Ini... fanfic multichaptered pertamaku... (sebenernya bukan, yang pertama itu bener-bener gagal, jadi gue bikin account baru buat bikin fanfic yang bener-bener bener. Anyway, abaikan kalimat yang ada di dalam tanda kurung ini, makasih) Beware of OOCness (gak OOC banget kok, tenang aja) sama keganjilan yang ada di fanfic ini. Fanfiction ini dibuat dengan campuran bahasa yang benar-benar baku dan yang 'gaul' sekarang (apalah itu, whatever lah kalian mau bilang apa ._.) serta sedikit bubuk kegilaan seorang frik (baca: freak) a.k.a. author aneh bin gaje dan berbagai hal-hal aneh di sekitar author. Sekali lagi, awas... awas... AWAS!
Disclaimer: Gakuen Alice belongs to Higuchi Tachibana, but this fanfiction belongs to me! ^^v
A Lost Buried Feeling
Chapter 1
Fate
Normal POV
"Mmmmmm pagi yang indah! Saatnya man- HAH? UDAH JAM SEGINI? BAGAIMANA INI? Kalau aku telat bisa ditabok Jin-jin! Harus mandi cepet nih aduuh…"
Itulah sepintas kata yang diucapkan sang pemilik rambut brunette ikal yang bernama Mikan Sakura, gadis biasa berumur 17 tahun yang bersekolah di Alice Academy, sebuah akademi bagi orang-orang terpilih yang memiliki kekuatan bernama Alice. Ia langsung berlari ke kamar mandi dan mandi secepat bebek. Selesainya mandi dia langsung mengambil dan memakai seragam kesayangannya, lalu mengambil converse favoritnya.
Teng teng teng…
"Ayo cepetan dong Mikan Sakura, kamu pasti lebih cepat dari ini, kau tidak dengar bel tadi? Buruan!" gumamnya sambil mengambil sepotong roti dan berlari keluar kamar asramanya.
.
Dia menghentikan langkahnya.
.
"Oh iya aku lupa!" teriaknya panik. Ternyata dia lupa membawa tasnya. Setelah meraih tas domba berwarna putih kekuningan itu, ia menatap foto orangtuanya. Dengan wajah yang berusaha melawan air mata yang akan jatuh ke pipinya itu, dia berkata, "Ayah, Ibu, aku pergi dulu ya. Jaga diri kalian di sana baik-baik. Aku sayang kalian." Tanpa sadar air matanya jatuh, tanpa alasan. Mungkin satu-satunya alasan yang tepat adalah kematian orangtuanya yang begitu cepat.
Sambil mengigit sepotong roti yang dia ambilnya tadi ia berusaha memakai conversenya itu. Tetapi, baru selesai memakai sepatunya sebelah bagian, bel yang menyadarkannya tadi itu berbunyi lagi.
Teng teng teng…
Setengah perjalanan sudah ia lalui, dalam keadaan roti digigit di mulutnya ia masih berusaha memakaikan sepatunya di bagian lain.
"Aduuuuh kenapa sih ini sepatu sulit sekali dipakai?" keluhnya sambil menenteng kaki dan sepatu yang nyaris dipakainya sambil berlari menuju gedung SMA, tepatnya kelas XI-1. Merasa sukses memakai sepatunya, dia berlari secepat mungkin yang ia bisa.
"Oi, Polka!"
Sambil menatap lurus tujuannya sambil mengunyah roti yang ada di mulutnya itu tanpa menyadari ada yang memanggilnya dengan sebutan 'Polka'. Ia terus berlari menuju tujuannya, tentu saja dengan muka paniknya itu.
GREEEEK!
"Hhhhh. Hhhh. Hhhhh. Huft. Gak telat ternyata," serunya.
BAKABAKABAKA!
"AAAAAAA HOTARU! Kejam sekali kamu! Pagi-pagi sudah memukulku dengan baka-gunmu! Pipiku jadi sakit tahu…" teriaknya. Pagi itu kelas masih sepi, hanya Hotaru saja yang sudah datang ke kelas. Tentu saja tidak akan ada yang kaget jika Mikan membuka pintu itu keras-keras, kecuali Hotaru yang menatapnya dingin.
"Kamu yang bodoh! Tahu sekarang jam berapa? Jam 06.00! Kita masuk Jam 08.30!"
Sambil menatap jam tangan kesayangannya yang berwarna hitam bercampur crimson dipinggirannya, dia tertawa sendiri.
"Ahahaha memang aku yang bodoh. Maafkan aku, Hotaru. Aku telah mengganggu pagimu. Tapi… kenapa tadi belnya berbunyi?" sahutnya polos.
"Kau lupa ya? Bel itu untuk membangunkan orang bodoh seperti kamu yang biasanya terlambat terus," sahutnya sambil tersenyum. Ya, senyumnya itu tak bisa membuat Mikan menghentikan aksinya. Memeluknya. Memeluk 'The Gorgeous Ice Queen' Hotaru.
"Tch. Lepaskan bodoh."
BAKABAKABAKA!
Baka-gun Hotaru kembali mengenai pipi sang brunette.
"Uuuuh. Sakit Hotaru..."
Hening. Benar-benar hening. Tak ada percakapan yang bisa dimulai di antara mereka berdua. Dan bising. Bunyi besi yang di las itu membuat kelas itu benar-benar bising.
Mikan's POV
Uuh pagi yang menyebalkan! Pelajaran belum dimulai saja sudah kena pukulan Hotaru, mana sakit sekali pukulannya. Rasanya gigiku mau patah. Tapi ada untungnya juga sih aku datang kepagian. Setidaknya bisa melihan temanku yang satu ini bekerja. Entah kenapa melihatnya seperti itu diriku menjadi tenang.
Memang sudah nasib. Nasib menentukan aku datang kepagian. Ternyata weker dan jam tanganku lebih cepat dua setengah jam. Hmph. Menyebalkan. Membosankan. Apa yang harus kulakukan sekarang? Tidur? Main laptop? Oh ya ampun, aku lupa membawa iPhone dan laptopku! Sialnya hari ini. Tidak mungkin aku kembali lagi ke asrama yang begitu jauhnya. Ah! Untungnya aku membawa blackberry kesayanganku. Untungnya… .Kalau dipikir-pikir, bel yang tadi itu tidak terlalu keras. Masa sampai kedengaran ke asrama? Lebih lagi belnya dua kali. Apa aku tidak salah dengar?
Ngomong-ngomong tentang salah dengar, di jalan tadi itu ada yang memanggilku ya? Kalau tidak salah dia memanggilku dengan sebutan… Polka! Ya, POLKA! Siapa yang berani memanggilku dengan sebutan itu selain orang itu? Tunggu. Masa orang itu yang memanggilku… mustahil. Itu tidak mungkin. Lagi pula dia kan sudah tidak di akademi ini lagi. Tapi kalau dia kembali lagi… Tidak tidak tidak! Itu tidak mungkin. Sudahlah Mikan, jangan memikirkan hal yang tidak-tidak. Tapi… sudahlah. Tidur saja, kelas kan dimulai masih lama. … . Cih. Gak bisa ternyata. Ya sudahlah, melamun saja sampai kerasukan makhluk lain.
2 jam kemudian
"Selamat pagi, Sakura-san!"
"Ruka-pyon! Selamat pagi juga!" kataku sambil tersenyum kepadanya. Dia, Ruka Nogi, pemilik rambut pirang indah dan mata biru, satu-satunya orang yang digila-gilai para siswi di akademi dan pacarku inilah yang membuyarkan lamunanku.
"Apa yang kau lamunkan, Sakura-san?" tanyanya polos.
"Ah, bukan apa-apa kok, Ruka-pyon."
"Benarkah? Wajahmu itu sama sekali tidak memberikan kesan bukan apa-apa. Apa yang terjadi? Kalau ada masalah, ceritakan saja padaku,"
Seluruh anak yang mendengar kata Ruka di kelas ini menatapku tajam dan sebagian anak terlihat… cemburu kepadaku? Astaga. Aku jadi semakin merasa bersalah kepada mereka. Tapi itu urusan mereka sebab,…
"Hei Mikan, kau mendengarku tidak?" suaranya membuyarkan lamunanku lagi.
"D-dengar kok. ...Apa? Tadi kau memanggilku apa?"
"….Mikan. Apa perbuatanku ini salah? Tidak apa-apa kan kalau aku memanggilmu dengan nama itu?"
"Tentu saja! Kamu kan pacarku," sahutku tanpa basa-basi.
Merasa senang, dia memelukku erat. Tepat di depan semua murid di kelas ini. Sejauh penglihatanku, beberapa menganggap hal ini 'so sweet' apalah itu, tetapi sebagian lagi… yah, dengan muka geram memanas dibakar api cemburu itu mereka melihatku. Melihat itu, baru kusadari betapa beruntungnya aku memiliki pacar sebaik Ruka, mungkin aku adalah orang paling beruntung di dunia ini.
Sambil tetap memelukku dia berkata, "Terima kasih, Mikan." Tanpa kusadari aku memeluknya kembali. Aku memang orang yang beruntung. Tapi masih ada sesuatu yang kurang, aku tak tahu apa itu.
Panda panda pyon~!
Astaga. Handphone-ku mulai bertingkah. Ruka langsung melepaskan pelukannya yang erat itu.
"Maaf, aku keluar sebentar ya, Ruka-pyon."
"… bisakah kau memanggilku Ruka saja? Tak usah pakai embel-embel begitu."
"Baiklah kalau itu maumu, Ruka." Sambil tersenyum kepadanya aku keluar ruangan dan melihat layar blackberryku yang mengganggu adegan pelukan tadi. Ternyata ada SMS masuk. Langsung kubuka pesan singkat itu.
.
Monday Feb 28, 2011 08.26 AM
From:+62878xxxxxxxx
Body:Hai Polka. Masih ingat padaku?
Reply this message
.
Bohong. Ini pasti bohong. Mustahil dia kembali ke akademi ini. Tapi bagaimana bisa dia kembali ke sini? Jadi tadi itu bukan khayalan semata? Cukup! Jangan berpikiran yang tidak-tidak, Mikan. Mungkin ini hanya orang iseng yang biasanya menggangguku. Baiklah, untuk kali ini akan kubalas. Akan kutanya 'siapa kau?' . Mudah-mudahan bukan orang itu.
Panda panda pyon~!
Cih! Berisik sekali ini handphone! Apa lagi ini? SMS?
.
Monday Feb 28, 2011 08.28 AM
From:+62878xxxxxxxx
Body:
Tidak ingatkah kau padaku Polka? Padahal tadi aku memanggilmu saat kau berlari ke gedung itu.
Reply this message
.
Okay, now I'm freezing right here. Melihat balasannya, aku yakin kalo ini adalah orang itu. Tidak salah lagi. Suara yang kukenal tadi itu memang tidak salah. Sekarang aku tidak ragu lagi. Tapi, bagaimana jika ia bertemu denganku sekarang? Denganku yang sudah seperti ini? Sudahlah, aku tidak peduli. Mendingan aku kembali ke kelas saja, lebih tenang dan tentram. Sepertinya aku harus meng-silent handphone-ku yang berisik ini.
Drrt drrt drrt.
What the—? SMS lagi?
.
Monday Feb 28, 2011 08.28 AM
From:+62878xxxxxxxx
Body:Sebentar lagi kau akan bertemu lagi denganku. See ya, Polka.
Reply this message
.
Glek. APA? Apa aku tidak salah baca? Mustahil! Dia mau masuk akademi ini lagi? Tapi bagaimana caranya? Apa yang harus kulakuka—
GREEEEEK!
"Astaga!" teriakku.
Semua kaget, kecuali Hotaru yang sibuk dengan pekerjaannya. Ternyata pintu geser yang sudah karatan itu masih bisa mengeluarkan suara sekencang itu. Lalu dari pintu karatan itu masuklah dua orang yang sudah dikenali para murid kelas ini. Siapa lagi kalau bukan Narumi-sensei dan… Kakitsubata-senpai? Kok ada senpai sih? Memang hari ini ada sesuatu yang spesial? Apa jangan-jangan…
PLOKPLOKPLOK!
"Kembali ke tempat!" perintah senpai sambil menepuk tangannya itu dengan timbre-alicenya yang tidak bisa ku-nullify, sebenarnya aku tidak berniat me-nullify-kan alice senpai. Lagipula—
"Sekarang kau bisa bicara dengan tenang, Narumi-sensei."
Astaga, kepotong kan. Jadi lupa tadi aku mau bilang apa.
"Terima kasih Yamanouchi. Nah anak-anak, sekarang saya akan mengenalkan kepada kalian anak baru. Mungkin sebagian dari kalian sudah mengenalnya dulu karena dia adalah mantan murid SMP di sini. Tetapi bagi kalian yang belum mengenalnya, bisa mengenalnya lebih dekat jika kalian sudah berbicara dengannya. Masuklah…"
Tap tap tap…
Langkah tersebut membuatku merinding, sampai aku harus memalingkan wajah anak baru yang baru masuk ke kelas ini. Anak baru? Apakah benar dia itu anak baru bagiku? Mungkin bukan orang itu. Mudah-mudahan bukan…
"Silahkan memperkenalkan dirimu!" kata Narumi semangat.
Perlahan aku membuka mataku dan aku tidak percaya apa yang baru saja kulihat. Orang itu. Dia kembali. Langsung saja aku menutup mataku dan pura-pura tidur.
"Perkenalkan, namaku Natsume Hyuuga,"
Tuh kan benar! Orang itu! Natsume Hyuuga! Satu-satunya orang termesum yang pernah kukenal! Aku nyaris tidak percaya apa yang kudengar barusan. Sambil memasang pose pura-pura tidur, aku tetap mendengarkan pengenalan dirinya itu.
"17 tahun, sama dengan kalian. ... .Untuk teman-teman lamaku di SMP yang ada di sini, apa kabar? Dan untuk yang belum mengenalku, salam kenal."
Ohmaigat. Bohong! Apa itu benar-benar dia? Sopan sekali dia berbicara. Mungkin dia sudah beruba— Tunggu! Mikan bodoh! Mana mungkin orang seperti itu berubah? Lihat saja caranya berkata di SMSnya! Huh menyebalkan! Orang itu benar-benar membuatku stress. Lebih baik tidur saja.
Normal POV
5 menit kemudian setelah perkenalan
"Sepertinya Mikan benar-benar tertidur, sebaiknya aku membiarkannya begini saja," gumam Ruka, yang duduknya bersebelahan dengan Mikan.
Narumi terlihat sedang mencari tempat duduk yang cocok untuk seorang Natsume Hyuuga ini.
"Nah Natsume, sekarang kamu bisa memilih dimana tempat kamu duduk. Kamu bisa duduk di sebelah Shouda atau Tobita atau—"
"Di sebelah Polka." potongnya.
"Polka?" Tanya Narumi heran.
Mikan's POV
Panggilan 'Polka' yang menyebalkan itu mulai terdengar di telingaku lagi.
"Oi, Ruka,"
"Natsume! Apa yang terjadi denganmu baru-baru ini? Kenapa kau kembali lagi ke akademi ini?"
"Ceritanya panjang, Ruka. Sekarang bolehkah aku duduk di sebelahmu dan Polka?"
Apa? Terdengar lagi?
"Tentu saja!"
"Yo, Polka," suara ini… sangat tidak asing bagiku. Suara ini membangunkanku dari tidur siangku. Lalu aku harus bilang apa ke dia kalau aku sudah pacaran sama Ru—
"Ckck. Masih polka-dot ternyata! Kau tidak berubah sama sekali, Polka."
ASTAGA. Baru kusadari kalau dia MEMBUKA ROKKU!
"KYAAAAAAAAA NATSUME!" teriakku dengan amarah yang sangat hebat, sampai menghebohkan seisi kelas.
"Hahaha, ternyata kau masih ingat namaku ya, Polka,"
"Mau apa kau? Berhenti memanggilku Polka! Sekarang aku sudah 17 tahun. 17 TAHUN! Aku sudah bukan anak-anak lagi! Sekali lagi, berhentilah memanggilku dengan sebutan Polka! "
Aku membentaknya. Ya. Tanpa kusadari aku membentaknya. Inilah pertama kalinya aku membentaknya seperti itu. Penuh dengan amarah.
"Memangnya kenapa? Itu kan hakku memanggilmu dengan sebutan Polka."
"Memangnya kau tahu apa tentangku? Jangan seenaknya memanggilku Polka! Lagipula sekarang kau sudah tak berhak memanggilku seperti itu lagi!"
"Apa maksudmu?"
Gawat. Keceplosan. Sial. Aku harus ngomong apa sekarang?
"Karena dia pacarku."
Kehebohan itu mendadak berubah menjadi sebuah keheningan yang benar-benar hening.
TO BE CONTINUED.
*Kakitsubata-senpai (Shizune Yamanouchi) di sini setahun di atas Mikan dkk. Jadi, jangan sampai bingung kawan.
Chapter ini kok kayaknya pendek amat ya... uh... aneh kan kan kan kan? Emang sih, dasar authornya aneh makanya fanficnya ikutan aneh. Tau deh pokoknya review! I really really need your help! Review review review review review saya lapar sama review kalian (kok?) *ditimpukin tomat sama readers*
