Hai minna-san. Lama nggak jumpa ^^

Sudah lama banget aku nggak ke fandom ini dan ngeramein fandom ini. Maapin aku laa… *korban iklan*

Walaupun di fandom-fandom sebelah aku masih ada utangan, tapi ngebet (+nekat) ingin buat fic ShinShi! Pengen banget.

Sebenarnya udah ada keinginan untuk membuat fic ShinShi, tapi kendala plotnyalah yang dengan setia(?) nangkring di otakku. -.-" dan akhirnya kesampaian juga :D

Yosh. Semoga fic ini tidak membuat minna-san kecewa.

Warning : Typo(s), Semi-canon dan (berharap untuk tidak) OOC

Disclaimer : Detektif Conan adalah milik saya! *digaplok Aoyama* oke deh Detektif Conan miliknya Aoyama Gosho… *menatap iri*

Takdir Bisa Dirubah

Chapter 1 : Kembali Normal

.

.

.


(Third Person's POV)

Pagi yang indah menyambut Kota Beika. Suara kicauan-kicauan burung yang saling beradu satu sama lain membuat nuansa menjadi lebih tentram dan nyaman. Embun yang membasahi bumi pagi juga ikut menambah kesan sejuk dan damai. Dan jangan lupa dengan langit yang putih kebiruan yang bersih.

Orang-orang memulai aktifitas mereka masing-masing. Ada yang bersemangat, lemah, lunglai, ceria, hangat, sedih dan lain-lainnya. Suasana pagi yang indah itu seperti sangat mendukung orang-orang untuk melakukan aktifitas mereka.

Dan salah satunya adalah seorang gadis yang sedang tidur telungkup ini. Tangannya sedang menggapai-gapai sesuatu dan kemudian menekannya. Beberapa saat kemudian mata biru keabu-abuan itu terbuka dari kelopaknya.

Setelah beberapa lama, akhirnya dengan enggan gadis itu bangkit duduk sebentar dan kemudian berdiri. Walaupun matanya masih terasa berat dan memaksa untuk menutup kembali, dia berusaha untuk tetap membuka matanya. Kemudian gadis itu berjalan keluar kamarnya.

"Ah, ohayou Shiho-kun," sapa seorang kakek-kakek tua botak yang sedang memasak sesuatu di dapur.

"Ohayou, Hakase." balas Shiho dengan setengah mengantuk. Dia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Beberapa menit setelah Shiho mandi dan lain-lainnya, dia sudah siap untuk menuju meja makan. Dengan seragam biru-biru khas Teitan dan membawa sebuah tas dia duduk di sebuah kursi meja makan. Hampir, karena sebelum Shiho mendudukinya terdengar suara bel yang berdentang keras, tanda ada orang di luar.

Dengan perasaan agak kesal karena acara makannya terganggu Shiho membuka pintu depan rumah. Saat mengetahui siapa yang telah menekan bel tadi, Shiho tidak merasa kaget ataupun shock—reaksi yang biasa para gadis lakukan ketika bertemu seorang pemuda tampan nan pintar ini. Dia malah memasang muka pokerfacenya dan berbalik masuk ke rumah. Pemuda yang memakai jaket tebal dan mengerudungi dirinya itu pun mengikutinya.

"Lalu, sampai kapan kau akan menumpang makan pagi, siang dan malam di sini? Kau menghabiskan persediaan makanan di sini, tahu." ucap Shiho memecah keheningan yang tercipta selama mereka bertiga sarapan.

Sementara yang diajak bicara hanya bisa memunculkan cengiran lebarnya. Seolah tidak terpengaruh oleh aura mengerikan yang keluar dari sosok gadis berambut pirang strawberry itu.

"Yah, kau tahu kan Shiho. Kita ini baru akan menunjukkan diri kita kepada massa hari ini. Jadi—"

"Kau mau beralasan kalau kau tidak bisa keluar ke supermarket dan membeli makanan instan, begitu?" ucap Shiho memotong perkataan pemuda itu.

"Sudahlah, Shiho-kun. Lebih baik bertiga bersama Shinichi 'kan? Lebih ramai," jawab Profesor Agasa menenangkan gadis blondie itu. Sementara Shiho hanya menghela napas.

"Yah, terserah." ucap Shiho ogah-ogahan. Shinichi yang mendengar itu hanya bisa menunjukkan cengiran khasnya.

Setelah percakapan itu berakhir, ketiganya tidak ada yang memulai pembicaraan lagi. Alhasil, sarapan pagi itu berlangsung hening. Bukan hening yang canggung, tapi hening yang tenang. Semuanya sedang tenggelam dalam pemikiran masing-masing.

Setelah beberapa menit menghabiskan waktu di meja makan, Shiho serta Shinichi mengambil tas dan jaket tudung mereka masing-masing dan berangkat menuju sekolah baru mereka—mungkin istilah itu hanya berlaku bagi Shiho.

"Bagaimana kabarnya anak-anak itu ya?" tanya Shinichi sambil melihat langit.

"Aku masih ingat bahan-bahan APTX4869, jika kau mau." jawab Shiho tersenyum mengejek. Shinichi hanya mendengus.

"Bukan begitu, bodoh." ucap Shinichi kesal. Beberapa saat kemudian hening menyelimuti mereka berdua.

"Tapi, dua bulan mengejar organisasi itu membuat kita sama sekali misconnection dengan orang-orang di sekitar kita. Rasanya sepi," ucap Shinichi memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Tenang saja, meitantei. Kau akan segera bertemu dengan gadis di kantor detektif itu setelah ini," jawab Shiho dengan nada dingin—setidaknya itulah nada yang harusnya terdengar. Entah kenapa Shiho mengucapkannya dengan nada agak—atau memang sedih.

"Bisa tidak kau berhenti menggodaku, Shiho?" ucap Shinichi dengan muka sedikit memerah. Shiho yang melihat itu hanya diam dan tetap pada pokerefacenya. Sepertinya julukan "Detektif Tidak Peka" memang pantas disandangnya.

Hening melewati mereka berdua, lagi.

Memang seminggu lalu Shinichi tidak terima jika mereka berdua harus 'bersembunyi' dari khalayak masyarakat. Tapi setelah mendengar tujuannya, Shinichi bisa mengerti. Tujuan penyembunyian itu adalah untuk memastikan bahwa sudah tidak ada lagi orang-orang organisasi—mungkin ada yang belum mati yang mengejar mereka berdua.

Setelah pemastian yang memakan waktu seminggu, akhirnya Shinichi dan Shiho dapat kembali dalam aktifitas mereka dulu seperti tidak pernah ada organisasi hitam yang melukai mereka.

Shiho yang memang tidak punya pilihan lanjutan hidup diajak oleh detektif muda itu untuk bersekolah di SMA Teitan. Walaupun sebenarnya Shiho sudah mempelajari dan menguasai semua pelajaran—bahkan semua pelajaran di universitas bidang kedokteran, Shinichi tetap memaksa Shiho untuk bersekolah dengan tujuan mendapatkan teman.

Shiho awalnya memang menolak keras, untuk apa buang-buang waktu seperti itu. Tapi ketika Shinichi memintanya dengan lembut dan memohon, gadis blondie itu tidak dapat berbuat apa-apa selain menganggukkan kepalanya.

Meskipun dia tahu dia akan sering mengalami tusukan di jantungnya jika dia terima ajakan Shinichi.


~ Shinichi Shiho ~


"Minna, hari ini kalian akan kedatangan dua murid baru. Silahkan masuk," ucap seorang guru paruh baya mempersilahkan keduanya masuk.

Dua orang yang masih memakai jaket dan bertudung itu berjalan masuk ke kelas dengan menundukkan kepalanya. Setelah sampai di depan kelas, sang guru menyuruh dua sosok itu untuk membuka jaketnya dan memperkenalkan diri.

Ketika dua orang itu membuka tudungnya dan melihat ke depan, suara di kelas 2-B itu pun langsung hiruk pikuk tiada henti. Mereka semua kaget karena menurut isu yang beredar orang itu sudah mati—salah satu siasat pemastian dari FBI dan CIA yang sangat melindungi mereka berdua.

Perhatian seperti terpecah dua. Para laki-laki seperti sudah tersihir oleh sosok pirang strawberry yang berdiri di depan. Walaupun dengan muka datar alias pokerface andalannya, Shiho tetap menjadi pemandangan indah di mata para laki-laki. Tatapan mata biru yang memandang lurus, menambah kesan betapa tegas dan inteleknya gadis ini.

Sedangkan para gadis, pemandangan sosok pemuda tampan itu menjadi pandangan utama hari ini. Pemuda yang menjuluki dirinya sebagai meitantei dari Timur memperlihatkan senyuman—yang menurut Shiho sombong di depan teman-temannya.

Tidak terkecuali dengan gadis berambut hitam panjang itu. Matanya melebar dan dan sedikit berlinang. Tatapannya seperti tidak percaya dengan pemandangan yang disediakan. Gadis pirang pendek di sebelahnya pun menyenggol lengannya, menggoda.

"Yoosh! Sepertinya aku tidak perlu memperkenalkan diri!" ucap Shinichi dengan lantang dan senang. Yah, dia harus berkata dengan lantang—berteriak agar suaranya dapat terdengar oleh teman-teman.

Dia menyenggol lengan Shiho untuk segera memperkenalkan diri. Tapi Shiho tetap diam dan tidak bergeming tanpa suara sedikit pun. Shinichi pun mengerutkan keningya, begitu juga dengan guru yang sedari tadi juga kaget.

Dengan langsung Shiho berjalan menuju bangku—yang menurut dia kosong. Tapi belum beberapa langkah dia berjalan, lengannya ditarik oleh sebuah tangan dan menyuruhnya untuk tetap berdiri di depan kelas.

Anak-anak di kelas yang melihat itu pun langsung terdiam dari 'suasana pasar' tadi. Mereka berhenti bicara karena ingin tahu—ingin dengar apa percakapan Shinichi dan Shiho selanjutnya.

"Kau belum memperkenalkan diri! Kenapa kau sudah mencari bangku?" tanya Shinichi dengan kesal. Sedangkan Shiho hanya tetap memasang muka datarnya.

"Untuk apa aku memperkenalkan diri kepada sebuah kelas jika sebuah kelas itu tengah heboh dengan kemunculan seorang detektif sombong? Tidak akan ada yang dengar, percuma." ucap Shiho dengan dingin level tertinggi dan mata yang tajam.

Semua yang mendengar itu sontak diam dan merasa agak sedikit takut. Bahkan gurunya pun agak sedikit meneteskan keringat di pelipisnya. Sedangkan Shinichi—yang sudah sangat terbiasa sejak terjebak bersamanya selama 2 bulan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, meskipun dia juga agak sedikit takut.

"Ba-baiklah. Sekarang kelas sudah tenang. Silahkan," ucap guru itu.

"Miyano Shiho. Pindahan dari sekolah khusus. Yoroshiku." ucap Shiho dengan nada datar, tanpa ada nada dingin dan matanya pun tidak setajam tadi.

"Hee… Sekolah khusus ya? Sekolah khusus gadis maksudnya?" tanya seorang laki-laki dengan setengah tertawa. Hmm, bisa-bisanya dia tertawa. Sedangkan Shiho hanya memperlihatkan senyuman—yang menurutnya manis.

"Bukan. Tapi sekolah khusus di Black Organization," jawab Shiho dengan senyuman. Dengan entengnya dia menyebut Organisasi itu lagi, padahal berita tentang BO itu sudah merajalela di Jepang—di seluruh dunia karena kejahatannya.

Mendengar jawaban dari blondie itu, semua murid langsung menganga lebar. Mereka jadi semakin meneteskan keringat mereka; apalagi yang barusan bertanya dengan cengar-cengir. Dan senyuman manis yang menakutkan itu menjadikan Shiho Miyano komplit sebagai gadis yang tidak biasa.

"E-eh, tapi Shiho ini termasuk dalam daftar korbannya kok! Dia tidak jahat!" ucap Shinichi berusaha menjelaskan kepada teman-temannya sambil garuk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Sedangkan Shiho hanya tetap dalam mode senyumannya itu.

"Ba-baik. Kalian berdua dapat duduk di bangku itu. Ayo kita mulai pelajarannya." kata guru yang sedari tadi diam itu akhirnya.


~ Shinichi Shiho ~


"Halo, Ai-chan." sapa seorang gadis berambut panjang.

"Aku sudah bukan Ai-chan lagi. Namaku Miyano Shiho," jawab Shiho.

"Ah, bukankah itu sama saja?" tanya Ran dengan terkekeh. Sedangkan Shiho hanya mendengus.

"Tapi aku benar-benar tidak menyangka kalau kalian berdua bisa mengecil dan menjadi anak-anak. Sungguh hal yang aneh," ucap seorang gadis berambut pirang.

"Yah, aku juga tidak menyangka kalau aku berakhir di sekolah seperti ini." sahut Shiho. Sedangkan Sonoko mulai tertarik dengan pembicaraan Shiho dan akhirnya mereka mengobrol sendiri. Shinichi dan Ran hanya mendengarkan mereka berdua, karena posisi Shiho dan Sonoko ada di tengah-tengah mereka.

Beberapa saat kemudian Shiho bangkit berdiri dari samping Shinichi dan menarik lengan Sonoko.

"Kita di sini hanya pengganggu, Suzuki-san. Maukah kau menunjukkanku bangunan-bangunan di sekolah ini?" ucap Shiho pada seorang gadis berambut pirang pendek. Sedangkan gadis itu terlihat kaget dan memberi tatapan menggoda pada Ran dan Shinichi—yang sebelumnya terhalang oleh Shiho.

"Hmm, benar juga. Dan kalian berdua cepat urusi masalah kalian berdua! Terutama kau yang beraninya berbohong, Kudo-kun." ucap Sonoko lalu dia melenggang pergi keluar kelas bersama Shiho.

Sedangkan dua insan itu saling menatap ke lawan arah dengan muka memerah seperti kepiting rebus yang siap dihidangkan.

Setelah Shiho dan Sonoko keluar kelas dan berbincang-bincang tentang bangunan-bangunan di sekolah ini—dan merembet ke hal-hal lainnya, mereka berdua menjadi tambah akrab. Kesamaan fashion menambah keakraban mereka berdua.

Dan begitulah seharusnya kehidupan anak SMA biasa.


~ Shinichi Shiho ~


Detik demi detik.

Menit berganti jam.

Jam berganti hari.

Hari berganti minggu.

Semuanya berjalan begitu mulus dan damai. Tidak terasa Shiho telah seminggu berada di sini. Dia sudah cukup bisa untuk bersosialisasi dengan murid lainnya. Bahkan dia sudah mempunyai sahabat yang cukup dekat—menurutnya, yaitu putri dari Suzuki itu.

Tapi itu bukan berarti Shiho 100% senang dan bahagia bersekolah di SMA Teitan ini. Dia memang bahagia mendapat teman-teman baru, tapi ketika ia teringat tentang teman sebangkunya itu, jantungnya seperti tertusuk ribuan jarum yang tajam.

Melihat pemuda berparas tampan itu bertengkar dengan gadis di kantor detektif itu, melirik gadis itu yang sedang melirik juga ke arahnya—tepatnya ke sebelahnya, melihat mereka berpelukan, dan bahkan memergoki dua insan itu memagut bibir mereka satu sama lain di sebuah koridor yang sepi.

Ini baru seminggu. Dia masih bisa memasang muka tidak peduli, muka menggoda ataupun muka datarnya alias pokerface. Tapi dia tidak yakin jika dia sanggup menahannya terus seperti ini. Dan dia pun tidak bisa mencurahkan hatinya pada siapapun—pada Sonoko atau Hakase sekalipun.

Sudah cukup jarum yang kau tancapkan, Shinichi, ucap Shiho di dalam hati. Dia ingin sekali keluar dari sekolah ini agar tidak melihat kemesraan mereka secara sengaja atau tidak sengaja. Dia ingin meneriakkan pada "Detektif Tidak Peka" itu bahwa dia sangat mencintainya. Tapi itu semua bagaikan menulis di aliran air. Tidak akan bisa dan tidak akan mampu. Dia ingin bekerja saja di luar negeri daripada sekolah seperti ini.

Tapi bukan Shiho namanya kalau dia bersikap lari seperti itu. Dia sudah berubah untuk tidak melarikan diri lagi. Shiho tetap memegang teguh pada komitmennya dia masuk SMA Teitan. Dia bukanlah tipe orang yang berpikir pendek. Dia telah memikirkan keputusan ini matang-matang. Tapi dia belum bisa menemukan seseorang yang pantas hingga saat ini.

Semoga saja keputusan Shiho nantinya akan menjadi yang terbaik untuknya.

.

.

.


~ To Be Continued ~


Akhirnya selesai juga chapter 1 ^^ ini masih prolog, masalahnya ntar di chapter selanjutnya.

Kira-kira apa ya rencana Shiho sampai dia memutuskan untuk sekolah di SMA Teitan? ^^

Arigato gozaimasu telah membaca fic ini! :D

Yosh! Dimohon review sebanyak-banyaknya *digoreng*

Flame terbuka lebar selebar senyumankuuu ;)

V

V

V

V

V