Butterfly.
suicide!au.
disclaimer : bts is belong to bighit ent.
happy reads! terlalu pendek, maaf :)
.
.
.
"jika aku memilih jalan yang berbeda, akankah kau tetap bersamaku?"
.
.
.
"Ayo bunuh diri bersamaku"
Aku menoleh, menatap iris cokelatnya. Ada kabut disana, tidak secerah kemarin, ketika kami kabur dengan mobil jeep ayahnya. Lama aku menatapnya, mencari kesungguhan dalam kalimat yang anehnya tidak mengejutkanku.
"Rasanya tidak masalah aku mati sekarang. Toh ada kau"
Udara asin yang kuhirup rasanya lebih pekat. Entah, mungkin karena air laut sudah menggenangi hampir setengah ban mobilnya.
"Nanti, " suaraku tercekat, "nanti malam, aku ingin melihat bintang untuk terakhir kalinya,"
Ia memalingkan wajahnya, menuju garis karang yang jauh. Dan tinggi.
"Setelah itu, kita lakukan.. yang kau inginkan"
Tadi malam, di kepalaku berputar rol film. Ada aku. Ada ayahku. Ada ibuku. Mereka bertengkar, seperti biasa. Aku lelah menghentikannya. Tapi ini berbeda. Aku berjengit saat mendengar teriakan. Ibuku jatuh ke lantai. Darah. Aku ingin menghentikannya. Pisau yang dibawa ayahku mengenai lenganku. Darah dimana mana. Pandanganku kabur, hal yang kupikirkan pertama kali adalah jungkook. Aku berlari, tanpa alas kaki. Ayahku tidak peduli. Ia bahkan tidak mengejar! Saat itu aku tahu, aku gagal dalam hal apapun. Aku lelah, aku ingin mengakhiri semuanya.
Jungkook yang membawaku kabur, ia juga memiliki nasib yang sama.
Dua manusia yang gagal dalam hal apapun. Ditolak di universitas manapun, di tempat kerja paruh waktu manapun. Cibiran dan bisik bisik dimana mana.
Sepanjang jalan kami melepaskan semuanya. Tertawa seperti pertama kali melakukannya, berteriak hingga suara kami habis, menumpahkan sumpah serapah pada rumput dan ilalang. Setidaknya dengan itu semua kami tahu, kami masih hidup.
Perjalanan kami berhenti pada sebuah pantai. Dulu, dulu sekali, entah de javu atau benar benar nyata, aku pernah kesini. Letak karang dan rasa pasirnya benar benar sama. Hal yang aneh, tapi tak lagi penting. Karena setelah ini, aku akan mati. Bersama anak ini.
"Terimakasih telah menjadi partner bunuh diriku"
Bintang bintang terpekur mendengarkan. Jungkook tersenyum. Sama redupnya. "Sama sama"
"Jika kita berada dalam keadaan normal, jungkook, aku pasti akan suka padamu, tapi sayangnya tidak begitu,
percuma, dan kita akan mati"
"Ya,
aku juga."
"Terimakasih"
Aku mengeratkan peganganku. Ia juga. Tangannya hangat. Aku tidak pernah menyadarinya. Dan sekarang aku tidak akan melupakannya.
Kami melompat. Pandanganku buram.
Hal terakhir yang kulihat adalah, jungkook menangis.
