"Aku BUKAN Kakak ku"
Disclaimer : Naruto tetap punya Masashi 'Sensei .
Author : Tetap Kirei Atsuka donk >. .
Moshi- moshi minna... Kirei Atsuka balik lagi nih dengan fict gajenya yang terdeteksi gaje stadium akhir*?*
Sekalian Ikut berpartisipasi dalam acara CBP (Come Back Planning) untuk memperbaiki fandom Naruto yang tercinta ini.
Ini fict multichap pertama saia,, diharap maklum kalau gaje, secara saia masih amatiran gitu...
Yasudlah... Enjoy it... ^^
Pemuda berambut emo menatap kakak lelakinya itu dengan tatapan bosan. karena sudah hampir 1 jam ia menemani kakak satu- satunya itu berlatih basket .
Bukan menemani ,menunggui tepatnya. karena ia tidak mahir bermain basket seperti kakaknya itu .
"Kakak ! ,sudah selesai belum latihannya ? Aku bosan" teriaknya dari sisi lain lapangan .
Sang kakakpun menoleh dan menghampiri adiknya itu "Kenapa ? Kau sudah bosan ya, Sasuke ?" tanyanya seraya mengacak-acak rambut adiknya, Sasuke.
"Hei . . Hei . . ! berhenti, mengacak-acak rambutku lagi, Kak I-TA-CHI" marah Sasuke dengan penuh penekanan. Itachi hanya tertawa kecil, "Begitu saja sudah bosan" ejeknya .
Sasuke memandang pemuda yang 3 tahun lebih tua darinya itu dengan kesal. "Bagaimana tidak bosan ? Dari tadi hanya kakak saja yang berlatih. Di sini, aku cuma jadi penonton saja huuhh . . " ungkapnya seraya menggembungkan kedua pipinya.
"Jadi, kau mau mencoba berlatih ? Ini ambillah" Sasuke menangkap bola yang di lemparkan Itachi padanya dan mendrible mengelilingi lapangan basket.
Sedangkan, Itachi hanya duduk dan beristirahat seraya meminum air mineral yang di berambut panjang itu hanya menggelengkan kepala melihat adiknya yang berkali-kali terjatuh saat mendrible bola, atau melihat kekesalan adiknya ketika bola yang ia lempar tidak masuk ke dalam ring.
"Hah . . Aku sudah muak !" ucap Sasuke kesal. Ia melemparkan bola basket itu entah kemana.
"Aduh !" teriak seseorang dari kejauhan. Itachi pun menoleh ke asal suara .Ia mendapati seorang pengendara sepeda tengah terjatuh dari sepedanya, serta bola basket miliknya yang tergeletak tidak jauh dari pengendara itu.
"Hey, kalau melempar bola itu jangan sembarangan !" marahnya seraya melempar bola itu ke arah lapangan basket. Itachi pun berdiri dan menangkap bola itu.
"Maafkan adik saya !" seru Itachi kepada pengendara itu.
"Ya baiklah. Tapi lain kali suruh adikmu itu berhati-hati !"
"Ayo, Sasuke minta maaf" suruh Itachi sambil menundukan kepala Sasuke secara paksa. "Iya, iya aku minta maaf" runtuknya kesal. "Maafkan aku ya paman" ujarnya dengan nada terpaksa.
Pengendara sepeda itu pun melanjutkan perjalanannya.
"Dasar kau ini !" Itachi menggelengkan kepalanya sambil menatap wajah Sasuke yang sedang memasang tampang innoncent.
"Ayolah, kakak. Santai saja, tidak perlu sampai segitunya" kilah Sasuke.
Itachi menjitak kepala Sasuke pelan. "Dasar bodoh. Kalau orang itu kenapa-kenapa bagaimana ? Kau ini selalu saja mencari masalah. Cepat, bawakan tasku sebagai hukumannya" perintah Itachi.
Karena merasa sebagai adik yang baik, Sasuke pun menurut. Walaupun di dalam hatinya, ia mengutuki sikap Itachi yang menyuruhnya seenaknya.
Sesampainya di kediaman keluarga Uchiha, Itachi menceritakan semua hal yang terjadi di lapangan basket, termasuk saat Sasuke di marahi oleh seorang pengendara sepeda akibat ke cerobohannya.
Uchiha Mikoto, ibu kedua pemuda Uchiha itu hanya tertawa kecil, "Sasuke... lain kali hati-hati ya," ucapnya seraya mengelus kepala Sasuke saat mereka bertiga tengah berkumpul di ruang keluarga.
"Dengar itu, Sa... su... ke..." tambah Itachi sok tua .
Sasuke menatap kedua orang itu dengan tatapan kesal. "Kalian selalu menganggapku seperti anak kecil," ucapnya kesal.
"Kau memang masih seperti anak kecil," balas Itachi. Seraya menjitak pelan dahi Sasuke.
"Sudah . . sudah jangan bertengkar," lerai Mikoto, ketika menyaksikan kedua putranya yang sedang berdebat hebat.
"Ah . . sudah aku mau ke kamar saja," ucap Sasuke kesal. Pemuda itu melangkahkan kakinya masuk ke kamar dan membawa toples cemilan itu bersamanya.
"Ya . . . ngambek tuh," ejek Itachi. Mikoto pun menepuk pundak Itachi pelan, "Kau tidak boleh begitu, Itachi. Adikmu itu cuma merasa kesal, karena ayah selalu membeda-bedakan kalian berdua." ucapnya lembut.
"Masa ?" tanya Itachi, tidak percaya.
Mikoto pun mengangguk, "Kemarin, saat makan malam. Ayah selalu membicarakanmu, kau tidak ingat ?"
Itachi tampak berpikir, "Sepertinya begitu." jawabnya singkat.
"Sudah. Pergi mandi sana, sudah sore." suruh Mikoto pada putra sulungnya itu.
Itachi pun menuruti perintah ibunya. Ia mengambil handuk merah miliknya dan segera masuk ke dalam kamar mandi.
Sepeninggal Itachi, Mikoto pun membereskan ruang keluarga yang tampak berantakan, akibat ulah kedua putranya itu.
Sementara itu, Sasuke yang berada di dalam kamarnya hanya memasang tampang suntuk, sambil menghabiskan cemilan yang di bawanya.
Begitulah, Sasuke. Jika ia sedang kesal, pasti cemilan rasa tomat itu yang jadi pelampiasan kekesalannya.
"Huh . . . . kenapa selalu Itachi yang di banggakan oleh ayah? Apa aku harus menjadi seperti Itachi agar ayah bisa bangga padaku ?" runtuknya kesal.
Tok . . . Tok . .
Pintu kamar Sasuke di ketok dari luar. "Siapa ? Masuk saja," jawabnya tidak bersemangat.
"Sasuke ,masih kesal ya ?" tanya si pengetuk, yang ternyata ibunya.
"Ibu? Ku kira ibu masih bersama Itachi ?" ucapnya masih dengan nada kesal. "Itachi sedang mandi," jawab ibunya. Seraya tersenyum manis. Sasuke pun akhirnya mau tersenyum karena melihat senyum ibunya yang begitu tulus.
"Ibu . . . kenapa ayah selalu membanggakan Itachi? Apakah aku ini payah ?" tanya Sasuke, ekspresi wajahnya tampak muram.
"Kenapa kau bicara begitu ? Ibu yakin. Ayah juga bangga padamu Sasuke. Kau kan pintar, tampan lagi," puji Mikoto. Seraya mengambil toples cemilan Sasuke yang telah kosong.
"Tapi . . . apa aku harus menjadi seperti Itachi agar ayah bangga."
"Kau tidak perlu menjadi seperti Itachi atau siapa pun. Kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri."
Sasuke pun mengangguk mengerti, menanggapi nasehat ibunya. "Ya sepertinya aku sudah mengerti."
"Apa ?"
"Besok, aku akan mendaftar menjadi anggota tim basket sekolah." ucap Sasuke bersemangat.
"Haahh . . " Mikoto menghela nafas panjang. "Sepertinya Sasuke belum mengerti apa yang ku maksud," batin Mikoto.
Ia mengelus kepala Sasuke pelan . "Mandi sana, sepertinya kakakmu sudah selesai mandi." suruhnya.
*Time Skip*
"Neji !" panggil Sasuke kepada pemuda berambut coklat yang sedang melintas di depan kelasnya.
"Apa ?" sahut Neji. Ia menghampiri Sasuke, "Eng . ." Sasuke menggaruk-garuk kepalanya bingung. Tampaknya ia sedang gugup.
"Cepetan ! Aku sedang sibuk." Neji melangkah pergi meninggalkan Sasuke. "Eh tunggu, aku cuma mau bilang. Aku mau masuk tim basket," cegah Sasuke.
"Apa hubungannya denganku ?" Neji menaikkan sebelah alisnya . "Kalau mau masuk, datang saja saat latihan." jawabnya.
"Kau kan kapten tim basket Konoha Junior, Neji." ucap Sasuke penuh penekanan. "Kenapa kamu bloon banget sih ?" gumam Sasuke. "Heh ? Siapa yang bloon ?" tanya Neji Kaget. "Bukan siapa-siapa," elak Sasuke.
"Kalau mau masuk tim basket, datang saja ke tempat latihan saat jam istirahat. Hari ini kami akan latihan bersama tim basket Senior," ucap Neji. Seraya berlalu.
"Ok, makasih Neji." ucap Sasuke sambil melambaikan tangannya pada Neji .Hingga beberapa orang memandangnya dengan tatapan aneh. Sasuke yang merasa malu, hanya bisa cengengesan tidak jelas.
Saat jam istirahat tiba, Sasuke pun mendatangi lapangan basket untuk mengikuti latihan pertamanya.
"Hai . . . Sasuke !" panggil seseorang. Ternyata yang memanggilnya adalah Kimimaru, salah satu anggota tim basket Konoha Junior.
"Wah jadi benar kau ingin masuk tim basket ?" tanya Kimimaru. Sasuke mengangguk. "Aku kan ingin bisa . . . "
"Sasuke ?" Itachi tampak kaget menyadari kehadiran adiknya di lapangan ini.
"Kakak ? Kau disini ?" Sasuke juga tak kalah herannya melihat Itachi.
"Iya . . Hari ini tim basket kami akan latihan bersama tim sekolah kalian," jelas Itachi.
"Ayo semuanya segera berkumpul. Kita mulai latihannya sekarang !" seru Pein, kapten basket Konoha Senior.
Semua anggota tim basket pun berkumpul di tengah lapangan, termasuk Sasuke yang merupakan anggota baru.
"Kau anggota baru ?" tanya Pein kepada Sasuke. Pein mengetahui hal itu karna hanya Sasuke yang tidak menggunakan seragam tim basket.
"Iya kak, aku anggota bantuannya." ucap Sasuke sopan.
Pein tampak berpikir, " um karna kau anggota baru, kau harus mengikuti latihan tambahan. Hidan bisa membantumu," ujarnya seraya menunjuk pemuda berambut perak yang sedang asyik dengan bola basketnya.
"Iya kak."
Sasuke pun mengikuti latihan tambahan yang di berikan Hidan. Namun tampaknya Sasuke kurang memiliki bakat pada bidang tersebut, pemuda bertampang emo itu pun akhirnya menghentikan latihannya dengan alasan lelah.
Sasuke lebih memilih menepi dan menonton latihan antara tim basket Konoha Junior dan Senior High school.
Ia pun terkagum-kagum dengan keahlian kakaknya dalam hal bermain basket. Sedangkan dia, mendrible bola basket saja dia belum benar.
*Time Skip*
"Bagaimana latihanmu ?" tanya Mikoto, saat Sasuke pulang ke rumah dengan wajah kusut.
"Suram," jawab Sasuke Singkat.
"Kenapa ?" tanya Mikoto heran.
"Bagaimana tidak suram, dia di ajarin mendrible bola basket dengan benar saja tidak bisa." ejek Itachi seraya memarkir sepeda motornya ke garasi.
"Itachi, jangan seperti itu," Mikoto memperingatkan. Itachi tertawa kecil dan menyilangkan jarinya membentuk huruf 'V'.
*Time Skip*
"Hai Sasuke bagaimana ? Masih mau berlatih basket ?" tanya Itachi pada Sasuke yang sedang asyik menonton TV.
"Entahlah," jawab Sasuke cuek.
"Hei aku serius, apa yang menyebabkanmu mau masuk tim basket ? Padahal sebelumnya kau tidak sama sekali tidak berminat pada basket," tanya Itachi serius.
"Hanya ingin membuat ayah bangga," jawab Sasuke. Itachi menatap heran Sasuke.
"Aku ingin ayah membanggakanku, seperti ayah membanggakanmu. Aku ingin ayah menyatakan 'Kau hebat' padaku, seperti ia mengatakan hal itu padamu." Sasuke menelungkupkan wajahnya seraya memeluk kakinya dengan kedua tangannya.
"Tapi, tidak perlu harus sampai beginikan ?" Itachi menatap adik kesayangannya itu lekat-lekat.
Sasuke menggeleng perlahan, "Aku harus menjadi sepertimu agar ayah bangga padaku."
"Tapi kan setiap manusia punya kelebihan masing-masing." nasehat Mikoto dari dapur, rupanya ia juga menyimak pembicaraan kedua putra Uchiha itu.
"Apa maksud ibu ?" tanya Sasuke dari ruang TV.
"Itachi coba jelaskan apa maksud ibu pada Sasuke," suruh ibunya.
"Iya bu !" jawab Itachi. "Kamu ini sudah besar, masa begitu saja tidak mengerti." ejek itachi sambil menggelengkan kepalanya sok dramatis.
"Setiap orang itu punya kemampuan berbeda-beda, tidak ada orang yang ahli dalam semua bidang." Itachi menjelaskan. Sasuke mengangkat sebelah alisnya. Bingung.
"Contohnya saja aku dan kau, kau pandai memainkan alat musik gitar dan piano. Sedangkan, aku hanya bisa menyanyi, itu pun pas-pasan."
"Tapi kakak pandai bermain basket, sedangkan aku. Sama sekali tidak bisa," potong Sasuke.
"Tapi mungkin kau berbakat dalam bidang lain, misalnya saja sepak bola," usul Itachi.
"Entah aku masih bingung."
"Ayahkan sedang keluar kota, minggu depan baru pulang. Bagaimana dalam 1 minggu ini kau coba mencari bakatmu ,bagaimana !" usul Itachi .
Sasukepun mengangguk setuju, "Baiklah akan ku coba."
Mikoto yang mendengar hal itu pun tersenyum simpul dari dalam dapur. "Semoga berhasil, Sasuke." ucapnya.
X-x-x
Hari ini Sasuke sedang bingung,rasanya dia ingin keluar saja dari tim basket. Salah satu alasannya dia benar-benar tidak berbakat dalam bidang itu, lagi pula dia pasti akan dibanding-bandingkan dengan Itachi. Apalagi karna teknik permainan Itachi sangat lebih baik darinya, begitu pikir pemuda Uchiha ini.
Tiba-tiba lamunan Sasuke menjadi buyar karena tiba-tiba terjadi keributan di depan kelasnya.
"Apa dia sakit?" seru pemuda berambut merah, Gaara.
"Tapi bagaimana dengan pertandingannya ?" tambah pemuda berambut blonde, Naruto.
"Iya, Sakura. Bagaimana ? Kita kekurangan pemain." seru pemuda berambut coklat, Kiba tak kalah heboh.
"Diam.!" teriak gadis brambut merah muda itu kesal. Pasalnya dari tadi ia terus-terusan diberi pertanyaan bertubi-tubi oleh ketiga pmuda yang berada di hadapannya itu.
Sasuke memandang keempat teman heran, "Kenapa sih kalian? Pagi-pagi begini sudah pada ribut !" ucapnya kesal.
"Tidak apa-apa kok Sasuke, kami cuma membahas tentang tim sepak bola sedang kena masalah gara-gara Lee sakit, padahal minggu depan turnamen." jawab Sakura murung.
"Sakit apa?" tanya Sasuke.
"Cacar." jawab Sakura singkat.
"Terus apa yang harus kita lakukan ?" tanya Gaara seraya memasang gaya berpikir. Disusul Naruto yg menggaruk-garuk kepalanya.
"Ya tentu saja. Kita harus cari orang yang bisa menggantikan posisi Lee ! duh, kenapa sih kalian berdua ini, bodohnya tidak hilang-hilang." ucap Kiba seraya menjitak kepala Gaara dan Naruto.
Naruto hanya cengengesan tidak jelas, sedangkan Gaara sudah memasang death glare ke arah Kiba.
"Nah, sekarang tugas kalian harus cari orang yang bisa menggantikan posisi Lee." Suruh Sakura seraya meninggalkan kelas Sasuke.
Ketiga anggota tim sepak bola itu saling berpandangan bingung.
"Kenapa harus kami Sakura ?terus tugas mu apa? " tanya Gaara.
"Aku kan manager, jadi masih banyak urusan yang harus kukerjakan. Ya sudah, aku harus kembali ke kelas dulu. Selamat berjuang" ucap gadis berambut pink itu seraya melangkahkan kakinya keluar kelas.
Seperginya sakura, ketiga pemuda itu tampak memasang wajah serius, saling berdiskusi satu sama lain. Mereka kemudian berjalan ke arah meja tempat Sasuke duduk. Sasuke sudah merasakan firasat tidak enak, dari maksud kedatangan tiga temannya itu.
"Sasuke.." panggil Naruto (sok mesra).
"Hn, apaan ? Eh..blonde jangan bergaya seperti itu, aku masih normal tahu" marah Sasuke seraya mendorong Naruto menjauh darinya.
Kiba dan Gaara hanya tertawa terbahak-bahak.
"Apa maksud kalian mendatangiku ?"
"Sas, kamu masuk dalam tim basketkan ?" tanya Gaara.
Sasuke mengangguk. "Sas, kalau kamu mengangguk kaya gitu persis ayam deh." celetuk Kiba.
Gaara menatap Kiba dengan tatapan diam -atau-gue-telen-loe.
"Gini Sas, kita mau minta bantuan loe buat ganti'in posisi Lee. Secara kamu kan ahli dalam sepak bola." pinta Gaara.
Sasuke mendelik kaget, "Heh ? Aku ? Memang bisa ?"
"Kau tak dengar perkataan Sakura tadi. Bukannya sewaktu di elementary school, kau bercita-cita menjdi pemain sepak bola. Kenapa sekarang malah masuk tim basket?" tanya Naruto heran.
"Kalau kau setuju, nanti waktu jam istirahat, datang saja latihan, kami yakin kau bisa menggantikan posisi Lee sebagai penyerang." tambah Kiba.
"Baiklah. Aku akan pikirkan dulu." jawab Sasuke ragu-ragu.
"Oke." kata ketiga pemuda itu.
Mereka kemudian pergi keluar kelas, dan tidak tahu entah kemana.
Seperginya ketiga pemuda itu, Sasuke menidurkan kepalanya di meja, seraya berkata, "keadaan membuat semakin bingung saja."
Saat jam istirahat tiba, Sasuke melangkahkan kakinya dengan gontai menuju keluar kelas, wajahnya tampak kusut. Rupanya ia habis dimarahi oleh Kurenai sensei karena tidak memperhatikan penjelasannya di depan kelas.
"Kau murung sekali, Sasuke."sapa seorang dari belakang.
Sasuke menolehkan kepalanya,dan ternyata orang yang menyapanya adalah Sakura.
"Hai. Sasuke, kenapa kau tampak murung?" tanya gadis berambut pink itu lagi.
"Hn. Tak apa."jawab Sasuke datar.
"Oh." Sakura mengganggukan kepalanya paham. "Kalau kau punya masalah, cerita saja padaku." tawarnya kemudian.
Sasuke tampak berpikir, "haah.. Mungkin ada baiknya aku mnceritakan masalahku padanya, siapa tahu dia bisa membantu" batinnya.
"Bolehlah. Ayo kita duduk disana."
Sasuke mngajak Sakura untuk duduk dibangku yang tidak jauh dari kelasnya.
"Baiklah. Ada apa?" Sakura memulai pembicaraan.
"Eng.. Itu..." Sasuke tampak kesulitan untuk berbicara.
Sakura sedikit mngulum senyum menanggapi tingkah laku aneh Sasuke. Tidak biasanya seorang Uchiha bertingkah seperti itu.
"Baiklah. Kalau tidak mau cerita, aku pergi saja" goda Sakura. Sakura pun brdiri dan merapikn roknya yang sedikit kusut.
"Eh. Tunggu Sakura!" tahan Sasuke, ia pun menarik lengan Sakura dan membuat langkah gadis itu terhenti. Wajah Sakura pun sedikit terlihat memerah.
"Heh? Maaf" Sasuke buru-buru melepaskan tangannya dari lengan Sakura. Tampak semburat merah menghiasi wajah tampannya.
"Tak apa." Sakura kembali duduk disamping Sasuke, dan menatapnya dengan tatapan serius.
"Begini. Aku sedang bingung, Sakura. Aku bingung, aku... Ingin sekali bisa membuat ayahku bangga,seperti Itachi, kakakku itu. tapi aku bisa apa?" jelas Sasuke sedih.
"Aku tahu ini menyangkut masalah keluargaku, tapi aku bingung, aku butuh seseorang yang bisa mendengarkan keluhanku." lanjutnya.
"Oh.. kak Itachi, ya?" pikir Sakura. "Memang dia terlihat selalu 'lebih' dari pada Sasuke.
"Sepertinya, aku sedang mengalami krisis jati diri. Aku bingung dengan diriku sendri. Mau jadi apa aku ini?"ucap pemuda itu putus asa.
"Jadi dirimu saja." saran Sakura. Rupanya ia cepat menanggapi masalah pemuda Uchiha yang satu ini.
"Sudah kucoba, namun itu sia-sia saja." jawab Sasuke.
Sakura hanya terdiam, "seperti dia merasa tersaingi oleh kak Itachi." batinnya.
"Itachi itu serba bisa, pandai, populer, dan selalu dibanggakan oleh ayah. Tidak seperti aku. Huuh... Mereka selalu membandingkan aku dengannya. Akukan bukan dia. Aku bukan Itachi." ucapnya kesal.
Sakura menepuk pundak Sasuke pelan, "saranku, kau lakukan apa yang kau suka dan kau bisa. Eng... Seperti bermain sepak bola, misalnya?" tawarnya.
"Entahlah."
"Ayolah, Sasuke. Masa seorang Uchiha bisa patah semangat begitu?" ejeknya. "Huh... Aku jadi tidak yakin kau seorang Uchiha."ejeknya lagi.
"Apa maksudmu? Sasuke menaikkan sedikit alisnya, kesal.
"Sudahlah, aku ingin melihat tim sepak bola latihan dulu, kau ikut ?"
Sasuke pun berdiri mendahului Sakura. Ditariknya tangan gadis itu menuju lapangan sepak bola.
Hal itu membuat beberapa siswa yang berada tak jauh dari situ bersorak ramai.
CIEE . . .
sorak mereka.
Sasuke dan Sakura hanya saling berpandangan bingung. Sepertinya mereka berdua belum sadar bahwa merekalah yang menjadi pusat perhatian seluruh siswa yang berada di koridor saat itu. Mereka berdua terus bergandengan tangan hingga mereka sampai di lapangan sepak bola.
"EHEM!"
Dehem para anggota tim sepak bola, saat melihat sang manager datang dengan bergandengan dengan seorang pemuda Uchiha.
"Sakura." panggil Naruto.
"Apa ?" jawab gadis itu.
"Itu." tunjuk Gaara.
Sakura dan Sasuke segera menoleh kearah yang ditunjuk oleh Gaara. Alangkah terkejutnya mereka saat mngetahui bahwa mereka bergandengan tangan dengan erat.
Mereka berdua segera melepaskan gandengan tangan mereka. Dengan perasaan yg berkecamuk dan wajah yang memerah, Sakura segera membubarkan kerumunan para anggota sepak bola itu.
"Sudah, sudah. Ayo semua kembali berlatih." suruhnya.
"Sakura, bagaimana denganku?" tanya Sasuke yang hanya bungkam dari tadi.
"Kau..."
"Woy. Sasuke, ngapain diam di situ ? Ayo cepat ikutan kami latihan!" seru pemuda berambut blonde itu.
Sasuke melempar pandangan serius-gue-bisa-ikutan-?.
Naruto mengiyakan dengan anggukan kepalanya.
Sasuke pun akhirnya turun ke lapangan dan bergabung dengan tim sepak bola.
Tepat seperti dugaan Sakura, Sasuke memang berbakat dalam olah raga sepak bola.
Kelincahannya menggiring bola, ketepatannya saat menendang bola dan kerja samanya dengan tim yang sangat baik.
Semua hal itu, membuat mata emerald Sakura tak henti-hentinya berdecak kagum atas kepandaian pemuda keluarga Uchiha itu.
"Baiklah, waktunya istirahat!" seru Sakura dari pinggir lapangan. Semua anggota tim pun langsung mengambil tempat di pinggir seraya beristirahat sejenak.
Sakura, yang berperan sebagai manager, memberikan mereka sebotol minuman dingin serta handuk.
"Ini." Sakura memberikan handuk kepada Sasuke yang sedang duduk beristirahat dengan keringat yang membasahi wajah dan seragamnya.
"Terimakasih." balas Sasuke. Ia mengambil kedua benda itu dari tangan Sakura.
"Eng... Sasuke.."
"Apa?" Sasuke menolehkan wajahnya ke arah Sakura.
"Itu..."
"Sasuke!" Naruto berlari-lari kecil kearah Sasuke.
Sasuke kini mengadahkan kepalanya ke arah Naruto yang sedang berdiri di depannya.
"Selamat ya." Naruto mengulurkan tangan kepada Sasuke.
"Untuk apa?" tanya Sasuke heran.
"Tentu saja atas bergabungnya kau dalam tim ini." ucap Gaara tiba-tiba.
"Aku kan hanya menggantikan posisi Lee untuk sementara saja." ucap Sasuke lagi.
"Kenapa begitu? Kau bisa menjadi anggota tetap tim ini, kan? Benar tidak?" tanya Naruto meyakinkan.
Sakura menggangguk setuju kemudian disusul oleh Gaara dan Kiba.
"Lagipula sepertinya kami membutuhkan penyerang hebat sepertimu, Sasuke." tambah Chouji, kiper tim sepak bola.
Sasuke menatap mereka semua dengan tatapan ragu, "apa aku bisa? Tapi ini mungkin lebih baik dari pada aku terus bertahan dalam tim basket." batinnya.
"Tapi bagaimana dengan yang lain, dan juga Lee?"tanyanya.
"Serahkan padaku."ucap Naruto menyakinkan.
"Jangan melakukan hal bodoh, Naruto." Kiba mengingatkan.
Pemuda rambut blonde itu hanya tersenyum lebar, ia kemudian berjalan ke tengah lapangan, dan... "HEY SEMUANYA... APAKAH KALIAN SETUJU SASUKE MENJADI ANGGOTA TETAP TIM KITA? KALAU ADA YANG TIDAK SETUJU, BICARA PADAKU!" teriaknya lantang.
"Dasar Naruto." respon semuanya.
Semua anggota tim tampak saling berdiskusi satu sama lain. Sakura menatap mereka dengan tatapan harap-harap cemas. Begitu pula Kiba, Gaara dan Sasuke tentunya.
"Baiklah. Kami setuju. Sasuke, selamat bergabung dalam tim." ucap Chouji yang menjadi perwakilan seluruh anggota saat itu.
Wajah Sasuke tampak memasang ekspresi tidak percaya, "be... benarkah?" ucapnya.
Semua membalasnya dengan anggukan.
"Selamat ya, Sasuke."
"Terima kasih, semua."
Time Skip
Bel tanda berakhirnya jam sekolah sudah berbunyi. Sasuke segera bergegas pergi ke gedung Konoha Senior High School untuk bertemu dengan Itachi.
Sesampainya disana, Sasuke bertemu dengan Konan, manager tim basket Konoha Senior.
"Siang kak."sapanya ramah.
"Hai, Sasuke. Selamat siang. Mencari Itachi ya?" tanya gadis berambut biru itu.
Sasuke pun mengangguk, "dia belum pulangkan?"
"Belum. Dia masih ada di lapangan basket. Temui saja. Kakak mau ke toilet dulu. Sampai jumpa, Sasuke." ucap Konan, setengah berlari meninggalkan Sasuke.
Sasuke mengangkat bahu, menanggapi tingkah laku teman kakaknya itu. Ia pun kembali berjalan di koridor Konoha Senior High School yang mulai tampak sepi.
Sementara itu...
Hidan menatap Itachi dengan serius, "bagaimana?" tanyanya.
Itachi tak menjawab pertanyaan Hidan, ia memandang beberapa anggota timnya dan menghela napas panjang, "entahlah."
Hidan menekuk wajahnya menunjukkan ekspresi kurang senang atas jawaban pemuda berambut ikal itu.
"Ini berdasarkan pengamatanku selama aku mengajari dia beberapa hari ini. Aku rasa adikmu itu, tidak punya bakat dalam bermain basket."ucap Hidan dengan nada serius.
"Terus..?" tanggap Itachi.
"Ya... Suruh saja ia mengundurkan diri dari tim basket dan mencari kegiatan ektrakurikuler baru." saran Hidan.
"Alah... Bilang saja kau malas mengajarinya." Sela Pein.
"Ya... Itu salah satu alasannya. Tapi bukan itu." kilah Hidan seraya menggaruk kepalanya.
Itachi hanya diam dan tidak memberi respon apapun. Pein dan Hidan saling hanya memasang wajah bingung.
"Tapi menurutku, Hidan ada benarnya, daripada ia memaksakan diri, lebih baik mengundurkan diri saja." nasehat Pein.
"Benar juga. Pada awalnya, dia tidak tertarik pada basket. Salah satu alasan dia mengikuti kegiatan itu adalah ingin membuat ayahku bangga, dan ia berpikir jika ia masuk tim basket, maka ia bisa membuat ayah bangga. Padahal aku tahu, dia melakukan hal ini secara terpaksa hanya untuk..."
"Sasuke! Kenapa malah berdiri di luar? Ayo masuk!" terdengar suara Konan dari balik pintu lapangan basket itu.
"I... Iya kak." kemudian terdengar suara Sasuke setelahnya.
Konan membuka pintu yang setengah tertutup itu, dan menarik Sasuke masuk.
"Hai kak. Apa kau sudah selasai? Bisakah kita pulang sekarang?" tanya Sasuke datar.
Itachi menggangguk perlahan, kemudian menyambar tasnya. "Kakak sudah selesai, ayo kita pulang." ajaknya. "Sampai jumpa semuanya." Itachi melambaikan tangannya kepada ketiga temannya.
Time Skip
Sesampai dirumah, dua pemuda Uchiha itu, hanya mengucapkan salam dan segera masuk ke kamar mereka masing-masing. Hal itu membuat ibu mereka bingung. Mikoto pun menyuruh mereka berdua makan siang bersama. Di ruang makan pun, mereka tetap saling diam. Tidak ada yang mau membuka suara.
Karena penasaran Mikoto mencoba menemui Sasuke di kamarnya, dan ternyata Sasuke sedang tertidur pulas.
Kemudian ia mencari Itachi yang sedang duduk termenung di teras.
"Ada masalah, Itachi?" tanya Mikoto lembut. Ia pun mendudukan dirinya di kursi di sebelah Itachi.
"Ini tentang Sasuke, bu..."
Sasuke menguap dan mengucek-ucek bola mata onxynya. Wajahnya kusut karena ia baru saja bangun tidur. Ia melirik jam dindingnya. "Sudah jam segini, ya?" gumannya. Segera saja ia meyambar handuk biru kesayangannya, dan berjalan gontai menuju kamar mandi.
"Jadi, teman-temanmu menyarankan seperti itu?" tanya Mikoto.
"Iya, tapi menurutku mereka ada benarnya juga. Daripada ia memaksakan diri." jawab Itachi.
"Kenapa kau tidak mengatakannya langsung kepada Sasuke?" usul Mikoto.
"Ah... Ibu ini, seperti tidak tahu aku saja. Mana aku sanggup mengatakan hal seperti itu. Terlalu menyakitkan." ujar Itachi mendramatisir.
Mikoto hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban dramatis putra sulungnya itu.
"Kau tidak perlu mengatakan hal itu kakak." sela Sasuke.
Itachi dan Mikoto menoleh kearah suara. Terlihat Sasuke yang mengenakan pakaian berwarna biru kesayangan dan handuk yang masih berada di atas kepalanya.
"Apa maksudmu?" Itachi memasang wajah heran.
Sasuke hanya tersenyum misterius.
TBC
Bagaimana? Datarkah? Terlalu biasakah? Membosankankah? Author memang gak ahli bikin kata-kata.. =="
Tapi biar bagaimana pun,, jangan lupa tinggalkan ripiu yach... ^.^
Arigatou...
