Discalimer : Masashi Kishimoto

WARNING : Cerita ini agak gaje. Alurnya berantakan. Perpindahan suasana dari suasana yang satu ke yang lainnya berantakan dan tidak dibatasi. Mohon maaf bila mengecewakan.

Until You Know

by : CheZaHana-chan

Langit begitu gelap. Bintang pun muncul menghiasi langit malam. Hanya sesekali terlihat daun-daun berguguran karena diterpa angin. Udara malam yang sangat dingin terasa sangat menusuk, hingga seakan meremukkan tulang dan membekukan tubuh yang masih rapuh.

Entah kenapa, hati pemuda itu sangat gelisah. Firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu. Tapi dia tak tahu itu apa. Hanya saja, dia terus memikirkan gadis itu. Padahal selama ini, gadis itu tak pernah melintasi pikirannya, meski hanya sedetik saja. Tapi anehnya, kali ini dia memikirkannya. Bahkan semua kenangannya bersama gadis itu terbuka kembali di memorinya.

Hening.

"AKKHH... SAKIIIITTTT..." Jeritan kesakitannya sungguh membuat miris hati. Dia berjuang melawan maut. Dia berusaha mempertahankan karunia-Nya. Tetes airmata yang mengalir di pipinya senantiasa menjadi teman setianya.

"Sasukeeee... Sakiiitttt...Ya Tuhaaannn..." jeritnya. Dia memanggil pemuda bernama Sasuke. Tapi pemuda itu tak jua muncul dihadapannya.

Udara malam semakin dingin. Angin yang berhembus semakin kencang. Kegelisahan pemuda itu semakin menjadi. Meski berusaha dia pungkiri, toh kenyataanya dia memikirkan gadis itu.

" Sasukeee~" Seorang perempuan berkacamata membuyarkan kegelisahan Sasuke. Dia menatap sekilas perempuan itu. Tapi kemudian, pandangannya beralih ke arah jendela kamarnya. Dia menatap langit yang mendung dari jendela kamarnya itu.

"Hihihi...akhirnya aku bisa berduaan dengan Sasuke," kata perempuan itu dalam hati. Dia langsung beraksi. Dia mendekati Sasuke dan merangkul lengan pemuda itu. Sasuke hanya menatap tak suka dengan tindakan gadis itu.

Di tempat lain, gadis itu masih berusaha untuk bertahan, "Sasukee... Sakiittt..." jeritnya lirih. Bulir-bulir airmata terus menghiasi mata indahnya.

"Ngh... Ano... Sa~su~keee~" desah perampuan itu. Sasuke menatap aneh perempuan yang sedari tadi berusaha menciumnya.

"Tidurlah..." perintahnya halus. Perempuan itu pun tersenyum nafsu.

"Aku ingin tidur besamamu~" kata perempuan itu. Mendengar hal itu, Sasuke langsung menghindar. Dia menjauhi perempuan itu secara perlahan. Bagaimana mungkin pemuda itu menolaknya? pikirnya.

"Kenapa kau menolakku?" tanyanya setengah kesal. Sasuke hanya diam. Hatinya kembali gelisah. Dia kembali memikirkan gadis itu. Gadis yang amat mencintainya.

Darah perlahan mangalir di sela-sela kaki gadis itu. Dia meringis kesakitan. Tapi tak seorang pun tahu hal itu dan menolongnya. Dia melihat kakinya yang sudah penuh dengan darah. Perutnya benar-benar sakit. Dan dia terus memegangi perutnya yang besar itu sambil berkata, " Ya Tuhan... selamatkan anakku..."

"Sasuke, apa yang kau pikirkan?" tanya perempuan itu sok manis. Dia memeluk Sasuke yang terlihat sama sekali tak mempedulikannya. Emosinya memang sedikit mereda. "Ehm, aku akan disini sampai kau tenang," kata perempuan itu yang berusaha menenangkan kegelisahan Sasuke. Dia tahu betul kalau Sasuke sedang memikirkan sesuatu.

Hening.

Tok... Tok... Tok...

"Sakura..." panggil seseorang bersuara laki-laki kepada penghuni rumah itu. Tapi tak ada jawaban. Situasinya begitu hening. Orang itu kembali mengetuk pintu, tapi masih tak ada jawaban. "Kemana dia?" tanya orang itu. Dia diam beberapa saat disana. Tapi tak lama kemudian dia beranjak pergi.

"Akkhhhh..." teriak gadis itu. Orang itu pun kaget.

"Sakura?" ucapnya khawatir.

Gadis itu sudag tak kuat. Tubuhnya lemah. Dia hanya mampu pasrah. Dia hanya bisa berharap ada seseorang yang menyelamatkan bayi di dalam kandungannya.

"Sakura? Kau ada di dalam?" tanya orang itu panik. Gadis yang bernama Sakura itu hanya berucap lirih, " Sasuke-kun..." Setelah itu dia tak sadarkan diri dalam keadaan telentang dan kaki yang berlumuran darah.

Orang itu semakin khawatir. Dia pun mendobrak pintu rumah Sakura. Dan betapa kagetnya dia... gadis itu sudah terkulai lemah tak berdaya. Angin pun kian menampar Sasuke, seolah itu pertanda bahwa Sakura dalam bahaya.

"Sasuke~ Sudahlah~ kita kan bisa bersenang-senang... malam ini..." goda perempuan itu. Sasuke tetap diam dan semakin menghindari perempuan itu. "Aku kan sudah bilang, tidurlah!"

"Sakura..." kata orang itu khawatir. Dia pun mengangkat tubuh Sakura dan membawanya ke rumah sakit.

"Kau bilang mau membangun klammu kembali. Aku bisa membantumu," kata perempuan itu hingga berhasil membuat Sasuke mengacuhkan kegelisahannya. Rupanya dia tertarik dengan ucapan perempuan itu.

"Memang kau bisa apa?" tanya Sasuke. Dia menatap perempuan itu dengan wajah penasaran. Namun perempuan itu tak langsung menjawab pertanyaan Sasuke. Dia hanya kembali mendekati Sasuke dan meraba dada bidang pemuda berambut raven itu.

"Kau hanya butuh keturunan," jawabnya dengan tatapan menggoda. Sasuke pun menepis tangan perempuan itu.

"Sa...kit..." ucap Sakura lemas yang ternyata sudah sadar dari pingsannya. Orang yang membawanya ke rumah sakit hanya berkata, "Bertahanlah Sakura!"

Perempuan yang mendekati Sasuke heran dengan sikap pemuda itu yang sama sekali tak tergoda oleh dirinya. 'Dia normal atau tidak?' pikirnya.

"Kenapa?" tanya perempuan itu.

"Tidak apa-apa," jawab Sasuke datar. Perempuan itu kembali mendekati Sasuke dan meraba dada pemuda itu lagi. Tapi tetap saja, Sasuke tidak tergoda. Dia hanya memasang ekspresi datar.

"GAWAT! Pendarahannya sangat parah. Kalau begini, tidak ada cara lain. Dia harus melahirkan sekarang juga. Kalau tidak, nyawanya bisa terancam!" seru salah seorang dokter di rumah sakit yang mengangani Sakura. Gadis itu hanya bisa menahan sakit sambil berucap lirih, "Sasuke-kun..."

"Aku tahu yang kau butuhkan. Kekuatan itu, aku bisa memberikannya." Perempuan itu terus mencoba membujuk Sasuke. Pemuda itu terlihat penasaran. "Aku bisa memberikannya kepadamu. Dengan begitu, Uchiha akan menjadi kaln terhebat. Bagaimana?" tanya perempuan itu dengan penuh percaya diri sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Sasuke. Pemuda itu sedikit mengiyakan ucapan perempuan tersebut. Tapi dia hanya diam, namun isyarat matanya mengijinkan.

"Bagaimana kondisi Sakura?" tanya orang itu cemas. Dokter yang menanganinya hanya menjawab, "Kami akan berusaha semaksimal mungkin." Orang itu tampak sedih.

"Siapkan tim dokter sekarang juga! Kita akan melakukan operasi!" perintah salah seorang dokter yang masuk ke ruang operasi dalam keadaan panik dan tergesa-gesa.

"Lalu, apa maumu?" tanya Sasuke.

"Kita lakukan hal itu," jawab perempuan itu sambil membelai pipi Sasuke.

"Kalian mau apa?" tanya Sakura dengan sedikit rasa takut karena melihat beberapa dokter sedang mempersiapkan sesuatu yaitu alat operasi.

"Kau harus melahirkan sekarang juga," jawab dokter itu. Sakura kaget.

"Ta-Tapi..." kata Sakura.

Ckiiittt... Rasa sakit itu kembali menyelimuti perutnya. "Aku... tidak mau... di operasi..." tolak Sakura pelan. Dia lemas karena sudah kehilangan tenaga.

Sasuke pun menerima perempuan itu. Demi klan dan keluarganya, Sasuke rela melakukan hal apapun. Termasuk melakukan hal itu bersama perempuan yang ternyata bernama Karin.

"Ayo! Terus...!" kata dokter itu yang berusaha menyemangati Sakura. Perempuan bermata emerald itu tidak jadi di operasi, walaupun kondisinya tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal. Namun dokter memiliki pertimbangan lain. Meraka melihat tekad Sakura yang begitu besar dan itulah hal yang membuat mereka mengalah, meskipun mungkin hasil akhirnya akan buruk,

"Akkkhhh...!" teriak Sakura. Keringat mulai membasahi wajahnya. Terlihat sekali dia sangat kesakitan. Namun dia tetap berjuang demi anaknya, meski itu harus mengorbankan nyawanya sendiri.

Perlahan busana yang melekat di tubuh Karin pun terlepas. Begitu pun dengan Sasuke. Sepertinya mereka benar-benar akan melakukan hal itu.

"Sedikit lagi...! Dorong terus...!" Sakura berusaha menyelamatkan bayinya. Dalam keadaan tersebut, dia terus menyebut nama Sasuke. Namun yang muncul dalam memorinya hanyalah perlakuan kejam Sasuke padanya. Itu sungguh membuat hatinya sakit.

Saat Sasuke meninggalkannya.

"Jangan pergi Sasuke... Aku membutuhkanmu..."

"Tapi aku tidak..."

Saat Sasuke tidak mau mengakui anaknya.

"Anak itu bukan anakku. Lagipula, aku tidak sudi memiliki anak dari perempuan Konoha sepertimu. Kau menyebalkan."

Saat Sasuke bilang tidak mencintainya.

" Jujur saja Sakura, aku tidak pernah perasaan apapun padamu. Apalagi mencintaimu. Itu tidak akan pernah terjadi."

Saat Sasuke menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya.

"Aku tidak pernah menginginkan anak itu. Gugurkan saja dia! Atau... kubantu kau melakukannya!"

Semua hal itu sungguh membuatnya tersiksa. Bahkan dia menangis saat mengingat hal itu. Bagaimana pun juga, dia tetap mempunyai perasaan. Hati yang kadang kala hampir membuatnya mati. Semua karena pemuda itu. Sasuke. Ya, pemuda yang sangat dicintainya. Bahkan sampai sekarang.

"Nggghhh..." Deru nafas Karin menari hebat lewat bibirnya. Sasuke benar-benar melakukannya. Padahal saat ini, Sakura harus bertarung antara hidup dan mati. Tapi Sasuke, dia malah bertarung antara nafsu dan cinta.

"Ya Tuhan..." sebut Sakura dalam hati. Dia sudah lelah. Benar-benar lelah.

"Ahhh~ Sasuuu~ keee~" desah Karin yang tak tahan dengan tindakan Sasuke. Tapi meskipun Sasuke berhasil membuat Karin mendesah tak karuan, tetap saja ada perasaan gelisah dalam hatinya.

"AKKKHHHH...! SASUKEEE...!" teriak Sakura sekuat-kuatnya.

"Sakura..." sebut Sasuke palan.

"Syukurlah, anakmu selamat..." kata dokter itu sambil menggendong bayi laki-laki yang masih berwarna merah dengan berat yang hanya 2,8 kilogram. Bayi itu hanya menangis pelan, namun terlihat sehat. Sakura tersenyum lega. Namun dia langsung lemas dan tak lama kemudian dia pingsan. Mungkin karena terlalu kelelahan.

"Dokter...! Gawat!" seru salah seorang perawatnya.

"Ada apa dengan diriku?" tanya Sasuke dalam hati. Separuh hatinya ingin menyudahi semuanya, tapi masih ada keinginan untuk meneruskan demi klannya, meskipun dia sama sekali tidak menikmatinya.

"Sasuke, kenapa dia bisa tidak tergoda olehku?" tanya Karin dalam hati. Dia bisa merasakan kegelisahan hati Sasuke. "Kau~kenapa~" tanya Karin sambil memegang leher Sasuke.

"Tekanan darahnya terus menurun! Detak jantungnya juga semakin lemah! Apa yang harus kita lakukan?" tanya dokter itu dalam keadaan panik.

"Sakura, ada apa denganmu? Apa yang terjadi padamu? Kenapa aku terus memikirkanmu?" Terus-menerus Sasuke menanyakan hal itu dalam hatinya. Tapi dia tak menemukan jawaban apapun. Sementara itu, Karin terus mendesah gila.

Setetes demi setetes air mulai jatuh membasahi dedaunan. Tetes air yang begitu pedih. Sasuke menghentikan aksi ekstrimnya. Dan Karin terkejut dalam heningnya suasana yang tercipta. "Ada apa?" tanya Karin tiba-tiba salam keadaan hatinya yang penuh keheranan. Sasuke memakai kembali pakaiannya dan berdiri menghadap jendela kamarnya tanpa menjawab pertanyaan Karin. Dia pandangi suasana malam yang begitu menyesakkan. Karin tak mampu berbuat apa-apa. Dadanya ikut terasa sesak. Hatinya serasa ditusuk ribuan jarum. Mereka berdua terpaku dalam keheningan dan dalam rintikan hujan yang terus membawa derita di hatinya.

"Dokter, bagaimana keadaan Sakura? Dia baik-baik saja, kan?" tanya orang itu cemas. Dokter itu bingung harus mengatakan apa. "Anaknya selamat. Dia laki-laki yang sehat. Tapi Sakura..." jawab dokter itu dengan raut wajah yang sedih.

Cinta rasanya sangat sulit diungkapkan. Tapi saat sang cinta pergi, maka yang tersisa hanya penyesalan. Mungkin itulah yang dirasakan oleh pemuda berambut raven itu. Sebuah penyesalan tiba-tiba menyergap masuk ke dalam hatinya. Mungkinkah dia mampu marasakan bahwa cintanya telah pergi meninggalkannya?

Kini kedua insan itu sama-sama merasakan sakit yang luar biasa. Mereka hanya bisa diam, sementara waktu terus berjalan seiring detak jantung mereka.

'Dokter, katakan padaku! sakura baik-baik saja, kan? Iya kan, dokter!" tanya orang itu dengan nada panik dan terus mendesak sang dokter yang hanya manusia biasa. Dokter itu hanya diam seribu bahasa. Seolah itu pertanda yang tidak baik. Melihat ekspresi sang dokter, orang itu langsung lemas. Wajahnya sangat sedih. Bahkan tetes airmata mulai turun membasahi pipinya.

"Tabahkan hatimu..." kata dokter itu sambil menepuk pelan bahu orang itu. Orang itu semakin tak dapat menahan airmatanya. Sementara sang dokter, melangkah pergi meninggalkannya. Orang itu pun langsung terduduk di bangku tunggu pasien sambil menundukkan wajahnya. Airmata berlinang di pelupuk matanya. Dia tak kuasa untuk menahan kesedihannya.

"Ya Tuhan..." lirihnya pelan.

To Be Continued

Mungkin aku bakal digamparin ma fansnya SasuSaku karena buat fic seperti ini. Tapi gak apa2, karena aku menikmatinya. Hahahaha

Eits, tapi jangan lupa untuk REVIEW yach!