimin mengerang geli saat hidung milik pemuda yang saat ini memeluknya itu tengah mengendusi leher putih miliknya. "Tae... Hentikan, geli bodoh."

Bukannya berhenti, hidung mancung itu makin menenggelamkan dirinya hingga ke ceruk leher sang Namja manis. "Hmmmh... Kau wangi."
Pelukannya makin mengerat, seolah ia tak akan hidup jika tidak menghirup aroma tubuh Jimin.
Disamping mereka, terlihat seorang Namja lain yang hanya mendengus melihat kelakuan sang Hyung pada sahabat mereka. "Yaa! Hyung, hentikan kelakukanmu itu."

Taehyung mendongak kemudian menatap Namja yang lebih muda darinya itu dengan tatapan sombong, "Bilang saja kau iri Jungkook. Karena sebenarnya kau juga ingin melakukan ini." Dia mencium leher Jimin, "Ini." Menjilat cuping telinga mungil Jimin. "Dan ini." Mengecup pipi tembam Jimin yang tampak tidak peduli lagi, seolah itu sudah biasa dilakukan.

"...Diamlah."

Kantin dalam suasana ramai seperti hari-hari sebelumnya. Jimin menatap tajam Taehyung yang sedang menggoda sekelompok gadis disebuah meja hanya untuk menyingkirkan mereka dari meja tersebut, dan kemudian ia akan menempati meja kosong itu.

"Jimin kemarilah." ajak Taehyung. Disampingnya sudah ada Jungkook yang bersiap memakan makan siangnya.

"Tidak mau." Jimin melengos meninggalkan tempat itu dan memilih untuk duduk di meja lain yang tidak terlalu ramai. Taehyung menatapnya bingung, biasanya Jimin senang duduk ditempat ini.

"Bodoh." Ejek Jungkook yang segera mendapat jitakan dari tangan sang Hyung.

"Yaa! Kau mau mati eoh! Tidak punya alasan hidup?!" Jungkook berseru keras sedang Taehyung menatapnya dengan mulut terbuka. Melongo lebih tepatnya.

"Jangan membunuhku..."

Jungkook mengangkat alisnya.

"... Alien akan semakin berkurang."

Jungkook tertawa keras mendengarnya, tidak memperdulikan tatapan bingung siswa siswi lain. "Bingo! Alasan yang tepat."

Taehyung memasang flat-face, kurang ajar sekali bocah disampingnya ini. Ia mengalihkan pandangannya, dan ia menyesal telah melakukan itu. Karena saat ini yang dilihatnya adalah Jimin yang asyik tertawa dengan Seorang Namja dari kelas tetangga mereka. Park Jiwoo.

"Ku lihat kau lapar Hyung. Ingin makan?" Tanya Jungkook mengikuti arah pandang Taehyung.

"Tentu."

Jimin yang menyadari ada seseorang yang memperhatikannya pun menoleh. Dia mendapati dua kakak-adik itu memandanginya, ia menjulurkan lidah, berniat mengejek. "Untuk yang ini biarkan aku saja yang makan. Kau cari yang lain saja."

"Ck, dasar pelit." Decak Jungkook kemudian kembali fokus memasukkan makanan manusia itu kedalam mulutnya. Ya, Manusia.

Dan mereka bukanlah seorang manusia.

"Ah, aku sudah selesai. Sampai jumpa lagi Jiminie..." Jiwoo mengacak rambut Jimin pelan yang dibalas dengan anggukan manis Namja bermarga Park itu.

Setelah Jiwoo pergi, Jimin mengalihkan pandangan ke meja yang tadi ditempati Taehyung dan Jungkook. "Dimana mereka?"

Jiwoo masuk ke salah satu bilik kamar mandi. Pelajaran akan dimulai 5 menit lagi, dan mengingat jika kelasnya berjarak cukup jauh dari kamar mandi. Ia harus cepat-cepat menuntaskan panggilan alamnya.

Dua menit kemudian ia keluar dari bilik kamar mandi dengan keadaan lega, dilihatnya jam tangan yang terpasang dipergelangan tangannya. "3 menit lagi."
Sebelum kakinya sempat melangkah, sebuah kain hitam panjang terlilit mengitari kepalanya serta menutupi kedua bola matanya. "Apa-apaan ini?!"

Ia mencoba melepaskannya, tapi tidak bisa. Dari arah belakang terlihat sosok yang berseragam sama dengannya berdiri dengan sebuah seringai psychopath yang terpeta diwajahnya.

"Makananku..." suara geraman rendah yang terdengar berat itu membuat Jiwoo langsung berbalik arah, "Siapa kau?"

Karena tidak mendapat balasan, Jiwoo makin meningkatkan ke waspadaannya. Tiba-tiba dari arah belakang seutas tali turut melingkari pergelangan tangan Jiwoo. Pergerakannya kini makin terbatas.

Orang tidak dikenal dihadapannya memegang pundak Jiwoo, "Apa yang kau inginkan dariku?"

"Aaaaarrrrrggggghhhhhh!"

Suara teriakan jiwoo melengking tat kala benda tajam itu dengan beringas merobek pertengahan leher dan pundak Jiwoo. Ia merasa cairan merah miliknya diambil paksa. Kegiatan itu berlangsung selama 3 menit, wajah Jiwoo tampak pucat pasi. Tubuhnya melemas, ia mengira jika anemia mulai menyerangnya. Pegangan orang asing itu terlepas, menyisakan Jiwoo yang langsung tersungkur dilantai.

Ia berpikir jika akan mati sekarang. Tapi suara pintu terbuka diiringi teriakan seorang Namja yang ia kenal membuatnya bersyukur.
"Jiwoo Hyung..."

Jimin, secepat kilat menghampiri Namja yang tersungkur. Ia membuka benda benda yang melilit Jiwoo. Pergelangan tangan Jiwoo memerah. Jimin dengan sigap memapah tubuh yang lebih besar darinya itu. "Bertahan lah Hyung."

Kakinya yang kecil melangkah hati-hati agar tidak melukai Jiwoo. Dia tersenyum lega menyadari jika UKS tidak jauh dari tempat ini. Pintu UKS menjeblak terbuka hingga membuat orang yang ada disana terkejut. Perawat itu dengan cekatan membantu Jimin untuk menaruh Jiwoo diranjang, ia mulai mengobati luka itu tanpa memperdulikan Jimin yang menatap ngeri padanya.

Selama pengobatan berlangsung, Jimin tidak berkata apapun. Yang terdengar disana hanya rintihan kesakitan Jiwoo.

"Hyung, kenapa Jimin tidak kembali?" Tanya Jungkook dengan nada khawatir pada Hyungnya.

Taehyung tidak menjawab. Dia lebih memilih untuk fokus pada buku pelajaran didepannya.

"Jawab, bodoh. Jangan sok serius." dengan wajah tanpa dosa ia menjitak Taehyung yang langsung meringis.

TEETT TEETTT TEETT

Bel pulang sekolah berbunyi, dan pada saat itu pula Jimin kembali kekelas. Jungkook dengan sisi protektif mulai menghujami Jimin dengan berbagai pertanyaan, "Kenapa kau lama? Apa tadi ada masalah? Apa ada siswa yang menyerangmu? Bagaimana keadaanmu? Apa kau terluka?"

Jimin tersenyum saat ekspresi yang tidak pernah ditampilkan Jungkook oleh orang lain terlihat, Jimin menangkup pipi Jungkook dan berujar gemas. "Ah, manisnya. Aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir." Jungkook memejamkan matanya saat kedua tangan mungil Jimin membela lembut pipinya.

"Ehem."

Deheman dari Taehyung membuat Jimin dan Jungkook menoleh, "Kalian tega sekali tidak menganggapku disini."

Taehyung berjalan cepat, merebut Jimin dan merangkulnya pergi meninggalkan Jungkook.
Sedang yang ditinggal hanya mendengus geli melihat sahabat mereka sejak kecil yang imutnya minta ampun berteriak padanya, "Jungkookie, selamatkan aku~"

Dia berjalan pelan mengikuti mereka dari belakang dan membalas perkataan Jimin. "Aku datang Sayaang..."

TBC

Wakssss... RnR? :V