Silla Kingdom

Rate: T-M

Pair: Wonkyu, Yunjae, Haehyuk

Genre: Drama, Romance

Warning: yaoi! (BoyXBoy), Fic Drama kolosal

Chap: PROLOG!


Pagi yang cerah dan bersahabat untuk semua umat yang beraktivitas. Terlihat beberapa orang yang mendorong gerobak sayur untuk sekedar mencari nafkah atau orang-orang yang bersiap untuk membuka tokonya di pasar, dan pejalan kaki yang berhilir mudik kesana-kemari dengan hari yang diawali dengan senyuman.

Daerah yang penduduknya makmur sentosa ini dikuasai oleh kerajaan Silla yang tercantum dalam salah satu dari tiga kerajaan besar di korea lainnya, Baekje dan Goguryeo.

Silla bermula dari kerajaan kecil di Konfederasi Samhan. Pada tahun 660 Masehi, Silla bersekutu dengan Dinasti Tang, dan berhasil menaklukkan kerajaan Baekje serta Goguryeo pada tahun 668.

Pada masa penyatuan ini, seringkali disebut sebagai masa Silla Bersatu atau Silla Selanjutnya (Hu-silla) dimana wilayah kekuasaannya mencakup semua bagian Semenanjung Korea, sementara sebelah utaranya adalah wilayah kekuasaan kerajaan baru yang merupakan penerus dari kerajaan Goguryeo, dan Balhae.

Silla sekarang telah dipimpin oleh pewaris tahta ke empat, sang Raja bernama Choi Yunho. Raja Yunho sangat dielu-elukan, dan dipuja oleh rakyatnya. Selain karena kebijaksanaannya, dan kebaikannya, ketampanannya serta karismanya pun menjadi nilai plus untuk raja yang satu ini.

Raja Choi Yunho didampingi oleh Ratunya yang bernama Kim -Choi- Jaejoong yang berparas Cantik, dan berkulit seputih salju serta memiliki mata besar yang terpahat indah diwajahnya. Meski pun, sang Ratu adalah seorang pria, Raja Yunho sama sekali tak pernah berpikir untuk memiliki istri lain atau sering di sebut selir walau pun sang ratu bergender pria. Ia selalu setia pada sang Ratu yang telah memberikannya satu keturunan, dan sedang bertahta sebagai Putera Mahkota kerajaan, Choi Siwon.

Putera Mahkota Choi Siwon sekarang tengah berumur tujuh tahun. Meski pun dengan umur yang masih belia, sang pangeran pewaris tahta ini sudah menjalankan beberapa pendidikan dan pelantikan sebagai persiapan untuk menjadi pemimpin kerajaan Silla, dan rakyatnya kelak.

Dari Seni mengolah pedang, bela diri Taekwondo, menulis (tak banyak yang bisa menulis pada masa itu selain keluarga kerajaan), sampai bermain beberapa alat musik, dikuasai oleh sang Putera Mahkota. Yang menambah nilai kemapanan dini sang Putera Mahkota adalah ketampanannya yang mampu menjaerat hati dayang-dayang yang bahkan umurnya sangat berpaut jauh dengannya.

Sang putera mahkota tidak diperbolehkan menampilkan wajahnya pada rakyat kala itu, mengingat masa pelantikannya, dan keamanannya sebagai seorang Putera Mahkota yang sangat agung.

Menjadi pewaris kerajaan Silla membuatnya bersikap layaknya orang dewasa. Ia tak pernah menangis, apa lagi bersikap manja selain kalau berdua dengan eommanya. Ia dituntut dari lahir untuk menjadi raja serta pemimpin yang berwibawa, dan ia buktikan itu semua, membuat Raja dan Ratu bangga akan penerusnya kelak.

.

.

Putera Mahkota sedang berjalan-jalan mengelilingi taman belakang pavilliunnya. Kegiatan ini sudah menjadi jadwal wajibnya untuk sekedar membuang rasa penat karena pelajaran-pelajaran sebagai seorang Putera Mahkota yang ia terima seharian suntuk.

Dengan didampingi oleh sepuluh orang dayang dan enam orang pengawal, ia melangkahkan kaki kecilnya mengelilingi taman indah di belakang pavilliunnya. Langkah kakinya tiba-tiba terhenti. Dipandanginya dayang-dayang dan pengawal yang menunduk menghadapnya.

"Aku ingin sendiri," ucapnya singkat. Dayang-dayang dan pengawal-pengawal yang mengerti tihtah sang Putera Mahkota pun, segera berjalan mundur, dan berbalik untuk pergi dari hadapan sang yang Mulia setelah sebelumnya menunduk hormat secara bersamaan.

Sang Pewaris tahta menghembuskan napasnya berat. Mata tajamnya menelusuri sungai kecil yang berada di taman itu mengarung, dan menyebabkan terdengarnya gemercik air yang membuat suasana hatinya tenang.

Sang Putera mahkota yang sering dielu-elukan dan diagungkan ternyata sedang bersedih. Ia merasa kesepian. Ia ingin menjadi anak biasa dan menjalankan harinya dengan normal. Setidaknya, kalau itu semua terdengar mustahil, ia menginginkan seorang teman atau adik yang dapat menemaninya.

Satu-satunya teman yang ia miliki adalah Lee Donghae yang merupakan anak dari panglima kerajaan. Itu sama sekali kedengaran tidak normal untuk anak seusianya. Donghae memang teman yang baik. Tapi, sebagai seorang anak berumur tujuh tahun, seharusnya ia memiliki teman yang banyak seperti anak-anak dayang yang ia lihat di kerajaan.

Ia pernah mencoba untuk berbaur pada anak-anak dayang itu. Tapi, yang ada hanyalah raut wajah takut dari mereka. Alhasil, sang Putera Mahkota pun marah dan berjanji tak akan bertatap muka lagi pada anak-anak itu.

Apa mereka mengira bahwa ia adalah monster yang harus ditakuti eksistensinya? Tidak, ia hanyalah pewaris tahta yang ingin diperlakukan sebagai mana mestinya seorang anak-anak.

"Putera Mahkota?"

Sebuah suara indah, dan menenangkan, mengalun memasuki pendengaran sang Putera Mahkota. Suara yang pemiliknya sangat ia sayangi, dan hormati.

"Ibunda ratu?" Jawabnya sambil menunduk hormat pada sang Ratu yang memakai hanbeok kerajaan berwarna merah dengan ukiran indah yang terbuat dari benang emas. Sedikit terkejut juga melihat ibunya berada di area Pavilliunnya tanpa ditemani oleh dayang dan pengawal.

Sang ibunda tersenyum, "sedang apa Siwon-ah? Dan, jangan panggil eomma dengan sebutan Ratu kalau kita sedang berdua, Siwon-ah. Kau tahu eomma sedikit risih kalau kau memanggil eomma dengan sebutan itu saat hanya ada kita berdua."

Siwon menunduk hormat-lagi-, "ne, Eomma," ujarnya sedikit terbata pada sang ibunda.

Jaejoong melangkahkan kakinya mendekat pada puteranya. Mengelus rambut sang pangeran dengan berjuta kasih sayang, "kau belum menjawab pertanyaan eomma, Siwon-ah. Kenapa kau bermuka muram seperti itu di sini?" Ujarnya.

Siwon menghela napasnya dan menghambur ke pelukan hangat Ibunya. Tak adanya orang di sini membuat Siwon dapat sedikit bermanja-manja pada sang ibunda, "eomma, aku menginginkan seorang adik."

Sang Ibunda melebarkan matanya sejenak. Ia tak masalah dengan permintaan sang Putera Mahkota. Hanya saja, bagaimana kalau anak yang ia kandung adalah laki-laki? Sedangkan sangat ditentang adanya dua Putera Mahkota dalam satu kerajaan.

Dan, itu berarti Putera Mahkota kedua harus meninggalkan kerajaan dan hidup terpisah dari keluarga kerajaan meski pun tetap dengan fasilitas kerajaan seperti; dayang, dan pengawal.

"Siwon-ah, dengarkan eomma. Kau tahu kan, tak boleh ada dua Putera Mahkota di dalam satu kerajaan? Dan, itu berarti jikalau adikmu adalah namja, ia harus hidup terpisah dari kita. Kau mau itu terjadi? Tidak kan?" Jelas sang Ibunda dengan penuh pengertian.

Siwon melepaskan pelukannya terhadap sang eomma dan menatap sepasang manik bulat Ibunya, "tapi, bagaimana kalau adikku yeoja? Itu bisa saja, kan? Ayolah, eomma. Sekali ini saja aku sangat ingin permintaanku dikabulkan," ujarnya.

Sang Ibunda berparas cantik tersebut menghela napas, "baiklah. Eomma akan membicarakan masalah ini pada yang Mulia Raja," katanya sambil mengulas senyum indah yang hanya ia tujukan pada sang Raja dan Putera Mahkota.

Siwon yang mendengar itu bersorak gembira, "terima kasih, eomma. Kau yang tebaik!" Siwon pun memeluk Eommanya lagi dengan erat sebagai tanda terima kasihnya.

Jaejoong tersenyum pada anak semata wayangnya, "nah, Siwon-ah, sebaiknya kau tidurlah. Hari sudah larut. Anak kecil tak baik tidur malam-malam, arra?"

Siwon mengangguk dan melepaskan pelukannya, "ne, eomma. Jaljayo," ucapnya sebelum pergi.

Jaejoong memangalihkan pandangannya dari anaknya yang mulai menjauh. Dipandanginya sungai yang tadi Siwon pandangi, "semoga aku bisa memberikan Putera Mahkota adik perempuan," ujarnya.

Jaejoong sangat ingin mengabulkan permintaan Siwon itu. Hanya saja, ia tak mau kalau anak yang ia kandung nanti adalah seorang lelaki. Ia tak siap untuk hidup terpisah dari anak yang akan ia kandung itu setelah lahir. Karena, kerajaan menentang adanya dua Putera Mahkota.

"Lebih baik aku tidur," ucapnya, lalu melangkah pergi dari tempat itu.

.

.

.

Raja Yunho melangkah dengan dikawal oleh beberapa pengawal dan dayang, melangkahkan kakinya menuju paviliun sang Ratu.

Senyuman tepatri jelas di bibir Raja Yunho. Rasanya sudah satu minggu lebih ia tak bertemu permaisurinya, dikarenakan tugasnya sebagai raja mengharuskannya datang dalam pertemuan para Raja-raja di China.

Sekitar dua puluh menit, akhirnya ia sudah berada di depan pavilliun Ratunya. Ia langkahkan kakinya memasukki pintu pavilliun yang mewah itu, setelah sebelumnya menyuruh pengawal-pengawal, dan dayang-dayangnya pergi. Karena, ia telah memutuskan untuk bermalam di pavilliun milik sang Ratu.

.

.

.

Sang Ratu kerajaan Silla masih setia membuka mata doe eyes'nya dengan seksama. Ia baca baris per baris tulisan-tulisan dalam buku miliknya.

Sang Ratu kerajaan Silla itu memang memiliki hobi lain selain bermain musik dan bernyanyi. Yaitu, membaca buku. Ia membuat kegiatan membaca buku menjadi hal wajib yang harus dilakukannya sebelum tertidur. Selain menambah ilmu, membaca buku juga dapat membuatnya cepat terlelap. Jadi, ia tak memerlukan obat tidur untuk dapat tertidur, mengingat dirinya yang susah sekali terlelap.

Disela-sela kegiatannya membaca buku, sang Ratu teringat pada permintaan Putera Mahkota. Lagi-lagi ia hanya bisa menghela napas mengingat hal itu.

Kenyataan bahwa dirinya seorang Ratu dalam Kerajaan Silla, membuat dirinya, dan Raja dianjurkan untuk tidak memiliki dua orang putera.

BLUSH

Pipi Jaejoong memerah. Ia tenggelamkan wajahnya di atas buku. Kenapa pikirannya seolah-olah ia ingin Raja bermalam denganya seperti tujuh tahun lalu? Aish, memalukan!

SREK

Jaejoong cepat-cepat mengangkat kepalanya, dan bersikap selayaknya Ratu yang tegas. Dan, detik itu pula mata besarnya membesar lagi ke volume maksimal, "yang Mulia Raja?" Ujarnya.

Jaejoong berdiri, dan membungkuk hormat pada sang Raja. Ia benar-benar tidak tahu kalau Raja sudah pulang, dan tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya. Tentu saja, itu membuat Jaejoong tidak Sempat menyiapkan apa pun untuk menyambut kedatangan Rajanya di Pavilliun miliknya.

Sang Raja tersenyum, dan menutup pintu kamar Ratunya, "ne, Boo. Maaf aku tak mengabarimu tentang kepulanganku," katanya sambil berjalan mendekat ke arah Ratu cantiknya.

Sang Ratu yang di panggil 'Boo' oleh Rajanya tadi hanya bisa mendongakkan kepala, dan sedetik kemudian menundukkan kepalanya lagi dengan wajah yang memerah. Raja sudah sangat jarang memanggilnya dengan sebutan 'Boo', mengingat mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk berdua. Waktu mereka lebih banyak diluangkan untuk rakyat, dan kerajaan.

"N-ne, Raja?" Sahut Jaejoong dengan wajah yang masih memerah.

Yunho menghela napas, "Boo, kau tahu kalau kita sedang berdua sekarang. Berhenti memanggilku dengan sebutan itu, boo," katanya, dengan tangan yang bergerak untuk mengambil sebelah tangan Istrinya, dan mengajaknya untuk duduk bersebelahan.

"Ra- Yun?" Hanya itu yang terlontar dari bibir sang Ratu saat Rajanya memeluk erat pinggang rampingnya.

Sekejap, rasanya waktu berhenti untuk beberapa detik saat dua pasang mata berukuran kontras itu saling memandang. Tanpa disadari keduanya, tatapan itu membuat insting keduanya keluar, menguasai sebagian otak terdalam mereka.

Dimulai dari jari-jari panjang sang Raja yang bergerak perlahan membuka ikatan Hanbeok milik istrinya. Dan, sang Ratu yang hanya dapat tenggelam dalam sentuhan hangat suaminya.

Keduanya melebur menjadi satu dengan penuh cinta, malam itu. Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya.

Untuk sesaat, biarkanlah mereka berdua melepas hasrat rindu yang selama beberapa tahun ini terpendam.

.

.

.

2 bulan kemudian...

Sang ratu memakan makanannya dengan tenang di sebelah singgasana Raja. Terlihat pula Putera Mahkota yang ikut memakan makanannya dengan tenang.

Para mentri yang berkedok wajah malaikat namun, berhati dengki juga turut hadir dalam sarapan pagi itu bersama anggota kerajaan lainnya.

Tiba-tiba sang ratu berdiri, dan berlari keluar ruangan, dengan tangan yang membekap mulutnya seperti menahan sesuatu. Raja yang melihat itu pun, mau tak mau merasa khawatir.

"Cepat panggilkan tabib istana!" Ujarnya. Dan, para dayang pun segera mematuhinya.

Sang Raja mengacuhkan para mentri yang terlihat kebingungan. Ia, dan Putera Mahkota pun, segera menyusul sang Ratu yang entah berada di mana sekarang.

.

.

.

Di suatu ruang di kerajaan, terlihat sang Ratu yang terbaring lemah dengan tabib yang sedang memeriksa keadaannya. Sang Raja, dan Putera Mahkota pun, hanya dapat berharap agar sang Ratu hanya sakit ringan.

Sang tabib yang sedari tadi fokus memeriksa Ratu pun, akhirnya bersuara, "selamat yang Mulia," ujarnya.

Sang Raja dan Ratu mengernyit, "apa maksutmu, tabib Lee?" Tanya Ratu.

"Anda sedang mengandung, yang Mulia," ujarnya, dengan senyuman khasnya.

DEG

"Raja...," lirih sang Ratu.

"Ssstt, Boo. Jangan menangis, ne. Kita akan merawat anak ini dengan sebaik-baiknya," ujar Raja, menenangkan.

"Tapi...,"

"Jangan pikirkan apa-apa dulu, BooJae. Yang penting nantinya anak kita akan terlahir selamat," ujar sang Raja, membuat Ratunya tenang.

"Abeoji, Eomeoni, apa aku akan segera memiliki adik?" Ujar Siwon dengan polos, membuat kedua orang tuanya tersenyum.

"Ne, Siwon-ah," ujar Jaejoong lemah. Karena, saat ini kondisi fisiknya memang sangat jauh dari kara bugar.

Siwon pun, tersenyum.

.

.

.

Sembilan bulan mendatang...

Sang bayi yang dinanti-nanti kelahirannya oleh rakyat mau pun anggota istana, akhirnya lahir ke dunia dengan selamat. Walaupun, bergender pria, akhirnya sang Ratu dapat menerima dengan lapang dada, bahwa pada saat putera keduanya berumur tujuh tahun, puteranya harus di pindahkan keluar istana.

Hari ini, sang Pangeran sangat gembira. Karena, sekitar dua puluh menit lalu, ia diberi tahu oleh dayang-dayangnya kalau sang Ratu sudah melahirkan. Dan, itu berarti, ia akan segera memiliki adik.

Kaki lincahnya pun, juga seperti pemiliknya yang sudah tak sabar untuk bertemu dengan si adik. Tak sampai lima belas menit, ia sudah berada di pavilliun milik Ratu.

Tanpa aba-aba, ia buka pintu gesek itu tanpa meminta izin dulu pada sang Ratu. Bahkan, ia seperti menganggap dayang-dayang dan pengawal-pengawal yang berjaga di sekitar pintu kamar Ratu sebagai manusia transparan.

"Eomeoni!" Ujarnya senang, kala melihat gundukan mungil yang ikut terbaring di sebelah ibunya.

"Siwon-ah," ujar sang ratu, sambil tersenyum tulus.

Siwon melangkahkan kakinya untuk melihat wajah mungil adiknya.

DEG

DEG

DEG

"Yeppeo."

Pada detik itu pula lah, Putera Mahkota untuk yang pertama kalinya merasakan jantungnya seperti sedang menggila.

TBC


A/N: Gw author baru di sini! ;D

Yah... untuk perkenalan, saya hanya seorang mahasiswa di Fakultas Hukum biasa yang suka menulis, dengan ciri-ciri; beragama Buddha, bermarga Lim, bergender LAKI!, berumur 19 Tahun dengan tinggi 183 cm :D

Gw walo pun nulis cerita yaoi gini, gw msih straight! Gw dikenalin sma ni link FF sma temen gw. Dan, setelah melihat-lihat selama lebih dari satu tahun, ternyata cewek itu... UNIK -_- yahhhh unik. Sampe skrng sebenernya saya masih bingung knp cewek sukak yaoi? well, saya sih sbnrnya nerima-nerima aja tentang hub sesama jenis haha ;D secara, temen kampus gw jg gk bs di bilang sedikit yang nyimpang. Dan, gw fine" aje dngn hal itu.

Alasan nulis FF YAOI: Banyak peminatnya (Gw cma pngen krya gw dinilai. Selama ini gw kalo nulis cuma gw simpan sendiri di Doc Laptop -_-" Nah, sekarang saya mau liat kemampuan nulis gw ud smpe sejauh manee..)

Alasan knp gw gak bikin GS (Gender Switch):Jelas, alasannya karena Gw laki XD ngerasa aneh aj gitu, kalo ngebayangin seorang laki-laki diubah ke gender wanita -_- Gw gak bisa ngebayangin #Merinding. Dan, sepertinya walu pun di sini cerita YAOI, setidaknya (menurut gw. well, pendapat orng tuh beda-beda!)kita merasa lebih menghargai tokoh / chara yang berada di dalam cerita karena nggak merubah gender mereka -_-.