Remake By Love Flies – Calista Takarai

.

Chapter 1 – First Meet

.

.

.

.

Main Cast :

Park Chanyeol (GS)

Kris Wu

Xi Luhan

Oh Sehun (GS)

And others…

.

.

.

Genre :

Angst, School life, Romance, Fluff, Death, Friendship, etc..

.

.

.

LET'S GET STARTED ^^

Semalaman Chanyeol tidak bisa memejamkan mata. Besok adalah hari pertama masuk sekolah. Memasuki sekolah baru selalu menjadi pengalaman yang sangat mendebarkan. Apalagi ini sekolah yang sudah ia impikan sejak dulu.

Seragam dan isi tas sudah disiapkan sejak siang. Seharusnya tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Namun, perasaan berdebar memasuki sekolah baru membuat Chanyeol terus terjaga. Ia baru bisa memejamkan mata ketika lonceng di ruang tengah berdentang dua kali. Akibatnya, esoknya ia kesiangan. Chanyeol segera berkemas, berlari menuruni tangga menuju pintu rumahnya. Semua dilakukan dengan terburu-buru.

"Makan dulu." Panggil Mama.

"Sudah siang. Nanti saja di sekolah." Sahut Chanyeol sambil menutup pintu dan berlari menuju halte bus.

Di sekolah ? memang kamu sudah tahu letak kantin ? chanyeol tertawa sendiri. Dasar sok tahu. Lagi pula masa sih anak baru berani datang ke kantin sendirian ? ah, aku bisa makan bekal makan siangku kalau sampai di sekolah, Chanyeol menenangkan diri sendiri. Bekal makan siang ? Astaga! Kotak bekal yang disiapkan mama tertinggal di meja makan. Dasar ceroboh!. Dengan lemas Chanyeol berdiri di halte bus.

.

Begitu sampai di SM Highschool, Chanyeol langsung memasuki sekolah barunya dan mencari kelasnya. Dua hari yang lalu ia sudah menemukan kelas 1E yang akan menjadi kelasnya selama setahun nanti. Letaknya ada di lantai dua, nomor dua dari pojok. Cukup sepi dan teduh.

Sewaktu melihat posisi kelasnya, Chanyeol merasa senang. Ia yakin akan betah tinggal di kelas itu. Namun, Chanyeol bingung saat melihat teman-temannya masih berada di luar kelas.

"Kok masih diluar ?" tanya Chanyeol saat menghampiri Sehun, teman SMP-nya dulu.

"Iya. Kita akan mengikuti upacara penerimaan siswa baru. Setelah itu baru kita masuk kelas. Eh, pembagian bangku sudah ada, lho."

"Oh ya ?!" Chanyeol merasa ketinggalan informasi penting seperti itu. Gara-gara bangun kesiangan semuanya jadi berantakan. "Aku duduk sama siapa, ya?"

"Katanya sich tempat duduknya urut nomor absen. Tetapi ini sementara. Paling hanya dua hari. Setelah itu wali kelas akan membagi tempat duduk sesuai kondisi."

Chanyeol memandang Sehun. "Kok kamu serba tahu? Dapat informasi darimana ?"

"Iya, dong. Oppaku kan bersekolah disini juga."

Chanyeol menepuk kening. "Oh, iya. Oppamu sekarang kelas dua, ya. Makanya kamu tenang-tenang saja."

Sehun tertawa. "Memangnya kamu tegang?"

Chanyeol tersenyum malu. Ia memang sangat mendambakan sekolah ini. Menurut cerita orang, ini sekolah favorit. Mutunya bagus, berdisiplin tinggi, dan kegiatan ekstrakulikulernya banyak. Walau agak merinding mendengar kata disiplin, tetapi ia tetap bersemangat masuk sekolah ini.

Kemarin ia masih anak SMP, tapi kini ia memakai seragam baru yang masih licin. Ya, sekarang adalah hari pertama SMA yang akan ia jalani. Wah, senangnya. Chanyeol merasa jauh lebih dewasa, walaupun usianya masih 15 tahun.

"Chanyeol, ayo."

"Eh…" Panggilan Sehun menyadarkan Chanyeol dari lamunan.

"Sudah bel tuh. Yuk, kita ke lapangan."

Saking asyiknya melamun, Chanyeol sampai tidak mendengar bunyi bel dan pengumuman yang meminta murid-murid baru berkumpul di lapangan. Upacara penerimaan siswa baru akan dimulai. Semua siswa baru tampak berseri-seri. Namun, itu hanya di awal upacara. Tak lama kemudian, keringat mulai menetes. Matahari memang cukup keterlaluan menyambut hari pertama ini. Sinarnya yang menyengat membuat beberapa anak merasa gelisah.

Kepala sekolah berpidato dengan bersemangat. Tapi gaya bicaranya sangat kuno dan membosankan. Beberapa anak menertawakannya diam-diam. Chanyeol sendiri tidak terlalu menghiraukan nasihat-nasihat standar sang kepala sekolah. Keringat dinginnya mengucur. Bukan hanya karena sengatan matahari, tetapi karena tubuhnya mulai lemas. Kepalanya menunduk untuk mengurangi rasa pusing. Namun, ia malah melihat ujung sepatunya terasa bergerak-gerak. Sepatu teman sebelahnya juga ikut bergoyang. Tanah yang dipijak pun rasanya berputar. Wajahnya pucat pasi. Akhirnya ia pun kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur di tengah-tengah barisan.

Saat kesadaran Chanyeol menipis, ia masih mendengar seruan kaget teman-teman sekelasnya dan suara langkah kaki tergopoh-gopoh menghampiri. Chanyeol merasa tubuhnya ringan dan terangkat dari tanah. Dengan satu sentakan keras ia sudah berada dalam bopongan seseorang. Jelas bukan anak perempuan karena tangannya sangat kokoh.

Sebelum semuanya gelap, Chanyeol sempat melihat orang yang menolongnya. Cowok bermata kecokelatan dan berambut hitam legam. Kelihatannya ia cukup tinggi dan atletis. Wajah cowok itu semakin lama makin hitam dan akhirnya gelap. Chanyeol tidak ingat apa-apa lagi.

.

Saat tersadar, Chanyeol hanya melihat tirai putih dan tempat tidur putih. Rumah sakit?! Chanyeol menjadi panik. Sesaat kemudian ia sadar. Ini pasti ruang Kesehatan Sekolah. Di dekat tempat tidur ada penyekat putih dan sebuah meja kecil. Di atasnya ada segelas teh hangat. Ia masih mengingat cowok yang tadi menolongnya. Ah… cowok itu sudah tidak ada disini. Entah mengapa pikiran itu yang pertama muncul begitu ia mengenali keadaan sekitarnya. Padahal ia tidak mengenal cowok itu. Ah, siapa pun dia, aku harus mengucapkan terima kasih, pikirnya.

Oh, bodohnya aku, pikirnya lagi. Mana mungkin cowok itu akan menunggui dirinya di ruang kesehatan sampai ia sadar kembali. Sebersit kekecewaan muncul. Aduh, kenapa ia begitu ingin bertemu lagi dengan cowok itu?

Chanyeol memandang dengan mata menerawang ke arah gorden putih penyekat ruangan. Ia mengembuskan napas dengan keras. Tiba-tiba tirai itu tersingkap pelan. Seraut wajah muncul. Cowok itu! Cowok yang tadi telah menolongnya, sekarang berdiri dihadapannya. Chanyeol serasa bermimpi. Karena keinginannya langsung dikabulkan secepat ini ? jangan-jangan ia masih belum bangun dari pingsan.

"Kamu sudah siuman rupanya," sapa cowok itu lembut.

Nah, pikir Chanyeol, berarti ia memang sudah sadar. Tetapi hal itu malah membuatnya gugup. "I-iya, terima kasih atas bantuannya," jawab Chanyeol, langsung duduk dan membungkukkan badan. Jantungnya seperti melompat-lompat saat ia menundukkan kepala. Oh, mengapa ia merasa kacau begini, sih? Sesaat kemudian kepalanya terasa pening. Ini pasti karena duduk dengan terburu-buru.

"Tidak perlu, itu sudah tugasku, kok. Bagaimana keadaanmu? Masih pusing ?"

"Eh… sudah tidak lagi, sunbaenim.." jawab Chanyeol, berusaha menahan sakit.

"Luhan," sela cowok itu. "Lengkapnya Xi Luhan. Tapi kamu boleh memanggilku Luhan Oppa. Kalau masih pusing tidur dulu saja. Jangan langsung bangun begitu."

Luhan tersenyum pada Chanyeol. Gadis itu merasa pipinya terbakar. Ia semakin menundukkan kepala. Ah, Luhan oppa pasti tahu kalau ia tadi gugup.

Luhan mengmbil segelas teh dan memberikannya pada Chanyeol. "Minum dulu supaya badanmu hangat."

Ketika menerima gelas itu, tangan Chanyeol tidak sengaja menyentuh tangan Luhan. Spontan Chanyeol melepaskan tangannya dari gelas.

"Kenapa? Panas ya gelasnya?"

Chanyeol menggeleng, malu dan panik. Dalam hati ia menjawab, bukan panas oppa, tapi aku kaget menyentuh tanganmu. Namun, ia hanya diam dan minum dengan cepat. Kehangatan menjalar ke perutnya. Sekarang terasa lebih nyaman.

"Ehm… kamu anak kelas 1E, kan ? Namamu siapa?"

"Oh, aku Park Chanyeol, oppa boleh memanggilku Chanyeol."

"Oke, Channie. Kalau sudah merasa baikan, kamu bisa pergi ke kantin untuk makan sesuatu supaya tidak lemas. Setelah itu kamu boleh pulang ke rumah."

Chanyeol terdiam. Darimana Luhan oppa tahu bahwa ia belum makan?

"Eh… tadi waktu aku pingsan perutku berbunyi ya?" tanya Chanyeol malu.

Luhan tertawa. "Tidak. Tetapi biasanya anak baru yang pingsan waktu upacara karena ia belum makan. Mungkin saking tegangnya menghadapi sekolah baru."

Chanyeol tertawa malu. "Iya sih. Semalam aku tegang memikirkan sekolah. Baru bisa tidur jam dua pagi. Maka dari itu tadi pagi aku kesiangan dan tidak sempat sarapan. Kotak bekal saja ketinggalan."

Luhan tertawa lagi. "Kamu lucu."

Chanyeol terdiam. Lucu? Apanya yang lucu? Tidak biasanya ia bicara banyak di depan orang yang baru ia kenal. Namun, Luhan yang ramah itu sudah menolongnya. Sikapnya membuat Chanyeol merasa akrab.

"Sudah, sana ke kantin."

Chanyeol tersenyum. Tetapi sesaat kemudian senyumnya hilang. Kantin? Kantinnya dimana, ya?

"Kenapa? Masih pusing?"

Chanyeol menggeleng. Tidak mungkin memberitahu bahwa ia belum tahu letak kantin. Jangan-jangan dikira minta antar. Malu, ah.

"Ta-tapi… bagaimana dengan pelajaran?"

"Tidak apa-apa, sudah kumintakan izin ke wali kelasmu," Luhan menenangkan.

Chanyeol berusaha turun dari tempat tidur. Rambutnya acak-acakan. Badannya lemas dan perutnya.. uh… lapar. Bahkan sekarang mulai melilit.

"Kamu pasti lapar. Ayo, kita ke kantin dulu. Aku suka menemani pasien. Aku bisa ikut ke kantin dengan alasan mengantarkan," Luhan memandangnya sambil tersenyum jail.

Chanyeol merasa beruntung sekali. Di tolong cowok cakep dan baik hati, ketemu di ruang kesehatan, dan sekarang cowok itu mau mengantarnya ke kantin. Saat berjalan bersama, Luhan mengajaknya berjalan mengitari lapangan.

"Kita lewat sini saja supaya tidak kelihatan dari dalam kelas."

Sesampainya di kantin, Chanyeol memesan sepotong burger medium, "Oppa?"

Luhan menggeleng. "Aku sudah makan. Kalau sakit istirahat saja di rumah. Kamu bisa pulang sendiri, kan? Atau perlu kuantar?"

Chanyeol terkejut. Wajahnya memerah.

"Tidak, tidak perlu, aku bisa pulang sendiri, kok."

Oh, mudah-mudahan Luhan tidak memandangku. Pasti pipiku sudah semerah tomat, pikirnya.

"Oke, hati-hati ya, Channie."

Jantung Chanyeol berdegup lebih cepat setiap kali cowok itu memanggilnya 'Channie'. Dengan muka merah ia mengangguk perlahan dan meninggalkan kantin.

.

.

.

.

.

TBC…

.

.

A/N : hallo, happy new year. Aku bawa cerita baru di tahun baru,..hehehe

Maaf buat cerita Cheer Up! Belum bisa aku lanjutin. Jadi, aku bawa cerita ini sebagai gantinya dan buat yang udah review, follow and favorite di Cheer Up ! terima kasih banget dan maaf belum balas satu-satu.

Dan aku juga berharap review dan comment buat cerita baru ini. Agar aku tahu cerita ini mau dilanjut apa tidak? Okey ^^

.

.

.

.

Review and Comment, please !