Sebuah fic yang dipersembahkan untuk ulang tahunnya Shinoa. Saya tahu jika ini telat banget. Maafkan saya karena baru kepikiran ficnya pas Tahun Baru, padahal ultahnya Shinoa itu Natal. Tapi saya jujur, saya dulu emang berencana untuk ngebuat fic ultahnya Shinoa, melihat tak ada yang ngebuat fic khusus ultah Shinoa di bahasa Indo. Tapi pas tanggal 25 nya, sayanya malah gak kepikiran mau bikin kisah yang gimana, jadilah saya membuatnya baru-baru ini.
Dan bagi fans Shinoa atau YuuNoa, fic ini kupersembahkan untuk kalian semua..
.
.
.
-[xXx]-
Tittle : Gereja Hyakuya
(sebenarnya saya bingung untuk memberi judul)
Rate : T
Genre : Romance (mungkin), Drama
Disclaimer : seluruh pemain saya pinjam dari mas Takaya Kagami, maaf jika saya tak sempat ijin terlebih dahulu
Note : Happy Reading! ^^
-[xXx]-
.
.
.
24 Desember, 11.38 AM
Shinoa Hiiragi, duduk terdiam di bangku yang berada di kamarnya. Kedua tangan mungilnya ia kepalkan erat di atas pahanya sendiri. Manik sewarna merah tembaga miliknya tak henti menatap ke arah meja dihadapannya. Tepat menatap lurus ke arah sebuah cangkir dengan asap putih tipis mengepul dari dalamnya, sebuah coklat hangat. Ah tidak, lebih tepatnya, gadis ini terus menerus menatap ke arah benda persegi di samping cangkir tersebut.
Sudah sekitar beberapa menit Shinoa memperhatikan ponselnya sendiri. Namun walau terus-terusan diperhatikan, ponsel itu sama sekali bergeming. Memang sudah sewajarnya sih, benda mati tak seharusnya bergerak.
Tidak! Bukan itu yang gadis Hiiragi ini tunggu. Otaknya tak sebodoh Patrick Star, jadi mana mungkinlah dia mengharapkan sebuah benda mati dapat bergerak dengan magisnya. Lalu apa? Apa yang ia tunggu?
Tok! Tok!
Ketukan pintu yang terbilang tiba-tiba itu menyadarkan gadis ini dari lamunannya.
"Shinoa?"
Pintu terbuka dan menampilkan sesosok figur seorang wanita yang agak-agak mirip dengan Shinoa. Wanita itu masuk dengan perlahan dan mendekati sang adik yang tak menyambut kedatangannya. Dia Mahiru Hiiragi, kakak dari Shinoa Hiiragi.
"Seharian kerjaanmu melamun saja? Makan siang dulu yuk, bareng yang lain.." ajak Mahiru sembari mengelus puncak kepala adiknya.
Shinoa tak berkata apa-apa, menatap pun juga tidak. Mahiru yang merasa dicuekkin pun hanya menghembuskan nafasnya pelan.
"Ada apa denganmu? Kangen Yuichiro ya?" tanyanya sedikit jahil.
"Apaan? Jangan membuat kesimpulan yang aneh-aneh, kak!" Akhirnya Shinoa memberikan respon juga. Gadis ini menatap ke arah wanita di sebelahnya dengan tatapan tidak suka.
"Loh? Aku benarkan? Yuichiro itukan pacarmu, jelas saja jika kamu pasti selalu menyimpan rasa rindu terhadap dirinya setiap saat.." Canda Mahiru makin menjadi. Wanita ini memang suka jahil terhadapan adik perempuan satu-satunya itu.
"Berisik! Keluar kamu dari kamarku!" bentak Shinoa meninggikan volume suaranya.
"Ouw, aku tahu apa yang sejak tadi kau tunggu! Seharian menatap ke arah ponsel. Pasti kamu berharap jika tiba-tiba saja, si Yuu itu…"
Shinoa segera bangkit dari duduknya, bergerak dengan cepat mendorong tubuh kakaknya menuju pintu. Namun Mahiru masih berusaha melontarkan candaan-candaan ringannya.
"Cuaca akhir tahun ini dingin sekali, aku yakin jika kamu membutuhkan Yuu berada di sampingmu untuk sekedar-"
Dan BRAK! Shinoa sukses mengeluarkan kakak perempuannya itu dari kamar.
"Loh? Shinoa? Kamu tak mau makan?"
Gadis yang ditanya tak membalas. Ia terduduk kaku menyandarkan punggungnya di pintu sembari memeluk kedua lututnya. Dingin. Iya, cuaca akhir tahun ini memang terasa dingin sekali.
Untuk kedua kalinya, Mahiru menghela nafas. Ia mungkin saja tahu apa dilema yang sedang diderita oleh Shinoa. Maka dengan memasrahkan segalanya, wanita itu membawa diri menjauh dari kamar adiknya.
Bicara mengenai Yuichiro, iya benar, pemuda itu memang pacanya Shinoa. Sudah sekitar 8 bulan mereka menjalin kasih dan sudah sekitar sebulanan juga si Yuichiro itu mulai jarang menghubungi Shinoa. Di sekolah pun mereka jarang bersama, kegiatan akhir tahun membuat Yuichiro jadi serba sibuk. Entahlah. Itu hanya sebuah alasan singkat jika Shinoa bertanya ke Yuichiro ada di mana dirinya. Bilangnya sih sibuk, tapi kenyataan kita tak akan pernah tahu.
Shinoa memang curiga, namun gadis ini tak mau dianggap seperti gadis-gadis pada umumnya yang suka curigaan kalo sang pria jarang menemui. Ia ingin memaklumi jika Yuichiro itu memang sibuk dengan apalah itu tugas akhir tahunya, katanya. Baiklah, ini memang baru sebulan aksi tak pernah menghubungi itu terjadi. Tapi wajarkan jika seorang wanita itu curiga terhadap kekasihnya?
Shinoa menggerakkan tangannya untuk menghapus tetesan air yang entah mengapa mengalir dengan sendirinya. Apa gunanya menangis? Jadilah gadis yang kuat.
Ponsel akhirnya berdering dengan nyaring. Shinoa meraih pengangan pintu untuk membantunya berdiri dari posisi duduknya tadi. Kaki melangkah dengan ogah-ogahan mendekati meja belajar di mana ponselnya terletak. Maniknya menatap ke arah layar ponsel yang menampilkan sederet nama dari si pemanggil.
Mitsuba. Kenyataan memang tak sesuai harapan.
Shinoa mengangkat benda tersebut, menekan tombol terima, dan mendekatkannya ke daun telinga. "Apa?" ucapnya kemudian.
"Sudah makan belum?"
"Belum." Shinoa membalas dengan singkat.
"Makan bareng yuk, di luar. Ada warung steak yang enak loh di pinggiran Harajuku Street.."
"Tidak. Aku tak lapar.."
"Oh ayolah, temani aku! Aku yang traktir deh, nanti aku pesankan gak pake brokoli.."
Apa hubungan? Shinoa menatap bosan ke arah cangkir yang sudah tak mengeluarkan asap putih. Sepertinya sudah dingin.
"Ya, Shinoa, ya! Aku jarang-jarang loh mau nraktir.."
Shinoa memejamkan matanya sebentar kemudian menghembuskan nafasnya pelan. "Baiklah. Di mana kita bertemu?"
"Ahaha~ Shinoa baik deh! Aku tunggu kamu di depan toko boneka Kawaii. Cepat ya! Aku sudah otw ke sana nih!"
Dan tut.. tut.. Panggilan pun terputus. Mitsuba itu memang suka seenaknya.
Shinoa untuk kedua kalinya menghembuskan nafasnya. Ajakan makan kali ini memang tak ia tolak. Lapar itu hal wajar, kenyataannya, gadis ini belum makan apa pun dari tadi pagi. Menyiksa diri dengan tidak makan itu adalah hal terburuk, Shinoa bersumpah dalam hati bahwa dirinya tak akan mau mengulang tindakan aneh ini untuk kedua kalinya. Kemudian gadis ini dengan terburu-buru membawa dirinya mengambil jaket serta tas dan melangkah keluar kamar.
"Shinoa mau ke mana?" tanya Shinya, salah satu dari kakaknya Shinoa selain Mahiru.
"Aku akan makan di luar bareng Mitsuba.." jawab gadis itu cepat sembari berpamitan dengan ayahnya sebentar.
"Hati-hati.." pesan terkahir dari sang ayah.
Shinoa mengangguk pelan kemudian melangkah cepat keluar rumah. Mahiru yang tengah menggenggam garpu menatap ke arah kepergian sang adik.
"Dengan Mitsuba? Aku pikir dia akan makan di luar dengan Yuichiro?" protes Mahiru kemudian sembari mengemut garpu yang ia genggam tadi.
"Yuichiro siapa?" suara berat sang ayah terdengar.
"Ah, ayah belum tahu ya jika Shinoa itu sudah punya kekasih?" tanya Mahiru kegirangan.
"Shinoa itu bukan kamu yang sukanya membawa kekasih pulang ke rumah untuk diperkenalkan dengan ayah!" Kali ini Kureto, kakak tertua, memberikan penjelasan yang terdengar sarkasme.
Mahiru melemparkan garpu yang ia genggam ke arah abangnya itu, "Kau diam saja, cerewet!"
Oke, kita lupakan saja pembicaraan keluarga Hiiragi ini!
-[xXx]-
Harajuku Street pada saat akhir tahun seperti ini memang terbilang ramai. Banyak sekali para pemuda-pemudi yang tengah berjalan-jalan untuk sekedar refreshing atau bahkan membeli beberapa keperluan mereka. Apa lagi hari sudah menunjukkan akan tibanya hari Natal. Jadilah kesan mewah pada pusat pertokoan ini terlihat di mana-mana. Ornamen-ornamen yang didominasi berwarna hijau atau merah terlihat menghiasi di sana-sini.
Shinoa tak mengambil pusing pemandangan apa yang terlihat dihadapannya. Ia hanya diam menunggu teman sepermainannya yang sejak tadi tak kelihatan batang hidungnya.
"Lama sekali! Tadi katanya 'cepat', tapi apa ini? Dianya sendiri belum datang.." gerutu Shinoa sembari bolak-balik menatap ponselnya.
Seseorang menyentuh pundak gadis Hiiragi ini pelan. Shinoa yang sedang terlanda kekesalan tingkat tinggi segera membalikkan badannya menatap siapa orang yang dengan seenaknya menyentuh pundaknya. Namun, gadis ini malah terkejut sendiri menatap seseorang dihadapannya.
"Ternyata dugaanku benar, ini memang Shinoa.." ucap remaja laki-laki dihadapan Shinoa itu kegirangan.
"Wah, padahal tadi jaraknya lumayan jauh loh. Aku gak nyangka kamu bisa tahu dia Shinoa, Yuu.." komentar remaja lain terhadap remaja yang tadi dipanggil Yuu itu.
"Perkataanmu aneh, Mika! Sudah jelaslah jika Yuu tahu jika dia ini Shinoa.." Kali ini gadis bersurai coklat yang tengah menggandeng lengan Yuu ikut berkomentar.
Shinoa terdiam. Ada apa ini? Kenapa disaat seperti ini dirinya malah bertemu dengan si Yuichiro? Manik gadis ini juga tak lepas menatap kedua remaja yang berada di samping kekasihnya. Remaja bersurai kuning, ini Mikaela, salah satu teman Yuichiro. Shinoa kenal dia karena mereka memang satu sekolah. Lalu gadis di sampingnya yang tengah mengandeng? Siapa dia?
"Oh ya, kamu ngapain di sini, Shin?" tanya Yuichiro membuyarkan lamunan singkat gadis dihadapannya.
"Ha? Apa?" Shinoa sedikit kikuk. "Oh, itu.. Aku.."
"SHINOA…‼" Belum sempat memberi penjelasan, suara seseorang telah sukses mengalihkan keempat remaja tersebut.
Mitsuba tengah berlari menghampiri dengan terburu-buru.
"Ah, maaf-maaf. Aku agak telat, tadi ada masalah dengan kendaraan yang kunaiki.." terang gadis kuncir dua itu. Sekilas kemudian, ia menyadari keberadaan Yuichiro dan juga teman-temannya. "Ah, BAKA! Kenapa kau ada di sini!?" teriaknya.
"Hei, ini bukan di lingkungan sekolah. Jangan memanggilku seperti itulah! Begini-beginikan aku punya nama.." sangkal Yuichiro sepertinya tak suka dengan cara Mitsuba memanggil.
"Sayang aku sudah lupa siapa namamu, makanya aku panggil kamu 'baka' saja! Oh iya, kalian kok bisa…" Mengalihkan pembicaraan, Mitsuba memandang Shinoa maupun Yuichiro secara bergantian.
"Kami ada keperluan mencari beberapa benda, terus tak sengaja bertemu dengan Shinoa.." Tanpa perintah, Mikaela menjelaskan kronologi keberadaan mereka di sini.
"Oh begitu.." Mitsuba mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. "Hei, bagaimana jika makan bersama? Kalian bertiga belum makan kan?"
Shinoa sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh sobatnya itu.
"Hmm, boleh juga. Kebetulan kami juga belum makan siang. Makan dulu yuk, Yuu. Nanti biarkan Mika yang bayar.." gadis surai coklat yang tak diketahui namanya itu menarik-narik tangan Yuu.
"Ya tak apa sih kalo kamu yang minta.."
"Oke! Kalo begitu sudah diputuskan kita makan bersama. Mika bayarin aku sama Shinoa juga ya!" timpal Mitsuba membuat remaja yang dimaksud sedikit kaget.
"Apaan itu? Aku tak setuju!" protes Mikaela namun tak didengar.
Shinoa hanya terdiam mengikuti ke mana mereka pergi. Matanya tak lepas menatap gadis itu. Siapa? Ia ingin curiga tapi takut salah sangka. Gadis surai coklat yang masih menggandeng tangan Yuichiro, menyadari jika Shinoa memperhatikan dirinya. Ia pun balik menatap si gadis Hiiragi sembari tersenyum manis.
Apa-apaan itu maksudnya? Shinoa mengalihkan pandangannya.
-[xXx]-
"Hei, Shinoa!" panggil Mitsuba ketika mereka sudah tiba di tempat makan.
"Hmm? Apa?" tanya yang dipanggil singkat.
"Kenapa kau duduk di sampingku? Harusnya kan kau duduk di samping si Yuu!" protes gadis kuncir dua itu kemudian.
"Mau duduk di mana itu hakku. Apa kamu keberatan? Jika keberatan, aku bisa mencari meja lain.."
"Bu- bukan begitu.."
"Sudah-sudah, sebaiknya kita mulai makan.." gadis bersurai coklat yang duduk di antara Yuichiro maupun Mikaela, akhirnya bersuara juga.
Shinoa mendengus pelan, kemudian sedikit melirik ke arah Yuichiro yang berada dihadapannya. Remaja itu tampak tengah sedikit tersenyum tipis menatap ke arah dirinya. Shinoa segera mengalihkan pandangan fokus terhadap makanan di depannya.
Keadaan sedikit menenang, yang terdengar hanya bunyi garpu maupun pisau yang saling beradu.
"Oh iya.." Mitsuba membuka suara walaupun masih mengunyah. "Dia siapa?" gadis ini bertanya sembari menunjuk dengan garpu si gadis bersurai coklat.
Shinoa sedikit melirik. Yuichiro maupun Mikaela bungkam manis.
"Ah iya, sepertinya aku lupa mengenalkan diri. Namaku Akane Hyakuya, teman dari kedua orang ini.." ucapnya memperkenalkan diri sambil menunjuk remaja di kanan maupun kirinya.
Oh, hanya teman.
"Kamu sekolah di mana?" Mitsuba masih bertanya.
"Aku mendapatkan beasiswa, makanya aku sekolah di luar negeri. Ini lagi balik ke sini karena lagi liburan, yah… sekalian lihat lokasi.." terang gadis bernama Akane itu.
"Lokasi apaan?"
"Kalian tidak tahu? Jika di ge- Aduh.." Belum selesai memberi penjelasan, Yuichiro malah menyingkut lengan Akane. "Apaan sih, Yuu? Sakit tahu.."
"Ha? Hehe, sorry. Mejanya licin.. Lanjut makan, gih! Ntar keburu dingin.." ucap Yuichiro kemudian mengalihkan pembicaraan.
"Dasar perusak suasana!" protes Mitsuba kembali melanjutkan makannya.
Shinoa menatap bosan, "Kok kamu gak ngenalin ke aku jika punya teman perempuan semanis Akane, Yuu?" Akhirnya gadis Hiiragi ini membuka suara.
"Akane kan punya mulut, jadi dia bisa memperkenalkan dirinya sendiri besok kalo ketemu.." jawab Yuichiro asal-asalan yang langsung mendapatkan jeweran dari Akane dibagian lengan. "Aduh, aduh, aduh! Sakit tahu, Ne..!"
"Habis kamu kalo ngomong suka ngawur sih!" bentak Akane gemas ingin menjewer Yuichiro lagi. "Oh iya, kamu pasti Shinoa Hiiragi pacarnya Yuu itu ya?" Gadis ini kemudian mengalihkan pandangannya.
Yang dimaksud tersedak air liurnya sendiri.
Akane kembali tersenyum manis, "Waktu aku di luar negeri, Yuichiro ini sering menceritakan dirimu lewat email. Setelah bertemu denganmu, ternyata kamu lebih manis dari yang Yuu ceritakan ya.."
Kali ini Yuichiro yang tersedak air liurnya, "Kapan aku cerita tentang Shinoa!? Ini pasti Mika nih!"
Mikaela yang sejak tadi memang tak bersuara, terkejut dan malah salah memotong daging hingga potongan itu kontal keluar jendela. "Apaan pake namaku disebut-sebut segala?"
"Jujur aja! Kamu kan yang suka membongkarkan kisah hidupku!"
"Jangan ngacok, ah! Ngapain juga bongkar-bongkar kehidupanmu!?"
"Aih, sudah-sudah-sudah. Kalian jangan mulai lagi dong.." Akane tampak berusaha menenangkan kedua remaja disampingnya. Gadis ini kemudian mengalihkan pandangannya melihat ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ah..‼" teriaknya tiba-tiba sembari bangkit dari duduk, membuat empat remaja di sekitarnya ikut terkejut. "Gawat! Ini sudah hampir jam 2, kita harus segera kembali ke lokasi!"
"Apa!? Tapi aku belum menghabiskan makananku.." Yuichiro tiba-tiba ikutan panik.
"Tak ada waktu untuk itu! Jika tidak buru-buru, paman Saitou akan memarahi kita.." Kali ini, Mikaela dengan sigap berdiri dari duduknya dan segera menarik kedua temannya pergi.
"Ah, sampai bertemu lain waktu ya..!" Akane melambai ke arah Shinoa maupun Mitsuba.
"Iya! Hati-hati ya kalian bertiga!" teriak Mitsuba membalas ucapan terakhir Akane.
Keadaan hening untuk beberapa saat. Mitsuba kembali melanjutkan makannya, sekilas lirik-lirik ke arah temannya yang duduk di samping kanan. Shinoa mematung, tak berkata apa-apa. Gadis berkuncir dua ini kemudian menghela nafas sembari memasukkan potongan besar daging ke dalam mulutnya.
"Sudah tak usah cemberut seperti itu.." ucap Mitsuba tiba-tiba. "Kan tadi sudah dikasih tahu jika Akane itu hanya teman.." lanjutnya membuat Shinoa menatap ke arah dirinya.
"Apaan sih? Tak usah berpikir yang aneh-aneh deh..!" protes gadis Hiiragi ini tegas.
"Kau itu yang berpikiran aneh-aneh! Percaya aja deh! Gak mungkin si baka itu selingkuh.. Aough..‼"
Shinoa melancarkan injakkan kakinya tepat ke kaki Mitsuba. Membuat dia yang merupakan korban injakkan sedikit merintis kesakitan.
Hening kembali menyerang.
"Hei, Mitsuba.." panggil Shinoa tiba-tiba.
"Hmm?"
"Kamu tahukan besok hari apa?"
Mitsuba memutar otak. "Besok? Hari Jum'at. Hari Natal. Kenapa emangnya?"
"Tidak. Hanya bertanya.."
Dan keadaan kembali menenang hingga keduanya selesai dengan makanan mereka. Mitsuba dengan terburu-buru langsung saja pulang, karena dia bilang jika tiba-tiba kakaknya menghubungi untuk datang ke suatu acara beres-beres kamar. Shinoa memaklumi tentang kedisplinan yang dimiliki kakaknya Mitsuba. Kakaknya itu memang selalu serius dalam menangani segala hal, walaupun itu hanya sekedar bersih-bersih kamar.
Shinoa melangkah sendirian di pinggiran kota. Matanya sedikit melirik-lirik ke arah etalase-etalase toko pakaian atau toko sepatu yang terletak di pinggiran trotoar. Ingin pulang, tapi gadis ini malas jika berujung pada berdiam diri di dalam kamar. Jadilah dia memilih berjalan sendirian dipusat pertokoan, entah untuk sekedar cuci mata atau sesekali duduk di bangku sembari mengamati orang-orang yang tengah berlalu lalang.
"Besok.. hari Natal ya?" gumam gadis Hiiragi ini pelan. "Apakah Santa Klaus akan datang malam ini?"
Pemikiran bocah. Santa Klaus itu hanya cerita untuk anak-anak, dia akan datang dimalam Natal dan memberikan sebuah hadiah yang pada kenyataannya, hadiah itu pemberian dari orang tuanya sendiri. Memikirkan hal itu, mana mungkin Shinoa yang sudah berumur 16 tahun akan mendapatkan hadiah dari Santa. Lucu sekali.
Waktu sudah menunjukkan sekitar 5 sorean. Shinoa berjalan dengan gontai memasuki rumah yang langsung disambut oleh Mahiru dengan wajah horornya. Gadis itu menatap bosan ke arah kakaknya.
"Dari mana saja kau? Ini sudah mendekati jam makan malam tahu..!" ucap Mahiru serak-serak misterius.
Makan lagi ya? Duh astaga, makan siang tadi saja masih terasa kenyangnya di perut, gitu kok mau diisi makan lagi. Shinoa badan kecil dan tidak rakus, beda sama mbaknya yang pemakan terutama jeroan.
"Simpan makanannya untuk besok. Aku masih kenyang.." balas Shinoa santai sembari melangkah melewati kakaknya.
"Hei, Shinoa! Jangan cuek seperti itu dong.." Mahiru menyusul hingga masuk ke kamar sang adik. "Oh iya, besok kan ulang tahunmu bersamaan dengan Natal. Kira-kira, apa permohonanmu di umur 17 besok..?" tanya wanita ini kegirangan.
"Lulus sekolah, mendapat nilai terbaik, bisa masuk universitas top, syukur-syukur tambah tinggi kalo bisa." Shinoa berucap santai, walau kenyataan, permintaan yang terakhir itu agak menyakitkan.
"Itu semua bisa didapat dengan kerja keras, tapi bagaimana dengan benda? Apa yang kamu inginkan? Ponsel baru? Mobil? Atau malah rumah?" Kali ini Mahiru mendekati adiknya sembari menatapnya tajam.
Shinoa memutar bola mata, "Aku bisa mendapatkan semua itu besok ketika aku sudah kerja, dan untuk mendapatkan pekerjaan yang pas makanya aku harus giat belajar.."
"Ah, kau membosankan.." Mahiru menggembungkan kedua pipinya. "Ke mana Shinoa yang imut-imut, yang selalu mengharapkan kehadiran pangeran kuda putih atau bahkan peri gigi?" Wanita ini kemudian mengoyang-goyangkan tubuh adiknya maju-mundur.
"Itu fantasi anak-anak! Shinoa yang dulu sudah mati karena cinta!" bentak gadis ini kesal dengan kakak perempuannya.
"Eh? Cinta?" tanya Mahiru bingung. Shinoa membisu. "Ada apa dengan percintaanmu?"
Shinoa menngepalkan kedua tangannya kuat. "Berisik! Keluar dari kamarku..!" Gadis mungil ini mendorong Mahiru keluar kamar untuk kedua kalinya.
BRAK! Pintu kembali ditutup dengan kasarnya.
Mahiru speechless, seharian ini dirinya terus menerus diusir dari kamar sang adik.
Ah, sudahlah. Mungkin kesendirian mampu menenangkan hati Shinoa.
-[xXx]-
Jam 09. 15 PM
Entah kenapa, Shinoa terbangun dari tidur singkatnya. Tangan mungilnya mengucek mata sembari mengamati diri sendiri. Ia ingat, setelah pulang dari makan bareng Mitsuba dan mengusir kakaknya dari kamar, ia belum mengganti pakaian dan malah berujung pada ketiduran.
Gadis Hiiragi ini turun dari kasur dan membawa dirinya keluar kamar. Suasana diluar sudah lumayan sepi, mungkin sebagian dari anggota keluarganya lagi pada pergi atau malah terlelap diwaktu yang sudah malam ini.
Shinoa menuju dapur, mengambil segelas air putih. Entah kenapa tenggorokkannya terasa kering. Baru saja gadis itu akan minum, tiba-tiba..
Ting! Tong!
Shinoa geram, "Siapa sih malem-malem begini?"
Gadis mungil ini melangkah terburu-buru menuju pintu dan membukanya dengan asal-asal, bersiap akan memprotes orang yang datang dengan tidak sopannya ke kediaman Hiiragi diwaktu malam seperti ini. Shinoa bagai tersengat listrik tegangan kecil begitu mengetahui siapa orang yang datang tersebut.
"Y- Yuu? Ngapain?" tanya Shinoa agak terbata, tak percaya.
"Hehe, selamat malam.. Ke gereja yuk.." ajak Yuichiro tiba-tiba.
Shinoa bengong, "Gereja?"
"Malam Natal. Masa gak ke gereja? Keluargamu pasti sudah pada pergi semua, tinggal kamu sendiri saja kan di rumah?"
Benar juga. Keadaan rumah tampak sepi ketika Shinoa terbangun, itu dikarenakan penghuninya pergi semua. Kenapa tega sekali keluarganya itu tak membangunkan bahkan mengajak Shinoa? Gadis ini mengutuk dalam hati.
"Hei, Shinoa? Masih sadarkan?" Yuichiro membungkukkan badan sembari mengibas-ngibaskan tangannya di depan gadis dihadapannya.
"Tunggu sebentar! Aku akan segera kembali.." ucap Shinoa buru-buru menutup pintu dan berlari ke kamar.
Yuichiro menghembuskan nafasnya singkat, tersenyum tipis, kemudian duduk di pinggiran teras rumah Hiiragi. Tega sekali memang Shinoa, tak mempersilahkan tamu masuk dan malah menyuruhnya menunggu di luar.
Faktanya, perempuan itu bisa menghabiskan waktu lama jika sedang mempersiapkan diri. Masalah bingung baju atau tatanan rambut itu adalah hal wajar. Tapi Shinoa tak seperti itu, 8 menit kemudian dia sudah siap. Cuma sekedar cuci muka, sikat gigi, dan ganti baju. Kasihan sama Yuu, takut dia menunggu kelamaan.
Yuichiro memandang Shinoa dari atas ke bawah ketika gadis itu tengah mengunci pintu rumah. Selesai mengunci rumah, gadis mungil itu mendekati kekasihnya yang masih saja terus memperhatikan dirinya. Sadar jika diperhatiin, Shinoa menatap datar.
"Apa lihat-lihat?" tanya gadis itu galak.
"Kenapa pake rok? Udaranya dingin loh.."
Shinoa memperhatikan dirinya sendiri, "Gak kepikiran pake celana, lagian juga ini roknya selutut, aku juga pake kaos kaki sepaha kok.."
Yuichiro memperhatikan Shinoa dibagian kaki, "Kenapa harus pake kaos kaki? Kan aku gak pernah lihat kaki kamu.."
"Katanya udara dingin, gimana sih? Ini biar anget tahu!"
"Oh.. Terus, itu kenapa rambutnya gak dikuncir?"
"Aah, cerewet banget sih kamu! Buruan ayo pergi, ntar perayaannya keburu rampung!" Malas mendengar komentar lagi, Shinoa segera mendorong Yuichiro berjalan keluar pekarangan rumah. "Eh, ngomong-ngomong kita pergi naik apa? Kendaraan umum?" tanya gadis ini menghentikan aksi dorongannya.
"Pfft, jam segini mana ada kendaraan umum yang masih beroperasi.."
"Terus? Jalan?"
"Jangan bercanda, tempatnya jauh.." Yuichiro mengeluarkan sebuah kunci dari kantong jaketnya. "Kita pergi naik ini.."
Shinoa bengong. Selama pacaran dengan Yuichiro, dia tak pernah lihat kekasihnya itu bawa kendaraan sendiri. Biasanya sih sering pinjem mobilnya Mikaela, tapi itu langsung sukses ngebuat si mobil dirawat inap di rumah reparasi. Yuichiro bukannya gak bisa nyetir, hanya saja dia sering ngawur kalo sudah pegang kendaraan.
"Itu mobil?" tanya Shinoa.
"Pengennya sih mobil, tapi dapetnya motor.."
Bengong lagi. Mungkin setelah ini Shinoa akan menambahkan 'bengong' ke dalam daftar hobinya.
"Kamu bisa ngendarain kendaraan roda dua?" gadis ini kembali bertanya, kali ini dengan nada keraguan.
Yuichiro mikir bentar, "Dulu pas naik sepeda, pernah jatuh masuk selokan.."
Shinoa merinding. Semoga saja mereka selamat sampai tujuan..
"Sudah tak usah khawatir!" Yuichiro cekikikan sembari menjewer pipi kenyal kekasihnya. "Kalo aku gak bisa nyetir, aku gak mungkin ada dihadapanmu sekarang.. Yuk buruan berangkat!"
Yuichiro segera menaiki motor dan menyalakan mesinnya. Shinoa agak kesusahan untuk naik di belakang. Gadis ini mengutuk si motor, kenapa jok bagian belakang didesain lebih tinggi dari depan? Ya mungkin dari sananya kali.
"Pegangan ya, aku ngebut.." ucap Yuichiro untuk terakhir kalinya.
Dan belum sempat Shinoa mencerna kalimat bahkan menjawab, motor sudah melaju begitu saja. Gadis ini hampir saja terjungkal ke belakang saking terkejutnya. Buru-buru ia lingkarkan kedua tangan di pinggang sang kekasih, kepala juga menempel di punggung. Ini alasan kenapa tadi Yuichiro bertanya perihal rok dan rambut. Angin yang menerpa sedikit-sedikit mengangkat rok bahkan mengacak-acakkan rambut. Lain kali jika naik motor, Shinoa akan menyiapkan perlengkapan astronot supaya aman.
-[xXx]-
Perayaan sudah berjalan, tempat juga cukup penuh oleh para manusia yang ikut merayakan malam Natal. Shinoa mengandeng Yuichiro bahkan mengikuti remaja itu membawanya dan duduk ditempat yang masih kosong.
"Rambutmu berantakan tuh.." bisik Yuichiro pelan.
Shinoa tak membalas, hanya menatap kesal sembari membenarkan rambutnya dengan tangan. Malas ambil sisir dari tas. Gak enak sama orang lain, sudah datengnya telat masa tiba-tiba sisiran segala.
Suasana menenang untuk beberapa saat, baik Shinoa maupun Yuichiro, tak ada yang berbicara satu sama lain. Hingga sebuah nyanyian paduan suara yang didominasi oleh anak-anak terdengar.
"Kamu tahu? Yang jadi organisnya Mika, loh.." bisik Yuichiro lagi. "Jirigen untuk paduan suaranya Akane.."
"Kamu gak tugas kayak mereka?" tanya Shinoa pelan.
"Awalnya disuruh baca pembacaannya, tapi gak jadi lantaran aku gak bisa story telling.."
"Ah, dasar kamu ini..!"
Diam lagi. Fokus mendengarkan apa yang diucapkan oleh pendeta.
"Ini gereja apa namanya?" tanya Shinoa tiba-tiba.
"Hyakuya.."
"Hyakuya?" Seperti pernah mendengar, tapi entah dimana.
-[xXx]-
Pukul 11, perayaan telah usai. Para pengunjung juga telah berhamburan meninggalkan gereja. Shinoa mematung disamping pohon menunggu kekasihnya datang dan mengantarkannya pulang. Memang kurang ajar kok si Yuichiro itu, akhir acara dia mengatakan jika dirinya harus membantu sebentar pihak gereja dan menyuruh Shinoa untuk menunggu. Kenapa tak pake cara mudah mengajak kekasihnya ke dalam dan menunggu di tempat yang lebih enak sedikit? Menunggu di luar? Dingin tahu!
Shinoa mengedarkan pandangannya, celingak-celinguk, berharap Yuichiro segera datang. Matanya berakhir menatap kearah pohon tempat ia menunggu. Pohon cemara. Pohon yang biasanya dihias-hias dan digunakan untuk acara natal. Sebutannya sih 'Pohon Natal', tapi semua orang juga tahu jika wujud aslinya hanyalah pohon cemara.
Taman di belakang gereja tempat Shinoa menunggu ini gelap, namun gadis ini tahu jika si pohon sudah berhiaskan oleh hiasan-hiasan yang semestinya, bahkan di bawah pohon juga terdapat beberapa bingkisan imitasi. Hadiah dari Santa ya? Kekanakan tapi wajarlah, di samping gereja ada panti asuhan, pastilah banyak anak-anak di sana.
Shinoa kembali terdiam sebelum akhirnya dia mengerutu sendiri. "Ah, sial! Mau sampai kapan aku menunggu!? Ini hampir jam 12, idiot! Lebih baik aku pulang sendiri saja!"
Dan bertepatan pada saat Shinoa melangkahkan kakinya, lampu yang mengitari pohon cemara itu menyala dengan indahnya. Kemerlap-kemerlip warna yang dihasilkan lampu bergantian. Gadis itu terdiam menghadap kearah pohon tersebut. Kenapa tiba-tiba menyala?
Yuichiro perlahan datang mendekati kekasihnya. Shinoa masih saja diam. "Mau sampai kapan bengong?" tanya remaja ini pelan.
"Oh.. Kau membuatku lama menunggu, bodoh!" Shinoa tersadar dari diamnya.
"Kan tadi aku sudah bilang kalo aku harus bantuin pihak gereja.."
"Bantu apaan sih? Kok bisa lama banget?"
"Nyalain lampu.."
"Ha?"
"Hehe, sudahlah lupakan. Pohonnya bagus ya? Itu aku, Mika, Akane, sama anak-anak panti yang menghiasnya.." terang Yuichiro kemudian.
Shinoa kembali menatap kearah pohon, "Jadi ini yang membuatmu sibuk akhir-akhir ini..?"
"Natal sudah tiba, aku tak mungkin tak membantu memberikan pelayanan pada gereja. Apa lagi, di sinilah tempat aku dibesarkan.."
"Ha?" Gadis itu menatap bingung kearah kekasihnya.
"Selama ini kamu hanya tahu nama depanku saja sih. Apa perlu aku memperkenalkan diri? Aku Yuichiro Hyakuya.."
Tunggu! Hyakuya? Perkataan dari Yuichiro membuat Shinoa sedikit terkejut. Memang benar jika selama ini Shinoa tak pernah mengetahui nama belakang dari seorang Yuichiro, entahlah alasannya apa. Tapi Hyakuya itu kan?
"Gereja ini namanya Hyakuya kan? Akane juga Hyakuya.."
"Tambahan, Mika juga Hyakuya. Kami itu saudara, jadi jangan curiga lagi mengenai siapa itu Akane. Lagian dia sukanya Mika, bukan aku.." terang Yuichiro penjang lebar.
Shinoa terdiam, tak menduga jika kekasihnya yang bodoh itu bisa juga peka terhadap dirinya.
Angin berhembus perlahan, udara bertambah dingin bahkan titik-titik salju mulai berjatuhan ke permukaan bumi. Tiba-tiba, lonceng gereja berdetang dengan nyaring.
"Ah, jam 12 tepat.." Yuichiro melangkah perlahan mendekati pohon dan mengambil salah satu bingkisan di sana. "Kalo gak salah sih yang ini.." gumamnya pelan.
Shinoa masih terdiam tak berkata apa-apa hingga si Yuichiro telah kembali kehadapannya. Perlahan, remaja itu menyerahkan bingkisan ditangannya.
"Selamat Na- Eh, sebelumnya.. Selamat ulang tahun, Shinoa.." ucap Yuichiro lembut.
"Eh?" Tak percaya? Tentu saja..
"Jangan pikir aku tak tahu kapan kamu berulang tahun!"
Air mata menetes tiba-tiba. Shinoa segera memeluk tubuh kekasihnya, bermaksud menyembunyikan wajahnya yang entah kenapa menangis karena bahagia atau apa.
"Bodoh!" ucap Shinoa ditengah isaknya.
"Kamu yang bodoh karena selalu menganggapku bodoh.." balas Yuichiro sembari mengelus kepala gadis yang tengah memeluknya erat. "Sudah agak tenang sekarang?"
Shinoa melepaskan pelukannya, kemudian membersihkan sisa-sisa air di matanya. Gadis ini terkekeh pelan, berusaha menahan tangisnya.
"Mau sampai kapan? Dasar cengeng.." tanya Yuichiro mulai kedinginan.
"Cerewet, ah! Ini kan bingkisan imitasi.." bentak Shinoa sembari menerima hadiah dari kekasihnya.
"Sembarangan! Terkecuali itu, yang lainnya memang imitasi!"
"Ini hadiah Natal kan? Hadiah ulang tahunnya?"
"Ah, kau terlalu banyak meminta! Tapi aku ada sih hadiah ulang tahun buat kamu.. Sini!" Yuichiro menyuruh Shinoa mempersempit jarak diantara mereka, namun gadis itu agak ragu dan malah sedikit menjauh. "Orang aku nyuruhnya deket, kok malah menjauh sih!?" Remaja itu segera menggenggam pergelangan tangan kekasihnya dan menariknya agar mendekat.
"Aku gak mau kamu berbuat yang aneh-aneh!" ucap gadis itu masih terkekeh.
"Ini gak aneh, tahu! Kamu itu yang aneh!"
Diam sebentar, keduanya saling memandang, ah tidak, Shinoa mengalihkan pandangannya. Yuichiro menyentuh dagu kekasihnya agar gadis itu menatap dirinya. Perlahan mendekat dan, Cup! Ciuman lembut tepat di jidat.
Yuichiro menatap bosan, "Ah, sudah 17 tahun masa masih di jidat? Kamu pendek sih.."
"Ngeledek!" Shinoa menggembungkan pipinya sembari naik ke atas bangku panjang di pinggiran pohon. "Lihat! Sekarang aku lebih tinggi dari kamu!"
Yuichiro tersenyum lembut kemudian meraih tangan Shinoa, "Nah, kalo gini kan bisa langsung ketujuan.."
Ciuman tepat di bibir. Shinoa tak menolak, ini memang pertama kali baginya. Selama pacaran normal pada umumnya, ciuman yang terjadi paling sekedar di jidat atau di pipi. Gadis itu rasa, ini adalah hadiah terindah dihari Natal.
"Besok kalo pergi lagi, hadiahnya dipakai biar nambah tinggi.." ucap Yuichiro ketika menyudahi kegiatannya tadi.
"Memang ini apaan?" tanya Shinoa memperhatikan hadiah dari kekasihnya.
"Buka aja.."
Dibalik kertas kado ada sebuah kotak persegi panjang. Dan begitu Shinoa membuka tutupnya, gadis itu tersenyum kecil sambil sedikit tertawa. Sebuah sepatu, lebih tepatnya sepatu tinggi, atau sebutannya sih highels.
"Kenapa kamu memberikan ini?"
"Aa.." Yuichiro menggaruk batang hidungnya. "Itu karena kakimu kecil, kamu juga keseringan pake rok pendek, jadi pasti bagus kalo ditambah sepatu tinggi.." terangnya agak malu-malu.
"Kamu suka memperhatikan kaki ya?"
"Tidak! Daripada kaki aku lebih suka memperhatikan wajah.. Sudah ayo pulang! Aku tak mau jika nanti dimarahi sama ayahmu.."
Shinoa mengandeng lengan Yuichiro, "Aku nginep di rumahmu dulu.."
Yuichiro terdiam memperhatikan kekasihnya yang tengah menundukkan wajah. Perlahan senyum jahil terhias di wajah remaja ini. "Jangan bilang kamu ingin hadiah ronde ketiga.."
Gadis itu mendongak, senyum-senyum misterius. "Mungkin saja aku ingin, lagipula akhir-akhir ini dingin.."
"Kamu memang terlalu banyak meminta! Pas ulang tahunku saja, kau tak memberiku apa-apa!" protes Yuichiro, mempercepat langkahnya menuju motor.
"Nama belakang saja tidak tahu, apa lagi tanggal lahir.."
"Ah, sudahlah! Kita lanjutkan sisanya di rumah..!"
Ini.. merupakan malam Natal terindah bagi Shinoa Hiiragi.
-[END]-
.
.
.
Nah, gimana fic nya? Mengesankan atau ada yang kurang? Maaf kalo pas-pasan juga alur yang terlalu terburu-buru, saya ngebut ngetiknya. Rencana pengen 2k doang, malah keblablasan jadi 4k. Saya harap ini tidak membosankan.
Sebenarnya saya ingin membuat ilustrasi sederhana untuk fic ini, nanti klo kesampean mungkin akan saya pajang di FB. Hahaa~
Ya sudah itu saja. Silahkan kesan pesan, kritik saran, pedas manis, saya terima..
Sayonara~
