Beda Bahasa
Karena beda bahasa, bisa bikin perkara.
(DISCLAIMER: I own nothing but the plot.)
Alfred's POV
Jaket branded? Cek. Polo shirt? Cek. Rambut oke? Cek. Kacamata baru? Cek. Penampilan seperti hero? Sudah dari dulu.
Alasan kenapa aku berpenampilan oke top-to-toe begini? Karena hari ini aku ada janji dengan Iggy. Bisa dibilang, first date. Siapa yang tidak mau tampil kece di first date-nya?
Tentu saja, seorang hero akan membuat first date nya menyenangkan, fantastis, bombastis, dan tentunya ekonomis (baiklah, bahkan hero sekalipun memiliki hutang negara tersendiri, kau tahu). Mungkin sekali-sekali Iggy harus merasakan makanan selain scone buatannya (terakhir, dia mencekokiku dengan scone rasa bunga matahari. Ya Tuhan, beruntung aku masih bisa hidup—meskipun aku tahu hero tidak akan mati). Jadi, aku janjian dengannya di sebuah restoran fast food andalan negaraku di ujung sebelah barat lantai 1 di sebuah pusat perbelanjaan lokal (tanpa menyebut nama restoran itu, tentunya. Anggap saja sebagai kejutan~). Baru setelah itu aku akan mengajaknya melakukan first dateyang sesungguhnya. Ufufu~
Yah, niatnya sih memang begitu.
Tapi sekarang, aku kehilangan jejaknya!
Sudah hampir 2 jam aku menunggunya, tetap masih belum ada tanda-tanda kehadiran (mantan) bajak laut tsundere itu. Iggy, dimanakah dirimu~~?
Arthur's POV
Aku meneguk habis teh yang kupesan. Kira-kira sudah 4 cangkir kuhabiskan. Aku mengetukkan jariku ke meja berulang-ulang untuk menghilangkan kebosanan. Sia-sia. Untuk kesekian kalinya, mataku tertuju pada Swatch yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Bloody hell, DIMANA MAHLUK SIALAN ITU?
Ia mengajakku makan siang di sebuah restoran di ujung barat lantai 1. Makanya aku bisa berada di Restoran ini (tidak, mereka tidak menyediakan teh yang enak). Dan— ayolah, di negara bagian mana ada orang makan siang nyaris pukul 6? Mana ada orang yang terlambat sampai 2 jam?
Menghubungi maniak hamburger itu untuk menanyakan keberadaannya? Maaf saja, bisa bisa ia besar kepala, mengira aku mencemaskannya.
Tapi, kalau begini terus bisa-bisa perutku kembung akibat menenggak lebih banyak teh.
Akhirnya aku putuskan untuk meneleponnya. Terdengar nada sambung berbunyi. Sampai pada akhirnya layar ponselku menampilkan tulisan 'No answer'."Shit..." gumamku pelan. Mungkin mahluk bodoh itu butuh waktu untuk menemukan ponselnya yang terjebak di antara kantung celana dan timbunan lemaknya. Kurasa lebih baik mengirimkan SMS dulu.
To : Alfred
Git, kau pikir sekarang jam berapa? Kutinggal jika kau tidak datang dalam waktu 10 menit. Aku juga punya hal yang jauh lebih penting untuk diurusi ketimbang narsisme idiot sepertimu.
Tidak sampai 3 menit kemudian, ponselku berdering. Incoming Call : Alfred. Answer. Reject. Mute. Aku menekan tombol hijau dengan emosi tersulut.
"GIT! Kau pikir sekarang jam ber—"
"Iggy! Kau dimana? Aku menunggu berjam-jam di tempat janjian kita dan Peter bilang kau sudah berangkat sejak 3 jam yang lalu—HERO CEMAS!" selanya dengan suara yang terdengar setengah menangis.
(Heran kenapa si bodoh itu sempat menghubungi Peter tanpa terpikirkan untuk langsung meneleponku? Sama, aku juga.)
"Kau dimana, katamu? Tentu saja aku ada di tempat janjian kita, idiot!"
"Tetapi aku sudah disini dari tadi dan aku tidak melihatmu samasekali— sungguh! Kau bisa bertanya dengan waitress seksi yang tadi mengantar pesananku untuk memastikannya."
"Aku tidak—apa? Waitress seksi? F*ck this shit, Git, persetan dengan janji makan siang kita. Aku pulang sekarang."
"Apa? Iggy, tunggu seben—"
Tanpa basa basi kuputuskan telepon darinya, menggebrak meja. You f*cking son of a b*tch, gumamku sambil meninggalkan restoran ala Jepang tersebut beserta pelanggan-pelanggannya yang tercengang.
A.N : First USUK drabble and first fic of this year~ Semoga pada bisa 'nangkep' alur ceritanya... Plot cerita ini saya ambil dari perbedaan carafloor numbering Inggris dan Amerika. Yap, kalo di Amerika, 1st floor itu lantai yang berada di ground level atau lantai dasar. Sementara di Inggris, 1st floor itu lantai yang berada 1 level di atas lantai dasar, dan mereka nyebut lantai dasar sebagai ground floor. Kalo readers yang terhormat sekalian teliti, gimana bisa Arthur ada di restoran Jepang sementara Alfred nunggu di restoran fast food dengan 'petunjuk arah' (?) yang sama? Honhonhon~
.
.
Yah, semoga ada orang yang bisa mengerti keabsurdan fic ini...
Thanks for reading~
Love it? Hate it? Review, s'il vous plait?
[completely copas dari sorciere's prestissimo]
