Alchemist : The last Number
Inspired from Fullmetal Alchemist Brotherhood
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
.
.
Sinopsis : Ayah yang dicintainya dengan tega membunuh ibu mereka sendiri. Uzumaki Naruto bersama adiknya, Uzumaki Menma melakukan larangan terbesar dalam dunia Alkemi. Mereka berdua mencoba menghidupkan kembali ibu mereka dengan transmutasi manusia. Sebuah hal tabu yang seharusnya tidak dilakukan. Sebagai bayaran atas perbuatan mereka sang kakak harus menerima konsekuensinya yaitu kehilangan adik yang ia sayangi. Disinilah awal baru cerita sang kakak dimulai...
Let's Go Happy Reading
.
.
Chapter 1 : Kakak yang bodoh
"Naru, Menma, dimana kalian..?" Perempuan bersurai merah terlihat datang dari arah dapur menuju ruang tamu. Iris matanya menangkap dua anak kecil yang tengah bermain lebih tepatnya menggambar pola aneh dengan sebuah buku ditangan mereka.
"Mou Dattebane, kalian membuat barang-barang Tou-chan berantakan lagi..." Ucapnya. Kedua anak itu menyadari dan tersenyum kepada ibunya. Mereka berdua sepertinya menghiraukan ucapan ibu mereka. Terlihat dari anak pertama yang tetap melanjutkan coretan lebih tepatnya sebuah pola lingkaran dengan beberapa garis didalamnya. Sedangkan anak kedua terlihat antusias melihat apa yang dilakukan sang kakak.
"Naru-chan, sudah Kaa-chan bilang jangan corat-coret lantai!" Tegas Kushina. Ia sudah berulang kali menasehati mereka berdua. Tapi sepertinya anaknya terlalu bandel untuk menuruti perintahnya.
"Kaa-chan ini bukan coretan..." jawab bocah pirang itu, Uzumaki Naruto. Kakak dari Menma itu terlihat mengerucutkan bibirnya pertanda kesal. Kenapa hanya dia yang disalahkan, sedangkan adiknya tidak. Hah sialnya jadi anak pertama.
"Yosh akhirnya selesai...!" Teriak Naruto lalu menyentuh lingkaran yang telah ia buat tadi dengan kedua tangannya.
SRINGGG...
Sebuah cahaya terang dan beberapa percikan listrik keluar dari lingkaran itu. Setelah beberapa saat betapa terkejutnya Kushina ketika melihat apa yang dilakukan anaknya. Ia tidak menyangka kalau anaknya...
"I-Itu, Alkemi kan...? Apa Tou-chan yang mengajarimu..." Tanya Kushina kepada Naruto
"Kapan Tou-chan sempat mengajari kami. Ia selalu sibuk dengan tumpukan kertas itu..." Ucap Naruto.
"Caranya ada dibuku kok.." timpal Menma
Kushina sedikit termenung. Ia tidak menyangka kedua anaknya bisa melakukan alkemi. Sebuah teknik yang mengubah suatu unsur menjadi bentuk lain. Hal ini juga tanpa ajaran dan didikan ayah mereka yang notabenenya mahir dalam bidang tersebut.
"Nhe Kaa-chan, Apa kami tidak boleh melakukannya.." ucap Naruto sendu. Menma pun juga sama. Kedua anak itu hanya ingin mendapatkan perhatian dari ayah mereka. Karena itu mereka belajar alkemi.
Menatap raut kedua anaknya yang sedih membuat Kushina jadi tak enak. Ia bukan tidak menyukainya justru sebaliknya, ia bangga melihat itu. Bisa dikatakan Naruto dan Menma adalah jenius dari kecil. Orangtua mana yang membenci anaknya kalau seperti itu..
"Baka, tentu saja boleh. Kaa-chan bangga dengan kalian. Tapi ingat yah gunakan itu untuk kebaikan..." ucap Kushina. Kedua anak itu tersenyum lalu mengangguk antusias. Mereka jadi bersemangat untuk mempelajari alkemi lebih dalam lagi. Tapi...
Tepat musim panas saat itu...?! Sebuah kejadian mengubah hidup mereka. Hal yang tak seharusnya dialami kedua bocah tersebut. Ingatan mereka dengan jelas merekam kejadian dimana ayah mereka dengan tega membunuh ibu didepan mereka berdua.
Ingin melawan tapi percuma. Apa yang bisa dilakukan anak kecil berumur 8 tahun seperti mereka. Naruto dan Menma hanya bisa menangis saat menatap mayat ibunya tergeletak tak berdaya. Disela-sela akhir hayatnya, mereka mendengar kata-kata dari ibu..
"K-Kalian berdua tetaplah untuk hidup. Ja-Jangan membenci Tou-chan yah..." bersamaan dengan kata-kata itu. Kushina menghembuskan nafas terakhirnya, sedangkan ayah. Ia terlihat berjalan pergi meninggalkan kami berdua. Meninggalkan luka dan juga dendam.
.
.
"Hiks-hiks mengapa Tou-"
"Jangan sebut namanya!" Teriak Naruto. Iris matanya menatap nisan ibunya. Berbeda dengan Menma, Naruto sama sekali tidak mempunyai belas kasihan lagi terhadap ayahnya. Satu hal lagi orang seperti itu juga tidak pantas dipanggil ayah.
"Dengar Menma, ia bukan lagi ayah kita. Orang yang membunuh ibu tidak pantas disebut ayah. Tegarlah Menma menangis tidak ada gunanya saat ini!" ucap Naruto. Meski ia berkata kepada Menma agar tidak menangis. Air matanya juga tidak kuasa membanjiri pipinya.
"Nhe Menma, bagaimana kalau kita menghidupkan Kaa-chan...?!" tanya Naruto dengan raut sendu.
"T-Tapi dibuku tertulis bahwa transmutasi manusia itu dilarang. Ni-Ni-chan kau tidak sungguh-sungguh kan..?!" ucap Menma
"Aku bersungguh-sungguh Menma. Jadikan ini rahasia kita berdua..." jawab Naruto datar. Setelah semua yang dilaluinya. Percuma untuk menarik kembali kata-katanya saat ini. Ia pasti. Pasti akan menghidupkan ibu kembali...
.
.
"Sudah kuduga kalian disini..."
"Ada apa, Shion?" ucap Naruto kearah bocah perempuan didepannya. Bocah itu terlihat berumuran sama dengan Naruto. Ia terlihat mendekat kearah Naruto dan juga Menma.
"Baa-chan bilang, Jika menangisi orang meninggal mereka akan sedih jadi..-"
"Kami tidak menangis!" Tegas Naruto membuat bocah perempuan itu terkejut. Dengan kasar ia mengusap air mata yang ada dipipinya. Iris biru Naruto memandang tajam Shion.
"Kaulah selama ini yang kesepian dan menangis karena orang tuamu pergi!"
Mendengar itu membuat pipi Shion memerah. Bocah perempuan itu tidak terima dikatai seperti itu. Terlebih lagi yang mengejeknya adalah bocah bodoh seperti Naruto.
"Aku tidak menangis!" Teriak Shion kemudian mengembungkan pipinya.
"Heh, benarkah..?" Sahut Naruto dengan senyum mengejek. Bocah itu dapat melihat Shion kembali memerah.
"Ugh padahal aku sudah mengkhawatirkanmu, Baka-naru..."
BLETAKK...
"I-Ittai, Grrr Shion awas kau..." Teriak Naruto mengejar Shion diikuti Menma dari belakang. Ketiga anak itu terlihat kejar-kejaran hingga tak sadar hari sudah mulai sore.
.
.
[Kediaman Tsunade]
"Ittadakimasu..!" Teriak Naruto, Menma, dan juga Shion. Setelah kematian Kushina dan perginya ayah mereka, kini Naruto dan Menma diasuh oleh Tsunade. Bisa dibilang perempuan itu adalah neneknya Shion. Dimasa lalu, orang tua Shion dan mereka adalah sahabat sejak kecil. Hanya saja kini ayah dan ibu Shion meninggal karena perang. Sudahlah tidak baik membicarakan hal itu saat makan
Menma terlihat meminum segelas susu dan sepotong roti. Berbeda terbalik dengan kakaknya, ia tidak menyukai dua makanan itu. Yang ia inginkan saat ini adalah ramen. Tapi Tsunade-Baachan nenek dari Shion menolak keras keinginan bocah pirang itu.
"Naruto, cepat makan rotimu dan habiskan susumu!" perintah Tsunade
"Aku benci susu..." sahut Naruto menjauhkan benda putih itu darinya. Lagian kenapa kita harus minum susu sih. Apa tidak boleh hanya ramen saja. Ugh dasar...
"Kalau tak diminum, kau akan bodoh terus selamanya..." jawab Tsunade dan alhasil membuat Naruto kesal dan marah.
"Siapa yang kau panggil bodoh?! Nenek jelek!" teriak Naruto
"Apa kau bilang! Baka-gaki..." Menma dan Shion sweatdrop melihat kelakukan mereka berdua. Tak menghiraukannya mereka tetap melanjutkan acara makan malam dengan teriakan dan sahutan dari Naruto dan juga Tsunade.
.
.
Dari malam itu. Agar bisa menghidupkan kembali ibu, kami mencari tahu tentang transmutasi manusia. Dengan berbekal tekad dan kemauan kami mencari semua hal yang dibutuhkan didalam buku.
Tahun demi tahun pun berlalu. Ingin melihat senyuman ibu lagi..?! Ingin bersama ibu lagi...?! Semua itu menjadi semangat kami untuk terus percaya. Hingga tiba hari dimana, semua keputusasaanku dimulai...
"Air 35 liter, karbon 20 kg, amonia 4 liter, kapur 1,5 kg, fosfor 800 gr, garam 250 gr, nitrat 100 gr, belerang 80 gr, fluorin 7,5 gr, besi 5 gr, dan silikon 3 gr. Semuanya sudah siap, ayo gambar lingkaran transmutasinya." Ucap Naruto
"Baik Nii-chan..." Sahut Menma
Mereka berdua menggambar lingkaran berukuran besar dengan kapur. Tak lupa beberapa garis dan pola juga terdapat didalamnya. Kini kerja keras mereka telah selesai. Sisanya kini tinggal menunggu hasilnya saja.
"Oke, sekarang tinggal meneteskan darah kita..." ucap Naruto kemudian menyeset telunjuk kirinya dengan pisau. Hal yang sama pun dilakukan Menma selaku adik Naruto. Mereka berdua kemudian menyentuh lingkaran tadi dengan kedua tangan mereka.
"Kita mulai Menma..."
"Haik Nii-chan..."
.
.
SRINGGG...
Cahaya terang dengan percikan listrik keluar dari lingkaran tersebut. Ini sama seperti saat mereka membuat burung kayu waktu itu. Kedua iris itu memandang takjub hasil karya mereka. Bagai melihat harapan mereka yakin akan mengembalikan ibu. Tapi apa kau yakin itu sebuah harapan...?!
"Nii-chan, ada yang aneh.." ucap Menma. Cahaya terang yang semula itu kini mendadak berubah menjadi aura hitam pekat. Hal ini juga dirasakan Naruto. Sampai pada akhirnya, sebuah kelopak mata besar nampak terlihat ditengah lingkaran transmutasi yang mereka buat tadi.
CRASHH...
"Arrghh..." teriak Menma saat melihat tangan kirinya hancur seketika. Iris Naruto juga melihat hal itu. Kakak dari Menma itu terkejut melihat keadaan adiknya. Sebenarnya..?! Sebenarnya apa yang terjadi.
"Tu-Tunggu dulu mungkinkah? Rebound..." pikir Naruto. Rebound adalah keadaan dimana reaksi berbalik pada pengguna. Kalau itu terjadi maka ini benar-benar gawat. Chikuso ia tidak memikirkan hal ini akan terjadi.
"Nii-chan!" teriak Menma. Kini tubuhnya berangsur-angsur hilang membuat Naruto terkejut bukan main. Bocah pirang itu mencoba meraih tangan Menma tapi sia-sia ia telah menghilang duluan.
.
.
"Menma..! Menma..! Dimana kau..?" Teriak Naruto putus asa. Kini ia berada disebuah ruangan putih dengan pintu besar dibelakang tubuhnya.
"Selamat datang, tuan bodoh yang sok pintar..." ucap sosok manusia tidak, lebih tepatnya sosok putih tanpa wajah. Ia terlihat menyeringai kearah Naruto. Membuat bocah pirang itu ketakutan melihatnya.
"Siapa kau..?" sahut Naruto memberanikan diri.
"Heh, tumben ada yang bertanya. Aku adalah keberadaan yang kalian sebut sebagai dunia, semesta, tuhan, kebenaran, semua, atau juga satu, dan aku juga adalah kau." Ucap sosok tersebut dengan berbagai gaya bicara antara anak kecil, orang dewasa, wanita, semua itu menjadi satu membuat gema dikepala Naruto.
"Omong kosong, dimana adikku..?!" teriak Naruto menghiraukan ocehan dari sosok tersebut.
SRINGG...
Pintu besar dibelakang Naruto kini terbuka lebar. Memperlihatkan kelopak mata yang sama seperti yang ada dilingkaran transmutasi tadi. Sebuah tangan hitam muncul dari sana mencoba menyeret Naruto masuk kedalam pintu besar itu.
"Arghh..! Tidak! Aku tidak mau masuk kesana!" teriak Naruto mencoba memberontak. Tapi apa yang dilakukannya percuma saja. Tangan itu tetap menyeretnya masuk kedalam pintu.
"Urusai na. Bukannya ini yang kau inginkan. Jadi diamlah dan akan kutunjukan kebenaran"
.
.
Naruto POV
"Apa ini..?!" Rasanya semua pengetahuan yang ada didunia dimasukan kedalam kepalaku. Yamero, hentikan. Kepalaku mulai sakit.
"Arghh..." Tu-Tubuhku mulai terurai! Tidak! Kumohon siapa saja hentikan ini! Hentikan...! Kepalaku serasa mau pecah. Tapi apa ini aku tiba-tiba menyadari...?! Inikah kebenaran yang dia maksud.
"Kaa-chan..." Aku dapat melihat ibu disana. Sedikit lagi, kumohon sedikit lagi. Aku hampir sampai meraih tangan ibu. Tidak! Ibu jangan menjauh! Ibu...! Ibu...
"KAA-CHANNN...!"
.
.
Naruto POV End
"Bagaimana..?" tanya sosok itu kepada Naruto. Secara ajaib bocah pirang itu kini sudah berada diluar pintu. Entah sihir apa yang digunakan oleh sosok yang disebut tuhan, semesta dan sebagainya itu.
"Jadi begitu. Tak ada yang salah pada teori transmutasi manusiaku. Tapi sedikit lagi...! Jika aku masuk lebih jauh lagi...! Aku bisa bertemu dengan Kaa-chan. Kumohon, tunjukan padaku sekali lagi..." ucap Naruto
"Dame-Dame, aku hanya menunjukan sebanyak biaya yang kau bayar." Ucap sosok itu berjalan mendekat kearah Naruto. Seringai tajam terpatri diwajah sosok itu.
"Biaya, apa maksudmu..?!" ucap Naruto tak mengerti
"Adikmu adalah bayarannya!" sahut sosok itu dengan sadis.
DEG...
"Pertukaran yang setara, kan? Alkemis...!" bisik sosok itu kemudian dengan cepat menyeset mata kiri Naruto.
"Arghh... Mataku. A-Apa yang kau lakukan!" teriak Naruto kesakitan. Iris biru matanya kini tergantikan berwarna merah dengan pola yang mirip dengan lingkaran transmutasi. Pandangannya mulai gelap. Hingga tak kuat ia terjatuh tak sadarkan diri.
.
.
.
Empat tahun setelah kejadian itu...
"Nhe Naru kau harus makan. Bukannya ini ramen kesukaanmu..." ucap Shion mencoba menyuapi Naruto. Setelah kejadian empat tahun itu, sifat Naruto berubah drastis. Ia tidak lagi bersemangat seperti dulu. Bahkan hanya untuk makan pun ia tidak akan mau kalau tidak disuapi seperti ini.
"Shion, semenjak kejadian itu. Aku... Aku...! Kuso kenapa aku harus ditolong...! Kau tidak tahu betapa sakitnya kehilangan seorang ibu dan sekarang aku harus kehilangan adikku satu-satunya. Hiks...Hiks kumohon Shion bunuh aku. Aku ini...Aku ini kakak yang tidak berguna...!"
PLAKKK...
Naruto terdiam. Tamparan Shion begitu keras hingga meninggalkan bekas merah dipipi kirinya. Sakit... Yah sakit. Tapi ini tak sebanding penyesalan yang telah ia lakukan. Kalau saja dihari itu ia tidak bermain-main dengan alkemi. Pasti adiknya masih ada disini bersamanya.
"Apa kau sudah bisa tenang..." sahut Shion. Naruto mengangguk lemah, ia tidak menyangka perempuan ini sebegitu bawelnya sekarang. Memikirkan itu membuat Naruto tak bisa menahan tawanya.
"Apa yang lucu?! Mau kutampar lagi yah..." sambung Shion mengembungkan pipinya. Ia merasa dipermainkan Naruto sekarang. Tapi melihat Naruto mau tertawa seperti ini adalah hal yang langkah setelah kejadian itu. Yah ini hal bagus, aku akan terus menjaga tawamu Naruto
"Kau sama sekali tak berubah Shion. Tapi terima kasih atas perhatianmu..." ucap Naruto tersenyum kepadanya. Shion yang melihat itu terpana, senyuman yang hilang empat tahun lalu sekarang telah kembali.
"Sama-sama Naruto-kun..."
.
.
TOK...TOK...TOK...
"Haik! Siapa sih yang bertamu pagi-pagi ini..." ucap Tsunade berjalan kearah pintu masuk. Awas saja jika penagih hutang yang datang. Kalau mereka datang sudah dipastikan dia akan menghajar mereka habis-habisan. Yah ini masih beberapa bulan untuk menagih hutangnya, apa mereka tidak bisa bersabar sedikit.
"Selamat da.. Chotto matte..." Teriak Tsunade saat melihat dua orang berseragam biru dengan seenak jidat memasuki rumahnya. Cih apa mereka tidak tahu sopan santun.
"Dimana Uzumaki Naruto...!" ucap laki-laki berseragam biru itu. Ia terus menelusuri setiap inci ruangan rumah itu bersama dengan partner perempuannya. Hingga hal yang dicari kini tengah duduk disalah satu meja dapur ruangan tersebut.
"Kau..!" ucap laki-laki itu geram melihat Naruto. Sedangkan Naruto, pandangan remaja itu terlihat sendu meskipun ada secercah semangat didalamnya.
"Matte, apa yang kau inginkan dari Nar..-"
"Menyingkirlah..." ucap laki-laki itu dengan kasar menghempaskan tubuh Shion yang lebih kecil darinya.
"Aku tidak punya urusan denganmu! Uzumaki Naruto apa yang sudah kau perbuat hah..." teriak laki-laki itu sembari menarik kerah baju Naruto. Remaja pirang itu menunduk menyembunyikan ekspresinya.
"A-Aku... Maafkan aku... Maaf...Kumohon maafkan aku..." ucap Naruto sendu. Suaranya bahkan seperti orang yang tidak ingin hidup lagi. Laki-laki itu kemudian menatap mata kiri Naruto dengan ekspresi terkejut.
"Kau ini...?!" ucap laki-laki tersebut mencoba memastikan sesuatu. Yah tidak salah lagi, Mata merah dengan pola transmutasi itu. Orang ini... Orang ini telah melakukan hal tabu yang seharusnya tidak dilakukan.
"Kakashi dibelakangmu!" teriak partner perempuan dari laki-laki itu. Kakashi yang mendengar itu langsung menghadap kebelakang dan benar saja. Shion dengan cepat mengarahkan mata pisau kearah laki-laki itu.
"Menjauhlah dari Naru...!"
.
.
"Jadi apa yang dilakukan pihak konoha jauh-jauh kesini..." tanya Tsunade dengan santai tapi berbeda dengan raut matanya. Iris perempuan itu selalu menatap waspada Kakashi begitupula Shizune yang ada didepannya.
"Sebelumnya aku sangat terkejut. Aku mendengar kalau ada alkemis berbakat disini. Tapi tak kusangka, bocah ini melakukan transmutasi manusia meskipun belum sempurna. Ia pantas untuk masuk academy kono..-"
"TIDAK BOLEH!" teriak Shion memotong perkataan Kakashi. Meskipun mereka dapat berbicara baik-baik sekarang. Tapi tidak kalau menyangkut soal Naruto. Sudah cukup kehilangan Menma dirinya tidak akan pernah melepaskan Naruto.
"K-Kau...Apa kau ingin Naru melihat hal seperti itu lagi hah. Itu...I-Itu bukanlah manusia. Apa yang mereka coba bangkitkan itu adalah seorang monster. Jadi aku tidak akan membiarkan Naru dibawa oleh kalian..." geram Shion. Gadis itu sangat ingat jelas apa yang dilihatnya waktu itu. Dirumah Naruto, itu bukanlah manusia.
"S-Shion..! Tenanglah..." ucap Tsunade
"Gadis kecil..." panggil Kakashi
"Jangan panggil aku seperti itu! Namaku Shion..." teriaknya sembari mengembungkan pipinya. Sudah menjadi kebiasaan gadis itu saat marah.
"Baiklah Shion dengarkan ini. Apa kau tidak lihat apa yang terjadi pada bocah ini. Ia sudah melakukan hal yang tabu dan apa kau tau konsekuensi dari semua itu. Ia bisa saja dihukum mati sekarang..." Terang Kakashi. Yah apa yang dilakukan Naruto adalah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan. Terlebih lagi ia mengorbankan adiknya sendiri untuk menghidupkan orang yang sudah mati.
"Tidak! Itu bukan salah Naru... Dia hanya..." ucapan Shion terhenti. Ia tidak bisa mencari alasannya. Kenapa... Kenapa selalu saja ia tidak berguna saat ini. Kumohon aku tidak mau kehilangan Naruto
"Hoi bocah! Kuberi kau waktu sampai besok pikirkanlah baik-baik. Jika kau berubah pikiran maka datanglah ke academy konoha besok, ayo Shizune..." ucap Kakashi kepada Naruto yang masih terdiam dikursinya. Pandangannya masih sendu. Remaja pirang itu terlihat sedang memikirkan sesuatu.
.
.
Keesokan Harinya...
"Mungkin ini jalan yang terbaik. Shion dan Baa-chan tidak perlu menanggung kesalahanku. Yosh aku tidak boleh bersedih, untuk sekarang jalan yang kulalui memang sangatlah panjang tapi aku yakin diujung sana pasti ada jawabannya..." ucap Naruto menatap langit yang agak gelap. Yah remaja itu memang sengaja bangun pagi-pagi sekali. Ia tidak ingin Shion dan Tsunade tahu akan kepergiannya.
"Sebaiknya aku harus berge..-"
BLETAKKK...
"Korra! Mau kemana kau Naru!" Teriak Shion yang dengan cepat menjitak kepala Naruto dengan cepat. Melihat gelagat remaja pirang itu yang sudah sedari subuh tadi membereskan pakaiannya kedalam tas membuat Shion menarik kesimpulan kalau Naruto akan pergi. Jadi ia geram dan langsung menjitak kepala remaja pirang itu tanpa pikir panjang.
"E-Eh Shion apa yang kau lakukan disini. Bukannya kau masih tidur..." ucap Naruto. Yah seingatnya ia sudah memastikan kalau Shion masih tidur dikamarnya. Tapi mungkin saja Shion hanya berpura-pura tadi. Sial dasar wanita iblis hebat sekali menipuku.
"Aku ini selalu bangun pagi-pagi untuk membantu Baa-chan jadi aku sudah terbiasa. Oke lupakan soal itu apa kau berencana pergi ke konoha Na-Ru-To!" ucap Shion sembari memberi penekanan di nama remaja pirang itu.
"A-Aku harus pergi Shion. Mau kau melarangku aku akan tetap pergi..." tegas Naruto. Ia sudah membulatkan tekadnya sejak malam tadi. Jadi walaupun Shion mencegahnya ia tidak akan mengingkari ucapannya itu. Yah meskipun nantinya ia akan kena beberapa jitakan kasih sayang dari gadis pirang tersebut.
"Siapa juga yang melarangmu.." jawab Shion. Mendengar hal itu membuat Naruto tersenyum. Sepertinya gadis ini sudah mulai belajar untuk tidak bersikap egois. Naruto akui Shion sudah sedikit dewasa sekarang
"Jadi kau membolehkan aku pergi arigatou Shi..-"
BLETAKK...
"Baka-naru! Aku juga tidak akan membolehkanmu pergi..." Jitak Shion sekali lagi. Mou apa remaja pirang ini tidak bisa peka sedikit. Yah bagaimana mau peka Shion, kau terus saja memukul kepalanya sejak kecil membuatnya tambah bodoh dan lagian bagaimana mau peka kalau kau terus bersikap tsundere seperti itu.
"Ughh... Kau ini tidak ada manisnya. Jadi apa maumu..?!" Sahut Naruto. Sepertinya ia harus menarik kata-katanya lagi. Shion belum dewasa, perempuan itu masih sama cerewetnya seperti dulu.
"T-Tidak manis biarin! Tapi yang pasti aku akan ikut bersamamu..." Ucap Shion dengan muka memerah. Ia sedikit kesal saat Naruto menyebutnya tidak manis. Awas saja, suatu hari nanti aku akan lebih manis dan imut dari karakter porno yang sering kau baca diam-diam Naruto.
"Hahh...! Meskipun aku menolak kau pasti akan tetap ikut. Tapi bagaimana dengan Baa-chan?" Tanya Naruto. Apa tidak apa-apa membiarkan Tsunade sendirian. Siapa yang akan menjaga nenek rentan itu jika Shion ikut bersamanya.
"Apa kau pikir aku ini sudah tua hah! Baka-gaki. Pergilah aku tidak apa-apa sendirian disini, kalian jangan khawatirkan aku" teriak Tsunade yang terlihat mendatangi mereka berdua. Kalau dilihat-lihat umur Tsunade memanglah sudah tua tapi fisiknya masih sama dengan wanita berumur dua puluhan. Entah apa penyebabnya tapi Naruto tetap memanggilnya nenek. Dasar Naruto.
"E-Eh Baa-chan apa tidak apa-apa?!" tanya Naruto. Remaja itu masih belum yakin kalau meninggalkan Tsunade sendirian. Perempuan itu sudah ia anggap sebagai orang tua kedua baginya. Ia sangat berterima kasih kepada Tsunade yang telah merawatnya dan juga Menma saat ibunya meninggal. Sekedar info saja, orang tua Shion adalah teman baik orang tuaku.
"Tenang saja, aku tidak akan mati sebelum aku menerima cucu dari kalian berdua..." jawab Tsunade menyeringai pelan. Sontak membuat dua remaja itu bersemu merah. Mereka berdua serempak memalingkan wajah mereka kearah yang berlainan.
"Ba-Baa-chan ngomong apaan sih..." ucap Shion yang masih memerah. Gadis itu terlihat mengembungkan pipinya. Sekilas iris lavendernya mencuri pandang Naruto. Tidak buruk juga menikah dengan Naru pikir Shion sembari mengulas senyum kecil.
"Baiklah! Naruto tolong jaga Shion yah..." ucap Tsunade tersenyum kearah Naruto. Remaja pirang itu mengangguk semangat.
"Tenang saja Baa-chan! Shion aman bersamaku..." jawab Naruto mantap. Membuat Shion lagi-lagi memerah. Gadis itu bukan sedang kesal malah sebaliknya. Ia tidak menyangka bocah bodoh yang dulu ia kenal dapat dengan mudah mengambil hatinya.
"Yosh..! Perjalananku baru saja dimulai..."
BLETAKK...
"Ittai kenapa kau memukulku lagi Shion!"
"Baka! Perjalanan kita baru saja dimulai. Jangan lupakan aku!"
"H-Haik Shion..."
.
.
To Be Continued...
Author Note :Ini adalah fict terbaru saya yang terinspirasi dari anime fullmetal alchemist brotherhood. Saya akui anime itu sangat bagus bahkan lebih bagus dari yang saya kira. Untuk alur ceritanya ane akan ambil dari animenya tapi akan ada sedikit perubahan. Oke semoga kalian puas dengan fict ini. Oke ane danu izin logout...
