Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi
[Hanamiya x Reader x Kiyoshi] fanfiction. (Edited) Second POV used.
Beware of mistypo(s). Enjoy!
.
.
(Semilir angin menyapu lembut dua insan yang berada di atap sekolah. Suasana sepi—hanya ada lelaki bersurai hitam yang memandangi langit dari pinggiran atap serta dirimu yang berdiri sekitar dua meter di belakangnya. Atmosfer yang terkesan romantis—walau maksudmu menemuinya jauh dari kata itu.)
"Hal penting apa yang membawamu kesini, huh?" tanyanya tak acuh dalam posisi memunggungimu.
Kau mengela nafas panjang. "Jadi … tim basket kita dikalahkan oleh Seirin?" tanyamu, retoris.
"Menanyakan hal yang jawabannya sudah diketahui, membuatku muak saja."
Cih, kau sungguh tak terbiasa dengan lidah pahit orang ini. Tapi kau tak tahan untuk menyampaikan hal yang selalu mengganjal benakmu. "Mungkin kau harus mulai membangun tim yang lebih sehat. Kau dan anggota lainnya punya potensi yang bagus—jadi tak ada salahnya untuk bermain dengan jujur. Tinggalkan seluruh trik kotormu itu."
Lelaki bersurai hitam itu membalikkan tubuhnya, lalu menundukkan kepala dengan air wajah … sedih? "Ah, benar juga ucapanmu … Aku akan memperbaiki diri, mulai sekarang … "
Kau terdiam, menunggu kelanjutan ucapannya. Sesaat kemudian—terdengar dengusan geli. Kepala Hanamiya terangkat menatapmu—ekspresinya berubah 180 derajat dari beberapa detik barusan. Dengan raut mengejek ia berkata, "memangnya kau pikir aku bakal bilang begitu, bodoh? Ucapanmu samasekali tak mebuatku tertarik."
Kau menggeram, mengepalkan kedua tangan. "Kau harus berhenti melukai orang lain! Aku bahkan jijik saat menyaksikan pertandingan tim sekolahku sendiri. Terutama orang itu … kau membuatnya babak belur, lagi … "
(Kelebatan pemandangan yang kausaksikan dari bangku penonton kemarin di terputar. Rasa kesal dan tak tega menjalar saat menyaksikan sang center dari Seirin menjadi sasaran empuk. Rasanya kau ingin berteriak agar sang wasit menyadari kecurangan yang dilakukan tim Kirisaki Dai Ichi, tim sekolahmu sendiri.)
"Orang itu? Ah … Kiyoshi Teppei, huh? Tenang saja, di lain kesempatan aku akan menghancurkannya, hingga menjadi sampah. Kupastikan itu." Hanamiya menyeringai.
"Dasar brengsek!"
"Ya ya ya." Pemuda itu berjalan mendekat, lalu berhenti tepat di sampingmu. "Berhenti menceramahiku. Lagipula, apakah pantas mengkhawatirkan pemain dari sekolah lain, nona jelek?"
Kebencian makin menjalar di hatimu. Huh, dia pikir dia sendiri tidak jelek? Ditambah lagi dengan sifat buruknya, rasanya dia adalah manusia paling jahat yang pernah kautemui! Pantas saja julukan the bad boy melekat padanya. Ah, malah rasanya ia lebih pantas dijuluki the devil from hell sekalian.
.
.
Rasanya mood-mu tak bisa lebih buruk dari ini. Tak cukup melihat wajah menyebalkannya di kelas seharian, sepulang sekolah pun kau mesti berada di dekatnya. Jadi ceritanya, tadi kelasmu mengadakan undian untuk menentukan rekan dalam tugas biologi, dan bingo—kau kedapatan nomor yang sama dengan pria brengsek ini. Kau sudah berusaha mencari orang yang mau bertukar, tapi nihil.
Ajaib sekali.
"Berhentilah memelototiku. Kalau tak senang, sana pulang." Suara bariton jelek itu mengusik gendang telingamu.
Kau berdiri, membalikkan tubuh untuk pergi—
"Dan dengan senang hati akan kubilang pada sensei kalau yang bekerja hanya aku seorang.."
Kemudian duduk lagi.
Kau mendengus kesal. Walau dia ini orang paling pintar seangkatan, tetap kau tak sudi sekelompok dengannya. Tapi apa boleh buat, ini demi nilai. Jadilah kau dan dia duduk berdua di sebuah café dekat sekolah. Disini lebih nyaman daripada perpustakaan sekolah, alasannya. Memang tempat ini sangat cozy dan menunya enak—tapi selama ada kehadiran lelaki menyebalkan ini tetap saja atmosfir di sekitar jauh dari kata menyenangkan.
Setengah hati kau membicarakan perihal proyek kelompok dengan si kuso yaro di hadapanmu. Mengetukkan jari, mengayunkan kaki, dan sesekali membuka ponsel. Setelah beberapa menit diskusi tak menyenangkan berjalan, lonceng di atas pintu café berbunyi, menandakan ada pengunjung baru. Kau menoleh, dan seketika bola matamu melebar saat mendapati—
Ki-Kiyoshi Teppei?
"Hanamiya, halo!" sapanya ramah. Hanamiya tampak terkejut dengan kehadirannya—begitu juga denganmu. Pemuda tinggi itu berjalan mendekati kalian. Kau menyembunyikan wajahmu yang memanas sambil menampar pelan dan mencubiti pipimu sendiri. Ini bukan mimpi 'kan?
"[Name]?" Kau tersentak saat menyadari dia sudah di sampingmu.
"Ki-Kiyoshi! Sedang apa disini? Bukankah sekolahmu di Seirin?" Duh, kau pasti terlihat panik sekarang. Jantung, ayolah berdetak dengan normal.
Dia duduk di sampingmu. "Ahaha, aku sedang mengunjungi sepupuku yang tinggal di daerah sini, dan aku melihat Hanamiya dari jendela, dan aku memutuskan untuk sedikit menyapa. Jadi … " Kiyoshi mengamati kalian berdua bergantian. "Apa kalian … berkencan?"
"Tidak, tidak!" Kau berdiri menggebrak meja. "Aku dan orang ini hanya sedang mengerjakan tugas, kami samasekali tidak berkencan atau semacamnya!"
"Oh, begitu ya … " Kiyoshi tertawa canggung. Sepertinya reaksimu barusan agak berlebihan. Tapi siapa coba yang mau disangka pacaran dengan lelaki brengsek ini?
"Kau menarik perhatian pengunjung, nona jelek."
Kau duduk kembali, lalu menghadapkan tubuhmu ke samping, perhatianmu sepenuhnya terarah pada pemuda berambut coklat yang uhuk, manis ini. Abaikan, abaikan saja pemuda di depan. "Sudah lama kita tak bertemu ya, Kiyoshi?"
Kiyoshi mengangguk. "Iya, hampir dua tahun, sejak kelulusan SMP."
Ya, kau satu SMP dengan lelaki ini—dan sekelas dengannya di tahun ketiga. Sebut saja sifatnya yang baik, ramah, dan menyenangkan yang membuatmu jatuh hati padanya. Dan sebut saja kau pengecut, karena tak berani mengungkapkan perasaan sampai kelulusan. Sekarang kalian beda sekolah, tapi terkadang kau masih memikirkannya—dan tersenyum sendiri saat melihat profilnya di majalah olahraga. Apa itu masuk kategori 'masih suka'?
"Huh, dengan kakimu itu—" Hanamiya buka suara.
"Nee, bagaimana kehidupanmu di Seirin? Menyenangkan kah?" tanyamu antusias.
"—aku yakin kau tak akan bisa—"
Kiyoshi menjawab, "Menyenangkan sekali. Aku punya teman-teman yang baik, juga adik kelas yang manis—pokoknya asyik deh. Kau sendiri bagaimana—di Kirisaki Dai Ichi?"
"Disini juga seru, aku ikut klub—"
Brakk. Hanamiya memukul meja. "Permisi, kami ada tugas yang mesti diselesaikan. Bisakah kau tak mengganggu?" Suara menyebalkan itu menginterupsi percakapan kalian. Cih—dasar perusak momen. Kau menahan diri untuk tidak men-death glare dan menonjok orang ini.
"Ahaha, maaf sudah menganggu. Aku akan pergi, tapi sebelumnya—ayo bertukar nomor, [Name], supaya kita bisa mengobrol lagi."
Matamu langsung berbinar dengan perasaan senang yang membuncah. "Baik!"
Kalian bertukar nomor, kemudian Kiyoshi berpamitan padamu dan Hanamiya.
Setelah ia menghilang di balik pintu, kau langsung meloncat-loncat girang sambil memekik pelan—yang sebenarnya sedari tadi ingin kaulakukan. Ponsel kauangkat tinggi-tinggi—di bayanganmu benda kecil itu mengeluarkan cahaya berkilau. Tatapan aneh dari para pengunjung tak kauindahkan.
Sementara itu, Hanamiya memijit keningnya. "Memalukan sekali, orang-orang pasti berpikir kalau aku kencan dengan gadis aneh seperti ini. Cepat selesaikan tugas ini agar aku bisa segera pulang."
"Oke~" Senyum sejuta dollar terpancar di wajahmu—terima kasih tuhan, telah memberiku rejeki nomplok di sore hari begini.
Hanamiya tampak bad mood dengan wajah tertekuk kesal lantaran kehadiran Kiyoshi—musuh bebuyutannya—tadi, berkebalikan denganmu yang sedang terbang di angkasa sekarang. Senyuman tak luput dari wajahmu, tak sabar lagi untuk SMS-an dan teleponan dengan Kiyoshi.
"Apa perlu kuberi tahu pada Kiyoshi kalau gadis aneh ini sebenarnya menyukainya?" Hanamiya menyeringai padamu.
"Whoa—ja-jangan!"
.
.
.
TBC
.
A/N: Entah ide darimana ini. HanamiyaxreaderxKiyoshi, gereget. Triangle love ajaib ini mah XD Hanamiya yang masuk jajaran atas karakter menyebalkan bagi saya dan Kiyoshi yang maji tenshi alias malaikat banget.
Niatnya ini akan jadi romance-comedy yang ringan, jadi plotnya bakal rada ngehe. Ke-IC-an juga tak dijamin.
Mind to review? ^_^
