Static

.

Pandora Hearts © Jun Mochizuki

This fic © Aline no Tandoku

.

Chapter 1: Echo

Gadis itu melangkah pergi dari kamar tuannya. Ia sudah tidak diharapkan lagi, bukan? Tuannya itu lebih menyukai Zwei, kepribadian gandanya. Langkah kakinya semakin lama semakin berat setelah memikirkan hal itu. Setelah kematian seluruh anggota keluarga Nightray, kenyataan pahit tentang Oz, dan kenyataan bahwa Reo adalah seorang Glen Baskerville membuat kepalanya sakit. Keadaan berubah, tapi ia sama sekali tidak berubah. Ia masih tetap sama. Hanya seorang pelayan bernama Echo.

Kakinya berhenti di depan pintu ruangan tuan barunya. Akhir-akhir ini sering terdengar jeritan atau tangisan dari dalam sana. Ia sudah menduganya—Reo tidak mau menjadi Glen Baskerville. Pasti rasanya sulit untuk menghadapi kenyataan bahwa Elliot telah mati dan di tubuhnya bersemayam jiwa Glen, yang berarti ia sekarang menjadi musuh dari teman baiknya, Oz. Sesaat ia ragu untuk masuk, tapi akhirnya ia memberanikan diri. Ia membuka pintunya, kemudian masuk perlahan-lahan kedalam kamar.

"Glen-sama," panggilnya pelan. "Glen-sama, ada yang bisa Echo bantu?"

Orang yang dipanggil menengok kearahnya. Bekas air mata masih terlihat jelas di pipinya—jelas sekali ia baru habis menangis. Rambutnya berantakan seperti habis dijambak. Matanya yang berwarna ungu dengan sinar keemasan itu terlihat sedih dan menderita. Sesaat ia tidak dapat membedakan pemuda itu dengan pemuda yang sama sebelum dia menjadi seorang Glen. Persis seperti saat ia mengetahui bahwa teman terbaiknya telah pergi.

"Oh, kau," kata Reo kasar. "Tidak ada yang bisa kaubantu, maaf. Kecuali kalau kau bisa mengembalikan orang yang telah mati." Dan segalanya menjadi jelas sekarang. Ia memang sedang merindukan Elliot Nightray.

"Ya, Glen-sama. Echo tidak bisa, Glen-sama."

"Jangan panggil aku Glen!" bentak Reo tiba-tiba. Air mata kembali menetes dari pelupuk matanya. "Aku bukan Glen! Aku Reo! Kenapa semua orang memanggilku 'Glen-sama' sementara mereka dulu menyebutku anak aneh?" pemuda berambut hitam itu menyeka air matanya dengan bajunya yang sudah kotor. "Dan kau juga. Kukira kau tidak, tapi ternyata iya. Kukira kita dulu sama-sama pelayan keluarga Nightray," sindirnya. Echo berjengit.

"Vincent-sama menyuruh Echo untuk memanggil Anda 'Glen-sama'," jelasnya kepada Reo, berharap lelaki itu mengerti.

"Vincent? Pria yang heterochromia itu?" Reo mengerutkan kening, tampak berpikir. "Ah, ya… dia tuanmu, kan, Echo? Kenapa kau tidak bersamanya sekarang?" nadanya menjadi lebih lembut, hampir seperti nada biasanya dulu saat berbicara dengan Echo.

Echo merasa ada sesuatu yang menusuk jantungnya. "Tuan… tidak memerlukan Echo lagi," bisiknya sedih. "Tuan Vincent lebih suka kepada Zwei, kepribadian ganda Echo…"

Tanpa di duganya, Reo tertawa parau. "Apa maksudmu, Echo? Kau dan Zwei itu sama-sama satu tubuh, kan? Apakah kau berpikir Vincent tidak memperlukanmu hanya karena ia lebih menyukai Zwei? Itu hal terbodoh yang pernah kudengar. Kalian kan masih satu tubuh," ekspresinya yang tadinya sudah agak ceria kembali menjadi muram. "Andai Elliot masih hidup."

"Gle—Reo-sama, Echo yakin Elliot-sama juga merindukan anda," Echo buru-buru menenangkan. "Dan Reo-sama—"

"Reo-sama?" wajah Reo berubah menjadi jijik. "Sejak kapan aku menjadi tuanmu, Echo?"

"E-eh… anda tidak memperbolehkan Echo memanggil anda Glen-sama…"

"…tapi bukan berarti aku mengizinkanmu untuk memanggilku 'Reo-sama'," lanjut Reo. "Coba pikirkan bagaimana reaksi Elly kalau dia mendapatimu memanggilku seperti itu sekarang, Echo-sama?"

Echo berjengit lagi. "Echo bukan—Echo bukan!" serunya langsung. "Echo bukan majikan anda, Re-Reo-sa—"

"Jangan gunakan kata '-sama' dibelakang namaku!" jerit Reo.

"B-baik, Reo…"

Reo meletakkan kepalanya keatas lengannya. Rambutnya yang beratakan langsung menutupi seluruh tangannya. Posisinya sama seperti Oz saat bertemu dengannya dan Elliot di Latowidge—kaki ditekuk rapat dan didekatkan ke perut, tangan diatas lutut, dan kepala diatas lengan. Posisi seperti itu ternyata memang lumayan menenangkannya. Setidaknya ia tidak perlu takut untuk menyadari ada orang yang melihatnya sedang menangis kalau ia sedang menangis. Pantas saja anak blonde itu menyukainya.

"Aku tidak mengerti," katanya tanpa sadar. "Kenapa semua orang dari dulu menganggapku anak aneh… semuanya tidak masuk akal. Tampaknya kehidupan Glen sebelumnya lebih berwarna. Kalau aku? Setengah hidupku telah kuhabiskan untuk menerima ejekan-ejekan dari anak-anak menyebalkan itu setidaknya sebelum ibuku meninggal. Kemudian aku dibawa ke penampungan itu—Rumah Fiana. Sepertinya hal yang paling indah dalam hidupku adalah saat aku sedang membaca buku dan bermain piano bersama Elliot." Ia mendesah. "Dan sekarang tambah parah. Aku tidak baik untuk menjadi seorang pemimpin, kau tahu. Aku… aku… aku membenci para Baskerville itu. Mereka menuruti perintah Glen tanpa berpikir dua kali. Sungguh orang-orang yang bodoh. Andai aku menyuruhnya membunuh diri mereka sendiri dengan berpura-pura menjadi Glen sebelumnya, mungkin mereka sudah mati sekarang."

"Kalau begitu kenapa tidak kau lakukan saja?" tanya Echo, kaget sendiri karena keberaniannya yang tiba-tiba. Walaupun ia tidak begitu menyukai Baskerville, kan tetap saja Zwei serta Vincent adalah bagian dari Baskerville.

"Tidak akan ada gunanya, bukan? Mereka orang-orang yang terpilih oleh Abyss. Bodoh sekali kalau membuang darah Baskerville karena keinginan egoisku itu."

Mereka berdua terdiam sejenak.

"Reo, sepertinya Echo harus pergi," kata Echo pamit diri.

"Kemana?"

"Ke… tempat tuan Vincent, mungkin."

Di luar dugaannya, Reo tersenyum setelah sudah lama sekali ia tidak tersenyum. "Ya, kembalilah ke Vincent. Kalau kau mau curhat atau apa, pintu kamarku selalu siap sedia untuk menerima ketukanmu," ia terdiam beberapa detik, "dan terimakasih karena telah memanggilku 'Reo'."

Dan tak lama setelahnya, pintu kamar tersebut ditutup.