"Tenten… cepat turun sarapan!" terdengar suara teriakan dari bawah.
"Iya, kaa-san. Sebentar lagi…!" ucap Tenten sambil berteriak. Sebelum ia turun untuk sarapan, Gadis itu harus melakukan ritual paginya terlebih dahulu.
Ada pepatah yang bilang tidak ada orang yang terlahir sempurna, begitu juga Tenten. Seluruh keluarga bahkan anggota dojo pun tidak ada yang tahu bahwa seorang Tenten yang serba bisa itu memiliki kekurangan. Hanya Ino-lah yang tahu akan hal itu, bahkan mungkin gara-gara Ino-lah, Tenten sampai terkena 'virus' itu.
Dengan langkah santai ia melangkah ke tempat dimana lemari bajunya berada, dibukanya pintu tersebut. Terdapat baju-baju tergantung dan tumpukan celana. Sekilas tidak ada yang salah dengan lemarinya, namun jika kau menyibak baju-baju yang tergantung, kau akan melihat sebuah pintu rahasia. Rahasia yang juga merupakan bukti otentik kalau Tenten masih normal dan bukan seorang yuri.
"Ohayou Gaara-kuunn,"ucap Tenten setelah membuka pintu rahasia itu. Ia membelai-belai potret sebesar 16 R.
Disekelilingnya terpajang foto-foto dari pemuda paling populer disekolahnya kapten tim basket putra, Sabaku Gaara. Tidak hanya itu, disana terdapat juga bantal cinta bergambar foto Gaara.
Sabaku Gaara? Kok bisa?
Semua berkat Yamanaka Ino―yang juga seorang anggota Cheer―memaksa Tenten untuk menemaninya latihan bersama Anggota Cheerleader lainnya. Terpaksa deh Tenten ikut. Tenten yang belum pernah mampir ke lapangan basket sebelumnya terkagum-kagum melihat performa pemain basket sekolahnya (maklum gedung olahraga dan gedung dojonya terpisah jauuuuh) dan dari semua pemuda gagah yang nangkring didepan matanya cuma Gaara lah yang paling mencolok dan menarik perhatiannya. Sejak saat itu Tenten jadi ketularan Ino ikut nongkrong di lapangan basket. Entah bagaimana reaksi para juniornya kalau melihat Tenten seperti itu.
Setelah menyapa idolanya, Tenten kembali memasang wajah datar dan segera turun untuk sarapan. Kemudian ia langsung berangkat ke sekolah.
Seperti biasa Tenten menjadi pusat perhatian di sekolah. Para siswa segera menyingkir memberi jalan dan menatapnya hormat ketika melihat Tenten lewat. Gadis itu hanya bisa mendengus kesal melihat kelakuan anak-anak di sekolahnya tersebut. Ia ingin waktu cepat berlalu sehingga ia bisa pulang ke rumah dengan cepat.
"Teen~~" panggil Ino setelah jam pelajaran usai. Mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang.
"Yaa," jawab Tenten tanpa menoleh sedikitpun. Ino yang diabaikan hanya bisa mendengus kesal.
"Lihat ini…'barang' baru, aku dapat dari temanku yang biasa menjadi panitia olahraga sekolah kita"
Ucapan Ino barusan membuat langkah Tenten berhenti dan memandang bungkusan di tangan Ino.
"Aku sudah menontonnya, nih aku pinjamkan. Jangan lupa besok dikembalikan!" Ino menyodorkan bungkusan itu sambil tersenyum.
"Ok, Nanti aku tonton," ucap Tenten datar. Ia memasukan bungkusan tersebut ke dalam tas dengan malas, seolah-olah bungkusan itu tidak penting. Dari luar sih stay cool tapi di dalamnya siapa sangka kalau Tenten senengnya bukan main.
"Tadaima."
"Okaeri, Tenten," jawab Ibunya yang sedang asyik nonton TV.
"Sudah makan? Kok telat pulangnya?" tanya ibunya.
"Sudah, kaa-san. Gomen, tadi aku ada tugas kelompok sama Ino."
"Oh, ya sudah."
Tenten langsung naik ke lantai dua tempat kamarnya berada. Dia merebahkan tubuhnya di kasur dan memejamkan mata. Setelah 10 menit beristirahat, ia pergi ke kamar mandi untuk sekedar cuci muka. Si tenten jelas ga' mau wajah manisnya jerawatan karena lupa cuci muka. Kemudian ia turun dan melihat ibunya yang masih asyik nonton TV di ruang keluarga. Hanya ibunya dan dia yang ada di rumah, sedangkan ayahnya sedang berada di luar kota. Tenten yang tidak ada kerjaan terpaksa ikut nonton. Ternyata ibunya sedang menonton acara mistis berjudul 'Memang dunia lain' dengan paranormal bernama
Aki-Orochimaru. Tenten hanya bisa memutar bola matanya melihat acara kesukaan ibunya itu.
"Bagaimana Aki Oro, apakah ada sesuatu yang tidak beres di kamar ini?" tanya pembawa acara.
"Hemm... Hemmm..." gumam seorang kakek-kakek tua sambil menganggukkan kepala. Si kakek memiliki rambut panjang bak model iklan shampo, serta seekor ular berwarna ungu metalik melilit dilehernya.
"Bagaimana Manda?" si kakek malah bertanya pada ularnya.
Manda―si ular―meliak-liuk gelisah, lidahnya terulur dan mendesis.
"Ah… begitu," kata Aki Oro. Sepertinya ia paham bahasa ular.
"Di sini memang ada penunggunya…" dengan nada dalam sambil memejamkan mata, tangannya melambai-lambai pada udara kosong, "..dan disana ada hantu gadis yang bunuh diri."
"Benarkah?" tanya si pembawa acara sedikit takut.
"Emmm… ya… benar… AHhkk―" kalimat Aki Oro terputus karena merintih kesakitan.
Ia memegang kepalanya dan tiba-tiba muncul suara backsong andalan 'memang dunia lain' , suara seperti detak jantung manusia. Degdeg…degdeg…
"Apa yang terjadi?" tanya pembawa acara panik. Takut terjadi apa-apa dengan sang paranormal.
"Haah… haahh…Sepertinya dia menyerangku, tenang saja. Dengan ini aku akan mengusirnya."
Penjelasan Aki Oro membuat suasana rumah menjadi kelam. Manik hitamnya memandang keseluruh ruang dengan tegang. Kemudian dari balik sakunya, ia mengambil botol kaca dan menggumamkan mantra tidak jelas.
"Humbla…bla….bla….hummmm…..Blaa…. ….awwaaa…waaaa!"
Tangannya membuat simbol-simbol aneh, belum lagi badannya yang bergetar dengan hebat. Sementara itu muncul suara-suara aneh entah darimana, perabotan-perabotan yang tiba-tiba bergerak dan angin yang berhembus dengan kencang.
Tingkah aneh Aki Oro dan situasi yang berubah horror membuat sang pembawa acara semakin panik ketakutan dan membuatnya bersembunyi dibalik meja.
"Tenang rumah ini sudah aman. Aku sudah memasukkannya kedalam botol," ucap Aki Oro sambil tersenyum menyeramkan. Ternyata ritual pengusiran hantu sudah selesai dan hantunya sudah terperangkap di dalam botol.
"Wah, hebat sekali Aki Oro. Saya sampai takjub. Sekali lagi, Aki Oro mampu mengusir hantu." Kamera memfokuskan diri ke pembawa acara yang kala itu mengelap keringat dengan sapu tangan.
"..dan sampailah kita dipenghujung acara. Bagi pemirsa yang merasa rumahnya dihantui segera hubungi kami di nomor 028-19936-XXX. Kami dari kru 'memang dunia lain' beserta Aki Oro siap membantu anda. Selamat malam."
Klik.
Ibu mematikan TV.
"Ne… Tenten. Menurutmu rumah kita bebas dari hantu, tidak?" tanya Ibunya.
"Entahlah kaa-san. Jangan terlalu percaya dengan acara itu. Itu pasti akal-akalan mereka saja."
"Tapi kaa-san yakin Aki Oro tidak bohong. Sepertinya ia benar-benar bisa mengusir hantu."
"Hah, omong kosong! Aku yakin hantu itu tidak ada, kaa-san. Oyasumi."
"Oyasumi, Tenten."
Tenten pergi meninggalkan ruang keluarga dan kembali ke tempat tidurnya.
Teng-teng-teng.
Jam yang berdentang 10 kali dari ruang tengah menandakan bahwa sekarang sudah pukul 10 malam. Ketika ia menutup pintu kamarnya, Tenten menghela nafas sambil memengang dadanya. Jantungnya berdetak dengan kencang dan keringat membasahi dahinya.
'Hantu itu tidak ada,' batin Tenten sambil menenangkan detak jantungnya.
"Lebih baik aku nonton Gaara-kun saja ah~"
Tenten membuka tas dan mengambil bungkus plastik yang diberikan Ino tadi sore. Setelah menghidupkan komputer dan memasukan keping CD, ia mulai menonton rekaman pertandingan basket yang tidak sempat ditontonnya. Karena keasyikan menonton, Tenten sampai melupakan ketakutannya.
Yups. Kekurangan Tenten yang kedua adalah takut sama hantu. Bahkan seorang Yamanaka Ino-pun yang ratu biang gosip tidak tahu kekurangannya yang satu ini. Hanya kamisama dan dirinyalah yang tahu.
Pet….
Sedang asyik-asyik menonton Gaara beraksi mendrible bola, tiba-tiba saja layar komputer padam. Tenten kesal kenapa komputernya harus mati disaat-saat penting seperti ini. Tenten meng-klik dan memencet tombol keyboard asal-asalan namun tetap saja komputernya mati.
"Hah.. lebih baik aku tidur saja," ucap Tenten pasrah. Namun belum juga ia beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba layar komputernya kembali hidup dan menampilkan sebuah sumur dengan latar putih polos.
"Aneh… apa itu?" tanya Tenten sambil menunjuk gambar sumur. Sebuah sumur tua, persis seperti sumur yang ada di belakang rumahnya.
'Pasti ulah Ino,' batinnya kesal.
Tenten mematikan komputernya paksa, namun gagal. Gambar sumur itu masih terpampang dihadapannya. Matanya membelalak kaget ketika sebuah tangan muncul dari dalam sumur. Susah payah ia menelan ludah, matanya masih terpaku pada tangan keriput itu. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri. Ia merasakan firasat buruk akan terjadi setelah ini.
Tepat dugaannya.
Tangan tersebut memegang tepian sumur, seakan ingin keluar dari dalam situ. Kemudian muncul tangan lainnya, tangan yang sama keriputnya dengan yang satunya. Tenten panik. Ia memencet tombol restart berkali-kali namun hasilnya nihil. Matanya berpindah dari tombol restart ke layar berkali-kali.
Sosok itu sudah menampakkan kepalanya. Namun wajahnya tidak terlihat karena rambut panjang menutupinya. Tenten semakin gelisah, keringat dingin bercucuran di keningnya. Akhirnya sosok keluar dari dalam sumur dengan menggunakan terusan berwarna putih. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan sambil membaui udara. Kemudian matanya yang tertutup rambut memandang Tenten tajam. Seolah-olah ia tahu keberadaaan Tenten.
Tenten terkejut dan tanpa sadar terjatuh dari kursinya.
Pelan-pelan sosok hantu itu merayap menuju Tenten. Merangkak bagaikan seekor laba-laba. Makin dekat…makin dekat…. Jarak mereka semakin dekat dan si hantu berjalan semakin cepat. Sepertinya si hantu ingin keluar dari layar kemudian ingin mencekik Tenten.
Tenten semakin panik. Belum pernah ia merasa ketakutan seperti ini. Keringat sudah membasahi bajunya. Ingin berteriak namun tidak bisa, seakan ada batu yang mengganjal tenggorokannya.
'Bagaimana ini? Apa sebentar lagi aku akan mati?'
Tenten kembali teringat Gaara-kun―sang atlet idola. Ia tidak boleh mati konyol di sini. matanya mencari-cari sesuatu dan akhirnya berhenti di satu titik.
'Mungkin ini satu-satunya cara,' batin Tenten.
Dilihatnya kembali layar komputernya. Sebentar lagi si hantu akan sampai ke layar kaca komputer. Tangan keriput itu sudah menjulur ke depan. Tenten hanya mempunyai waktu beberapa detik.
Sedetik saja terlambat entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Dengan nafas terputus-putus dan jantung yang berdegup kencang, Tenten merangkak ke bawah meja dan menarik kabel stopcontact.
Tep.
Layar komputer padam. Tenten akhirnya bisa bernafas lega. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding.
"Untung saja," kata Tenten sambil menggenggam tangannya yang sedari tadi bergetar.
Ia kembali menatap layar komputer yang sudah berubah hitam. Tidak ada lagi gambar sumur dan sosok hantu di sana. Apa jadinya kalau Tenten terlambat menarik kabel tersebut? Apa hantu itu akan keluar dari balik layar?
Tenten tidak mau memikirkan hal itu.
Berjalan gontai, ia menuju tempat tidurnya. Merebahkan tubuhnya yang kelelahan dan menarik selimut. Belum pernah ia merasa selelah ini. Sekilas ia melirik jam yang ada di atas meja. Ternyata sudah jam 11 malam.
Ketakutan masih melanda si gadis bercepol dua itu. Tiba-tiba ia merasa suhu ruangan bertambah dingin sehingga ia menarik selimut sampai batas kepala. Mencoba untuk tidak menghiraukan perasaan takut dan udara yang tiba-tiba dingin, ia memejamkan mata dan membayangkan sosok Gaara-kun sedang ada dihadapannya. Akhirnya nafasnya kembali teratur pertanda Tenten masuk ke alam mimpi.
Mimpi apakah itu? Tentu saja memimpikan sosok Gaara-kun.
Teerus Bataww Canjuuut??
