Annyeong!

Hyuna Disini…

Kali ini aku bawa FF buatan oenni aku..

Dia ga punya akun FFN

Jadi aku yang publish di akun FFN aku..

Heheheheehe

Ini FF pernah di publish di FBnya yona oenni

Tapi gak pernah update semenjak chapter 5 dirilis (?)

Oleh karena itu bantu aku buat ngehantui (?) FB yona oenni buat nerusin FFnya!

Sudahlah daripada banyak basa-basi

HAPPY READING

DON'T LIKE DON'T READ

FF/BIJIN ACADEMY/KYUSUNG

Chara : Yesung, Kyuhyun, Ryeowook, dan yang lainnya menyusul

Genre : Yaoi, Fantasy, Brothership, Romance, etc.

Disc : Yesung and Kyuhyun belong to each other.

Warning : BL, Un-official Pair, aneh, alur maksa, etc.

A/N : Adapted from Vampire Academy ( I'll make some modification on the plot)

Summary : Di balik gerbang kokoh Akademi Bijin terdapat rahasia besar. Akademi tersebut bukan sekolah berasrama biasa. Di tempat itu para Pure-Vampir dididik dengan ilmu sihir, sementara para Half-Vampir dilatih untuk melindungi mereka.

Kim Yesung adalah Half-Vampir yang bertugas melindungi sahabat karibnya, Kim Ryeowook, seorang pangeran dari kaum bangsawan. Selama dua tahun mereka melarikan diri. Namun akhirnya mereka tertangkap lalu diseret kembali ke Akademi Bijin-yang sebenarnya adalah tempat paling berbahaya…..

Yesung POV

Aku merasakan ketakutannnya sebelum mendengar jeritannya.

Minpi buruknya berdetak ke dalam diriku, menguncangku keluar dari mimpiku sendiri

Aku terbangun, dengan helaian rambut berwarna coklat yang menempel di kening.

Ryeowook berbaring di tempat tidurnya sambil menendang-nendang dan berteriak. Aku bergegas turun dari ranjangku sendiri, dan cepat-cepat menghampirinya

"Wookie," kataku sambil menguncang tubuhnya. "Wookie,bangun."

Jeritannya langsung hilang, digantikan oleh gumaman pelan. "Kangin Hyung," erangnya.

Aku membantunya duduk. "Wookie, kau sudah tidak disana ."

Setelah beberapa saat, mata Ryeowook membuka. Napasnya yang memburu mulai tenang dan Ryeowook menyandarkan tubuhnya kepadaku, meletakan kepalanya dibahuku. Aku memeluk sambil mengusap-usap rambutnya.

"Tenanglah," aku berkata lembut. "Semuanya baik-baik saja"

"Aku mimpi itu lagi"

"Yeah, aku tahu."

Kami duduk seperti itu selama beberapa saat, tidak mengucapkan apa pun. Ketika merasakan luapan emosinya sudah mulai mereda, aku menuju meja di samping tempat tidurku dan menyalakan lampu.

"Kapan terakhir kalinya kau makan?" aku bertanya sambil memperhatikannya. Wajah Ryeowook tampak lebih pucat dari biasanya. Ada lingkaran gelap menggantung di bawah mata namja itu, sementara tubuhnya terlihat rapuh . Minggu ini sekolah sangat sibuk, dan aku tidak ingat kapan kali terakhir aku memberi darah kepadanya. "Sepertinya sudah…. Lebih dari dua hari, ya kan? Atau tiga? Kenapa kau tidak bilang?"

Ryeowook menggendikan bahu dan menghindari tatapanku.

"Kau sibuk, Yesung Hyung. Aku tak mau-"

"Omong kosong" aku berkata sambil menggeser ke posisi yang lebih baik. Pantas saja Ryeowook terlihat sangat lemah. "Ayo, kita lakukan sekarang."

"Yesung Hyung-"

"Ayolah, kau akan merasa baikan."

Aku memiringkan kepalaku. Sejenak kulihat dia bimbang, tapi godaan saat melihat leherku dan apa yang ditawarkannya terbukti terlalu kuat untuk dilawan. Ekspresi lapar telintas pada wajah Ryeowook, dan bibirnya sedikit membuka, memperlihatkan taring-taring yang biasa dia sembunyikan saat hidup di tengah manusia. Taring itu sangat bertolak belakang dengan keseluruhan figurnya. Dengan wajah polos dan imutnya, Ryeowook lebih menyerupai seorang anak kecil daripada Vampir.

Saat gigi-gigi Ryeowook mendekati kulit leherku, aku merasakan jantungku berpacu dalam campuran rasa takut. Taring-taring Ryeowook menggitku dengan keras, dan aku sedikit menjerit saat merasakan sengatan rasa sakit yang singkat itu.

Ryeowook menarik diri dan mengusapkan tangan pada mulut seraya mengamatiku. "Hyung, kau baik-baik saja?"

"Aku….yeah". aku berbaring di tempat tidur, merasa pusing akibat kehilangan darah. "Aku hanya butuh tidur untuk memulihkannya. Aku baik-baik saja"

Mata Ryeowook yang berwarna caramel mengawasiku dengan cemas. Dia berdiri. "Aku akan mengambilkanmu makanan Hyung"

Aku bermaksud untuk mencegahnya, tapi sulit untuk berkata-kata, dan Ryeowook sudah keluar dari kamar sebelum aku sempat mengucapkan sepatah kata pun. Akhirnya aku memalingkan kepala dan melihat kearah jendela kamar.

Rumah tempat kami menyewa kamar selama delapan bulan terakhir ini terletak di sebuah jalan perumahan yang dipenuhi rumah-rumah tua. Di seberang, terdapat lampu jalan yang berkedip-kedip dan nyaris mati. Namun sinarnya masih dapat membuatku membedakan bentuk mobil dan bangunan. Aku bisa melihat pepohonan serta semak-semak yang ada di halaman rumah.

Dan seorang laki-laki yang sedang mengawasiku

Aku tersentak terbangun karena kaget. Suatu sosok sedang berdiri di dekat pohon dihalaman, jaraknya sekitar 9 meter, dan dari sana dia bisa melihat kedalam melalui jendela dengan mudah .

Bayang-bayang menyembunyikan laki-laki itu dengan sangat baik. Bahkan dengan penglihatanku yang melebihi rata-rata ini pun, aku tak bisa melihat wajahnya sama sekali kecuali postur tubuhnya. Laki – laki itu sangat tinggi. Sangat tinggi. Selama sesaat dia tetap berdiri disana, nyaris tak terlihat. Kemudian dia mundur dan menghilang ke balik bayangan pepohonan yang ada di ujung halaman. Aku cukup yakin diriku melihat ada orang lain bergerak di dekat sana, dan dia bergabung dengan laki-laki tadi sebelum akhirnya kegelapan menelan mereka berdua.

Seraya terbangun dari kasur, aku mengambil celana jins yang kutemukan di lantai dan hampir saja terjatuh saat memakainya. Begitu selesai, aku meraih mantelku dan mantel Ryeowook, juga dompet kami. Aku memakai sepatu pertama yang kulihat dan bergegas menuju pintu.

Di lantai bawah, aku menememukan Ryeowook di dapur, sedang mengaduk-aduk isi lemari es. Ryeowook menyapaku dengan kaget.

"Harusnya Hyung tetap tiduran"

"Kita harus pergi. Sekarang"

Mata Ryeowook membelak, lalu sesaat kemudian dia memahaminya. "Apa Hyung … sungguh? Apa Hyung yakin?"

Aku mengganguk, tak bisa menjelaskan bagaimana aku bisa yakin. Aku tahu begitu saja

"Ayo," kataku kepada Ryeowook. "Kita harus segera pergi."

Kami melangkah ke luar rumah. Aku masih merasa pusing akibat gigitan Ryeowook dan terus-terusan tersandung, sehingga tak bisa bergerak secepat yang kuinginkan. Ryeowook terpaksa memegangiku agar tidak terjatuh.

"Hyung ….. apa yang akan kau lakukan jika mereka berhasil menangkap kita?" bisik Ryeowook

"Mereka tidak akan menangkap kita," kataku dengan tegas. "Aku takkan membiarkannya terjadi."

"Tapi kalau mereka menemukan kita-"

"Mereka sudah pernah menemukan kita sebelumnya. Saat itu mereka tak bisa menangkap kita. Kita naik mobil saja sampai stasiun kereta dan pergi ke Busan. Mereka akan kehilangan jejak."

Aku membuatnya terdengar mudah. Aku selalu begitu, meskipun sebenarnya tidak ada yang mudah dalam pelarian ini. Kami sudah melakukannya selama 2 tahun, bersembunyi dimana pun yang memungkinkan.

Ryeowook tidak mengatakan apa-apa lagi, dan aku merasakan keyakinan terhadapku kembali membuncah. Hubungan diantara kami selalu seperti ini. Akulah yang mengambil tindakan, yang memastikan semuanya dilakukan- terkadang dengan gegabah. Ryeowook adalah pihak yang lebih rasional , yang memikirkan segala sesuatunya, dan menyelidikinya secara mendalam sebelum bertindak.

Ryeowook dan aku sudah berteman sejak kecil. Saat itu ada seorang anak kecil menghampiriku sambil menangis mengatakan kepadaku bahwa boneka jerapah kesayangannya jatuh ke sungai dan memintaku untuk mengambilkannya.

Sejak saat itu, aku dan Ryeowook menjadi teman.

"Apa Hyung mendengarnya?" Tanya Ryeowook tiba-tiba

Beberapa saat kemudian, barulah aku mendengar apa yang sudah didengar oleh indra Ryeowook yang lebih tajam. Suara langkah kaki yang bergerak dengan cepat.

"Kita harus lari," aku memberitahu Ryeowook sambil meraih lengannya.

"Tapi Hyung tak bisa-"

"Lari,"

Tubuhku tidak ingin berlari setelah kehilangan darah. Aku memerintahkan setiap otot agar berhenti mengeluh dan bertopang pada Ryeowook saat kaki kami menghentak beton jalanan. Biasanya, aku dapat berlari menyusul Ryeowook tanpa kesulitan yang berarti. Tapi malam ini, Ryeowook-lah yang membuatku mampu berdiri tegak.

Suara langkah kaki yang mengejar kami terdengar semakin keras, semakin dekat.

Akhirnya, seorang laki-laki melangkah tepat kearah kami. Kami langsung berhenti dan aku menarik tangan Ryeowook agar berdiri dibelakangku. Itu dia,laki-laki yang kulihat sedang mengawasi kami dari seberang jalan. Usianya lebih tua dari kami berdua, mungkin sekitar awal dua puluhan. Dan tingginya memang seperti yang aku duga, Sangat tinggi. Jika situasinya berbeda -misalnya, saat dia tidak sedang menghalangi-halangi kami- aku pasti akan menggangap laki-laki ini sangat tampan. Rambut coklatnya yang ikal dan kulit yang berwarna pucat dan jangan lupakan matanya yang berwarna Hazel itu yang terus menatapku.

Namun ketampanannya sama sekali tidak berarti sekarang. Dia hanyalah seorang penghalang yang menghambat Ryeowook dan aku untuk mencapai kebebasan. Suara langkah kaki dibelakang kami mulai melambat, dan aku sadar para pengejar sudah berhasil menyusul. Dari samping, aku dapat merasakan gerakan lain, ada lebih banyak orang. Kami terkepung. Ya Tuhan, mereka mengirimkan nyaris selusin pengawal untuk membawa kami kembali. Sulit dipercaya. Sang Ratu pun tidak bepergian dengan pengawal sebanyak ini.

Akibat dorongan rasa panik dan tidak mengandalkan akal sehat, aku bereaksi berdasarkan insting. Aku merapat pada Ryeowook, memaksanya untuk tetap dibelakangku dan menghindar dari laki-laki yang kelihatannya adalah pemimpin dari mereka.

"Jangan ganggu dia," geramku. "Jangan sentuh dia"

Ekspresi pada wajah laki-laki itu tak terbaca, namun dia mengulurkan tangannya untuk menenangkanku.

"Aku tidak bermaksud untuk-"

Laki-laki itu maju satu langkah.

Terlalu dekat.

Aku menyerangnya, melakukan serangan yang selama dua tahun ini tidak pernah lagi kugunakan- sejak aku dan Ryeowook melarikan diri. Tindakan bodoh, salah satu reaksi yang timbul berdasarkan insting dan rasa takut. Dan sia-sia. Laki-laki itu adalah pengawal terlatih, bukan seorang pengawal muda yang tidak menyelesaikan pelatihannya sepertiku. Dia juga tidak berada dalam kondisi yang lemah dan nyaris pingsan.

Dan ya ampun….. dia gesit sekali. Aku lupa bahwa para pengawal sanggup bergerak secepat itu. Lupa bahwa mereka mampu bergerak dan menyerang bagaikan kuda(?). Laki-laki itu menjatuhkanku seperti sedang menepis kura-kura(?).

Tangannya menghantam dan membuatku terjengkang. Kurasa dia tidak bermaksud memukul sekeras tadi-mungkin dia hanya berniat untuk membuatku menjauh. Namun karena kurangnya kemampuanku untuk merespons serangannya. Aku terjatuh, terjerembab dalam posisi pinggul yang akan lebih dahulu "mencium" aspal jalanan. Rasanya akan sangat menyakitkan. Sangat Sakit.

Namun, ternyata tidak terasa apapun.

Secepat menepis seranganku tadi, laki-laki itu meraih tanganku, dan menahan tubuhku. Saat aku berhasil menyeimbangkan tubuhku, aku sadar bahwa dia sedang menatap mataku-lama-lama sekali.

Selama beberapa saat, mata Hazel lelaki itu masih menatap mataku. Aku membalas tatapannya dengan gugup sambil berusaha melepaskan diri dari cengkramannya. Dia melepaskan aku, meskipun aku tahu dia sanggup menahanku semalaman jika dia menginginkannya. Seraya melawan rasa pusing yang membuatku mual, aku mundur kearah Ryeowook lagi, dan mempersiapkan diri untuk melakukan serangan lain. Tiba-tiba tangan Ryeowook menahanku. " Yesung Hyung," kata Ryeowook pelan. "Jangan".

Awalnya kata-kata Ryeowook tidak mempengaruhiku sama sekali. Namun mengingat fakta bahwa kami tak punya harapan untuk menang, karena kalah jumlah dan kalah keahlian. Akhirnya aku sadar kalau melawan mereka saat ini merupakan perbuatan sia-sia. Ketegangan pada tubuhku berangsur menghilang, dan aku pun mengaku kalah.

Merasakan diriku menyerah, Laki-laki itu melangkah maju dan mengalihkan perhatiannya pada Ryeowook. Wajahnya terlihat tenang. Dia membungkuk pada Ryeowook dan berhasil terlihat anggun saat melakukannya. "Namaku Cho Kyuhyun," Laki-laki itu berkata. "Aku datang untuk membawamu kembali ke Akademi Bijin Yang Mulia Pangeran,"

T.B.C

REVIEW PLEASE…

Untuk yona oenni aku dah publis FFnya, sesuai kemauan oenni…

Sekarang aku mau BIJIN ACADEMY chapter 6

Wkwkwkwkw XD