Desclaimer : All characters is belong to J.K. Rowling

Warning : OOC, Typos, mungkin tidak sesuai EYD, dst...

Summary : Rose Weasley selalu merasa ada yang salah dengan dirinya, ia tahu bahwa orang tuanya menyembunyikan sesuatu darinya. Sampai suatu hari ia menemukan sebuah Diary yang ternyata berisi kepingan-kepingan memori masa lalu./RnR please../

P.S : Rose Weasley disini saya ubah karakter kepribadian dan fisiknya, seperti warna rambutnya yang berwarna pirang dan dia sedikit sombong.

\(Happy Reading)/

Chapter 1: Aku menemukan sebuah Diary

Stasiun King Cross selalu penuh dengan banyak orang setiap akhir bulan Desember. Tentu saja karena waktunya bagi para murid Hogwarts pulang untuk berlibur dan merayakan natal bersama keluarga mereka. Tanpa terkecuali untuk Rose Weasley, gadis itu berjalan berdesak-desakan sambil mendorong trolinya yang penuh dengan barang. Ia mencoba mempercepat langkahnya. Ia ingin segera menemukan kedua orang tuanya yang mungkin sudah menunggunya.

"Rossie, kami disini!" Teriak seorang wanita kepadanya.

Rose melihat seorang wanita berambut pirang melambaikan tangan padanya, itu Ibunya, dan ia melihat seorang lelaki yang memiliki warna rambut merah menyala juga melambai padanya. Itu kedua orang tuanya, segera saja Rose berjalan menghampiri mereka.

"Hai Mom, Dad, aku sangat merindukan kalian." Ungkap Rose sambil memeluk kedua orang tuanya.

Ibunya, Luna Lovegood yang sekarang bermarga 'Weasley', hanya tersenyum mendengar perkataan anaknya itu. Meskipun Rose sudah berumur enam belas tahun, tapi tetap saja ia selalu bertingkah seperti itu jika baru bertemu kedua orang tuanya. Sementara itu ayahnya, Ron Weasley segera saja mengomentari tingkah Rose yang sedikit kekanak-kanakan itu.

"Selalu saja seperti ini setiap tahun, tak bisakah kau tak memelukku terlalu erat Rossie? aku hampir saja kehabisan nafas." Keluh Ron dengan nada yang di buat-buat.

"Oh ayolah Dad, kau selalu berlebihan." Jawab Rose yang kemudian membuat mereka semua tertawa.

"Ngomong-ngomong aku tak melihat Hugo di manapun, apa dia tak ikut kesini?" Rose bertanya kepada kedua orang tuanya.

"Adikmu itu sedang menginap di tempat Pamanmu, Harry, dan saat kami menjemputnya tadi ia masih tertidur." Jawab Ron.

"Oh dasar si Hugo, aku tak tahu kenapa ia betah sekali tidur berlama-lama seperti kau Dad." Ungkap Rose dengan nada kesal. Ron yang mendengar anaknya mengkritiknya hanya nyengir.

Rose memang tak pernah bangun tidur kesiangan, karena ia tak betah jika tertidur berlama-lama. Berbeda sekali dengan ayahnya dan adiknya yang selalu saja dijumpainya bangun kesiangan saat ia sedang berada di rumah. Rose juga disiplin dalam menjalani apapun, hal itu juga yang membuatnya menjadi murid terpintar di angkatannya, bahkan ia mengalahkan sahabatnya, Scorpius Malfoy yang terkenal cerdas. Ya, Scorp adalah sahabat terbaik keduanya setelah Albus Potter. Ia akrab dengan Scorp karena hubungan keluarga Malfoy dan Weasley mulai membaik setelah perang melawan pangeran kegelapan, setidaknya itu yang dikatakan ibunya padanya. Bahkan terkadang anggota keluarga Malfoy datang ke the Burrow untuk merayakan natal bersama, begitu juga sebaliknya.

Rose sadar dari lamunannya karena suara ibunya.

"Oke baiklah. Bagaimana kalau sekarang kita pulang ke the Burrow?, mungkin nenekmu sudah menunggu kita, Rossie." Ajak ibunya yang langsung saja disetujui oleh Rose dan ayahnya.

Rose Weasley duduk termenung di balkon kamarnya. Ia hanya memperhatikan hamparan ladang yang sekarang ditutupi salju terlihat indah saat disinari cahaya bulan. Perlahan helaian rambut pirangnya tertiup angin malam yang membuat bulu di sekujur tubuhnya merinding karena suhu di bulan Desember yang dingin. Ia tak peduli dengan hal itu, saat ini ia hanya mencoba memikirkan kembali percakapannya setelah makan malam tadi bersama Ibunya. Ia hanya ingin menanyakan satu hal yang sampai saat ini menjadi pertanyaan di kepalanya

Flashback on

Rose berencana pergi ke kamar ibunya. Ia ingin menanyakan kepada ibunya satu hal tentang dirinya.

Tok..tok..tok.. "Mom apakah kau di dalam?" tanya Rose sambil mengetuk pintu kamar ibunya.

"Masuklah Rossie." Jawab Luna, dan Rose akhirnya masuk.

"Apa kau butuh sesuatu, sayang?" tanya Luna dengan tersenyum.

"Tidak Mom, ehm sebenarnya ada hal yang menggangguku akhir-akhir ini, apa boleh aku menanyakannya Mom?" Rose bertanya dengan sedikit canggung.

"Ya tentu saja dear, apapun itu tanyakan saja jika hal itu mengganggumu." Luna menjawab dengan masih tetap tersenyum.

"Begini Mom, aku hanya ingin tahu kenapa warna mataku berbeda dengan anggota keluarga yang lain? Tentu saja ini tidak penting Mom, tapi aku hanya penasaran dengan warna mataku ini. Warna mataku adalah Hazel, sedangkan Mom berwarna biru, begitu juga ayah dan Hugo, dan juga anggota keluarga yang lain." Tanya Rose.

Senyuman di wajah Luna pun lenyap. Rose menyadari perubahan ekspresi pada ibunya itu, dan Rose buru-buru menambahkan perkataannya.

"Tapi tak apa jika Mom tak mau menjawabnya, aku hanya ingin menceritakannya saja." Tambah Rose kepada Luna.

Luna kembali tersenyum. "Tak apa Rossie, aku tau kau sangat penasaran, sebenarnya warna matamu itu diturunkan dari ibuku, yaitu nenekmu."

"Oh jadi begitu, terima kasih karena Mom sudah mau menjawabnya. Baiklah aku akan kembali ke kamarku."

"Baiklah, Selamat malam dear, semoga tidurmu nyenyak."

Flashback end

Rose terus saja memikirkan kejadian itu. Mungkin itu terdengar sedikit berlebihan, tapi ia tahu kalau ibunya berbohong. Ia tak yakin kenapa harus mempermasalahkan warna matanya, tapi perasaannya mengatakan bahwa hal itu sangat penting. Sebenarnya dari setahun yang lalu ia mulai menyadari bahwa dirinya sedikit berbeda dengan anggota keluarga Weasley yang lain. Contohnya adalah warna rambutnya yang pirang. Tidak seperti warna rambut keluarga Weasley yang identik dengan warna merah menyala. Tapi ia berpikir bahwa mungkin warna rambutnya meniru warna rambut ibunya. Juga dengan kepribadiannya yang juga berbeda jauh dengan Weasley yang lain. Seperti ayahnya yang suka bermalas-malasan dan kemudian menurun kepada adiknya, Hugo. Tidak seperti dirinya yang selalu disiplin dan terlihat berwibawa di hadapan semua orang. Mungkin ia dulu berpikir bahwa sifat itu diturunkan dari ibunya. Tapi tidak lagi setelah mendengar cerita dari bibi Ginny. Bibinya mengatakan bahwa dulu sebelum menikah dengan ayahnya, ibunya adalah orang yang aneh dan konyol. Dan itu tidak seperti dirinya. Dan satu lagi yang membuatnya berbeda adalah warna matanya yang berwarna cokelat hazel, yang bahkan tidak dimiliki satupun anggota keluargannya. Rose jadi ragu bahwa kedua orang tuanya yang sekarang adalah orang tuanya yang asli. Jika itu memang benar tapi siapa orang tuanya yang asli itu?

Rose menghela nafasnya, rupanya tanpa ia sadari, dirinya sudah beberapa jam melamun di balkon kamarnya. Ia pikir sudah waktunya ia tidur dan menjernihkan pikirannya.

Luna Weasley menghela nafas panjang setelah Rose meninggalkan kamarnya. Ia sudah menduga bahwa cepat atau lambat anak gadisnya itu akan menyadari kejanggalan-kejanggalan yang ada dalam kehidupannya. Ia tahu bahwa ia tak seharusnya berbohong pada Rose, tapi ia sudah berjanji akan menjaga kebenaran masa lalu Rose Weasley, berjanji pada sahabatnya yang saat ini belum kembali, dan entah kemana perginya.

Rose tak percaya bahwa semua penghuni the Burrow kini meninggalkannya di rumah itu sendirian. Tadi pagi, saat Rose baru saja terbangun dari tidurnya, tiba-tiba saja sudah ada lima burung hantu yang berlomba-lomba untuk mengetuk jendela kamarnya. Awalnya Rose bingung, siapa saja orang yang mau repot-repot untuk menyuratinya sepagi ini?. Ia tak peduli. Ia lalu mengambil surat-surat yang ada di kaki para burung hantu itu satu-persatu, dan memberi mereka masing-masing koin senilai lima knut. Dan tanpa pikir panjang, ia langsung membuka surat-surat tersebut, dan ternyata itu semua adalah surat-surat dari para penghuni the Burrow yang lain, termasuk orang tuanya, dan mereka semua mengatakan bahwa mereka akan pergi keluar sebentar karena ada keperluan. Rose mendengus setelah membaca satu-persatu surat-surat itu. 'Apa mereka sengaja meninggalkanku sendirian?' tanyanya dalam hati. Ia mendengus lagi dan untuk kesekian kalinya.

Rose tak tahu apa lagi yang harus ia kerjakan. Lagipula ia sudah mengerjakan semua tugas esai untuk liburannya. Ia juga sudah membersihkan dan merapikan kamarnya. Setelah menghela nafas panjang, akhirnya ia memutuskan untuk berkeliling ke sekitar the Burrow untuk jalan-jalan sekaligus menjernihkan pikirannya. Rose memakai jaketnya yang tebal. Meskipun masih pagi, udara di luar sudah sangat dingin, dan Rose tak ingin dirinya terkena hiportemia jika ia tak memakai pakaian yang tebal. Setelah memakai jaketnya, segera saja Rose berjalan menuju halaman belakang the Burrow. Ia duduk di sebuah kursi santai tua yang letaknya tepat di sebelah gudang penyimpanan barang-barang muggle milik kakeknya, Arthur Weasley. Awalnya, ia hanya ingin duduk bersantai di kursi santai itu. Tetapi setelah melihat pintu gudang itu sedikit terbuka, ia menjadi tertarik untuk masuk ke dalamnya. Sesaat ia beradu dengan pikirannya sendiri, ia khawatir jika akan dimarahi oleh kakeknya karena masuk tanpa ijin. Namun, setelah ia terdiam cukup lama, akhirnya ia memutuskan untuk masuk. Dengan perlahan mata hazelnya meneliti setiap benda yang dilihatnya. Walaupun sebenarnya ada banyak barang yang ia tak tahu apa namanya. Rose terus saja berjalan sampai ia berhenti di depan sebuah lemari kayu tua. Ia heran mengapa ada sebuah lemari tua di gudang ini, karena yang dijumpainya dari tadi hanyalah barang-barang muggle yang sepertinya sudah tak terpakai. Ia ingin tahu apa isi lemari tua itu, dan kemudian ia membukanya. Tak banyak benda yang dilihatnya. Lemari tua itu hanya berisi sebuah kotak kecil yang ternyata berisi sebuah golden snitch, sebuah quaffle yang sangat berdebu, dan sebuah buku yang menurutnya sebuah diary yang juga penuh debu pada sampulnya. Karena ia tak suka Quidditch dan barang-barang yang berhubungan dengan permainan olahraga itu, akhirnya ia memilih untuk mengambil diary berdebu itu lalu membersihkannya. Awalnya ia hanya ingin membersihkannya dan melihat sampulnya, lalu mengembalikannya ke tempatnya seperti semula. Namun niat itu diurungkannya setelah ia melihat tulisan yang tertera di sampul buku tersebut.

'This book belongs to: Hermione Granger and Draco Malfoy'

"Draco Malfoy? Bukankah itu ayahnya Scorpius? Dan siapa Hermione Granger ini, aku tak pernah mendengarnya." Rose bertanya pada dirinya sendiri.

Rose kemudian menutup lemari tua itu dan berjalan keluar untuk kembali ke rumahnya. Ia juga tak lupa untuk membawa diary tersebut. Karena seorang Rose Weasley selalu mempunyai rasa penasaran yang tinggi. Ia hanya penasaran apa isi dari diary milik ayah Scorpius dan seseorang yang bernama Hermione Granger itu.

Ayahnya sepertinya sudah pulang ketika Rose kembali dari halaman belakang, karena sebuah tas kerja tergeletak begitu saja diruang tamu. Ya, begitulah kebiasaan Ron Weasley setelah pulang dari bekerja. Rose hanya menggelengkan kepalanya dan langsung menuju kamarnya untuk menghangatkan badanya dan istirahat.

Saat terbangun, hal yang pertama Rose sadari adalah bahwa hari sudah mulai gelap. Ia melihat jam, dan terkejut saat mengetahui bahwa jarum jamya telah menunjukan pukul setengah delapan. Ia tak tahu sejak kapan ia tertidur, udara dingin membuatnya merasa mudah mengantuk, mungkin ia telah tertidur selama sepuluh jam, pantas saja ia merasa tidurnya nyenyak sekali. Baru saja ia akan turun, sampai ibunya membuka pintu kamarnya.

"Kau sudah bangun dear? Kalau begitu turunlah untuk makan malam."

"Baiklah Mom, aku akan mandi terlebih dahulu."

Ibunya mengangguk dan kemudian menutup pintu kamarnya. Rose berdiri untuk mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi. Tanpa sengaja, pandangan mata Rose tertuju pada diary yang ia temukan tadi pagi di gudang. Hampir saja ia melupakan diary itu. Ia sepakat dengan dirinya sendiri bahwa ia akan melihat isi diary itu setelah makan malam.

Rose berjalan kembali ke kamarnya dengan wajah cemberut. Ia benci saat adiknya membuat lelucon konyol tentangnya di depat anggotaa keluarganya yang lain. Ia langsung menjatuhkan diri di kasur empuknya. Ia hampir terlelap ketika ingat bahwa ia harus mencari tahu isi diary yang dia temukan tadi pagi. Ia melupakan rasa kantuknya dan duduk di meja belajarnya. Ia mengambil diary itu, lalu membuka halaman pertama. Rose mulai membacanya.

1 september 1999

Menurutku hari ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam dua tahun terakhir. Tentu saja karena dua tahun terakhir itu terjadi perang besar-besaran melawan Voldemort. Hari ini adalah hari pertamaku kembali ke Hogwarts untuk melanjutkan tahun ketujuhku bersama Harry dan Ron. Sebenarnya hal yang paling menyenangkan adalah... aku terpilih menjadi Ketua Murid Putri! well, aku tak menyangka bahwa jabatan yang selama ini aku inginkan bisa aku dapatkan. Hanya saja aku tak menyangka bahwa partnerku adalah si ferret pirang itu. Kupikir tahun ini pasti akan membosankan. Sudahlah aku tak ingin membahasnya. Aku hanya tak tahu sejak kapan aku hobi menulis.

Hermione G.

Rose mengerutkan alisnya, ia tak tahu harus berkata apa. Hal yang paling diperhatikannya adalah saat wanita yang bernama Hermione itu menyebut nama Harry dan Ron. Nama paman dan ayahnya. Rose pikir wanita ini adalah sahabat paman dan ayahnya. Hanya saja ia masih merasa tak mengerti. Rose terus memikirkan apa yang membuatnya tak mengerti dengan tulisan itu, sampai tiba-tiba muncul cahaya yang sangat terang dari bagian tengah diary itu, Rose tak tahu kenapa dan tiba-tiba saja pandangan Rose menjadi gelap.

TBC

Halo semua~:) aku nggak tau dapet ide cerita ini dari mana:v dan mungkin sedikit aneh:v but I hope you all will like it:) daan soal buku itu aku terinspirasi dari buku diarynya tom riddle:v tapi yasudahlah

Boleh minta reviewnya?