[REMAKE] From The Darkest Side
.
Disclaimer: From The Darkest Side by Santy Agatha, Zel remake doang, jadi jan bilang Zel plagiat eaaa. Baca versi aslinya, bisa beli buku atau download juga bisa hahaha.
.
Pairing: Ini YEWOOK beibeh~
.
"Kami ini dua yang menjadi satu. Satu yang menjadi dua. Aku tak tega membiarkanmu mencintaiku, karena dengan begitu, kau harus bisa mencintai sisi jahatku. Dan sisi jahatku ini, sulit untuk dicintai" - Kim Yesung
"Bukankah cinta juga sama? Aku selalu berpikir baahwa cinta hanyalah bentuk puistis dari obsesi dan keinginan untuk memiliki satu sama lain" - Kim Jongwoon
.
Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Ryeowook sekarang selain rasa takut dan kegugupan yang menyesakkan dada.
Ketika mobil mereka memasuki pintu gerbang yang megah itu, rasa gugup dan takutnya makin memuncak. Ibunya, yang menyetir di sebelahnya tampak tenang dan bahagia, tentu saja, kemewahan ini akan menjadi kehidupan barunya, hal yang diimpi-impikannya sejak dulu. Lagipula ibunya tidak perlu mencemaskan penampilannya, ia selalu terlihat cantik, muda dan wangi, tidak pernah berubah sampai sekarang.
Ibunya melahirkan Ryewook saat berusia sangat muda, 16 tahun. Dan sekarang di usia Ryeowook yang sudah 20 tahun, selisih usia itu sama sekali tidak kelihatan, mereka terlihat seumuran. Apalagi Ryeowook selalu mengenakan pakaian konservativ yang cenderung kusam tapi nyaman digunakan, sedangkan ibunya memilih berpakaian terkini yang penuh gaya.
Yah, penampilannya sekarang tidak bisa dibilang baik, Ryeowook menarik napas sambil mengamati dirinya sendiri. Dia tadi berdiri lama di depan lemari pakaiannya mencoba menemukan bajunya yang terbaik, tetapi ternyata dia tidak punya baju satupun yang baik. Gajinya sebagai staff administrasi biasa di sebuah biro wisata sama sekali tidak memungkinkannya membeli banyak pakaian. Dan ibunya sama sekali tidak bisa diharapkan, Leeteuk , ibunya melahirkannya karena kesalahan remaja masa lalu, jadi dia tidak punya ayah yang mengakuinya.
Leeteuk lalu meninggalkannya begitu saja, menitipkannya ke kedua orang tuanya, lalu pergi merantau ke luar kota untuk melupakan masa lalu dan melanjutkan sekolah. Sejak saat itu Ryeowook dan Leeteuk hanya bertemu saat Leeteuk pulang liburan ke rumah, Ryeowook tidak pernah menganggap Leeteuk sebagai ibunya, selain karena Leeteuk tidak mau dipanggil ibu, bagi Ryeowook orang tua sejatinya adalah kakek dan neneknya yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang sejak ia lahir sampai dia beranjak dewasa.
Lalu setelah dua tahun lalu, kakeknya meninggal dunia, disusul neneknya setahun kemudian, Ryeowook tetap tidak menggantungkan diri kepada ibunya, toh Leeteuk juga tidak peduli.
Ryeowook menghidupi dirinya sendiri dan sama sekali tidak ingin terlibat dalam kehidupan ibunya yang saat itu sudah menjadi aktris ternama.
Sampai suatu ketika Leeteuk menghubunginya, mengatakan bahwa dia akan menikah dengan salah satu konglomerat paling kaya dan paling ternama, seorang lelaki berusia 4 tahun lebih muda darinya, dan mengundang Ryeowook untuk turut serta dalam persiapan acara pernikahannya.
"Bagaimanapun juga, meski kau adalah sebuah kesalahan akibat kebodohanku di masa lalu, kau adalah anakku," gumam Leeteuk dengan logat menggodanya sambil mengoleskan lipbalm pada bibirnya yang indah pada pertemuan makan siang mereka setelah dua tahun lamanya tidak berjumpa.
"Lagipula, aku terlanjur menceritakan tentangmu pada Yesung, tidak sengaja tentunya, tapi siapa yang bisa membohongi Yesung? Dia tahu segalanya...," Leeteuk tersenyum menerawang seperti orang dimabuk kepayang, "Dan Yesung ingin melihatmu."
Jadi karena calon suaminya yang kaya itu ingin melihatku? Bukan karena dia ingin bersamaku di saat-saat bahagianya? Ryeowook menyimpulkan dalam hati, dan seberkas rasa nyeri mengalir di dadanya.
Memang dia sudah terlatih untuk tidak mengharapkan apapun dari Leeteuk, lelaki itu terlalu egois untuk memikirkan siapapun selain dirinya sendiri. Tetapi kadangkala ada sedikit rasa di hatinya, yang ingin dicintai sebagai seorang anak.
Dan disinilah dia, datang dengan ibunya, yang begitu cantik dengan kemeja sutra keemasan seperti sampanye, rambut tatanan salon, kulit selembut satin dan aroma minyak wangi mahal. Sedangkan dia hanya memakai sweater cokelat jeleknya serta celana bahan yang membuatnya seperti kutu buku yang tidak menarik, belum lagi rambutnya hanya dibiarkan begitu saja, tanpa riasan.
Calon suami Leeteuk pasti akan kecewa berat jika mengharapkan aku secantik Leeteuk, desah Ryeowook dalam hati.
Mungkin aku lebih mirip ayah, gumamnya menghibur diri, meski dia juga tidak tahu siapa ayahnya dan bagaimana wajahnya, Leeteuk tetap menyimpan rahasia itu sampai sekarang seolah itu aib masa lalu yang tidak boleh dibuka. Kakek neneknya juga tidak pernah membicarakannya.
Lagipula, Ryeowook tidak berani bertanya lagi sejak insiden pada saat dia berumur sepuluh tahun dan mulai bertanya pada neneknya siapa ayahnya. Waktu itu neneknya langsung masuk ke kamar dan menangis, sedang kakeknya hanya mengelus kepalanya dengan wajah muram. Kesedihan yang menggantung setelah insiden itu begitu menyesakkan dada sampai berhari-hari. Dan pada saat itulah Ryeowook belajar untuk tidak pernah bertanya lagi.
Rupanya calon suami ibunya ini sangat kaya, jarak pintu gerbang menuju rumah utama lumayan jauh dengan taman dan pepohonan yang indah di kiri kanan jalan. Ketika ahkirnya mobil mereka berhenti, Ryeowook sempat ternganga, melihat rumah marmer putih bergaya gothic dan renaissance yang megah di depannya.
Leeteuk rupanya sangat bersemangat karena dia segera melompat keluar dari mobil begitu mobil itu berhenti dan mau tak mau Ryeowook segera mengikutinya.
Sepertinya mereka sudah ditunggu, atau ada kamera pengawas di depan pintu? Ryeowook mengedarkan pandangannya ke atas dengan curiga, karena begitu mereka sampai di pintu dibawah kanopi dan pilar marmer yang indah, pintu itu langsung terbuka tanpa diketuk, dan seorang pelayan pria setengah baya dengan penampilan yang sangat rapi sudah berdiri disana.
"Tuan Leeteuk?" tanya pelayan itu dengan muka ekspresi sedatar batu hingga Ryeowook bertanya-tanya apakah itu ekspresi asli atau hasil latihan bertahun-tahun.
Leeteuk mengangguk penuh percaya diri. Pelayan itu melihat ke belakang, ke arah Ryeowook dan mengangkat alisnya, tapi tidak berkata apa-apa. Mungkin dia mengira aku pembantu Leeteuk, desah Ryeowook dalam hati.
"Saya Hangeng, kepala pelayan disini. Tuan Yesung sudah menunggu di ruang utama, mari saya antar," gumam pelayan itu sopan sambil membalikkan tubuh dan membiarkan Leeteuk dan Ryeowook mengikutinya.
Sepanjang lorong itu Ryeowook terlalu sibuk terkagum-kagum dengan kemewahan interior dan perabot rumah mewah ini.
Ya, Leteuk pasti akan sangat bahagia di sini, dia selalu ingin menjadi nyonya rumah yang kaya raya, impiannya sebentar lagi terwujud. Dan sudah pasti Ryeowook tidak masuk ke dalam daftar impiannya itu. Ryeowoook tahu dia hanya dibutuhkan karena calon suami Leeteuk yang kaya raya itu ingin mengenalnya, setelah itu Ryeowook akan kembali ke kehidupan lamanya, dilupakan oleh ibunya.
Toh dia memang tak ingin terlibat.
Kenapa? Karena meskipun mewah dan mengagumkan, rumah ini terasa dingin dan kaku, begitu menekan jiwa. Berbeda dengan rumah neneknya yang diwariskan padanya, rumah itu kecil tapi hangat dan penuh ketentraman. Seberat apapun pekerjaannya, Ryeowook selalu merasa segala kelelahannya hilang ketika pulang ke rumah itu. Karena itulah meskipun kagum, Ryeowook sama sekali tidak tertarik untuk tinggal di rumah seperti ini.
Hangeng membuka sebuah pintu yang sangat besar dan mempersilahkan mereka masuk.
Leeteuk langsung melangkah masuk dengan bersemangat. "Yeobo" serunya mesra lalu menghambur ke pelukan pria bersetelan resmi yang berdiri ditengah ruangan.
Pria itu membalas pelukan Leeteuk, tapi matanya menatap tajam ke arah Ryeowook.
Dan Ryeowook ternganga melihat sosok calon suami Leeteuk untuk pertama kalinya, semula dia pikir laki-laki itu adalah lelaki botak berjenggot yang gendut, tidak tampan tetapi sangat kaya. Tetapi lelaki yang berdiri di depannya ini sama sekali tidak gendut, dia tinggi atletis bahkan sepertinya tidak ada lemak berlebih di tubuhnya, dan jas yang pastinya dijahit khusus itu menempel pas dan indah di tubuhnya yang berotot tetapi ramping itu. Hey.. Lagipula dia mengharapkan apa? Lelaki ini baru 32 tahun!
Matanya cokelat gelap begitu juga dengan rambutnya yang cokelat dengan sedikit warna keemasan. Tentu saja begitu, dari literatur bisnis yang memuat tentang jajaran pengusaha-pengusaha sukses, Kim Yesung selalu dibahas, pengusaha berusia 32 tahun, setengah Jepang yang sangat menarik, seperti tokoh dalam anime. Tapi mereka tidak memasang fotonya di literatur itu, jadi Ryeowook tidak pernah bisa membayangkannya.
Lelaki ini tidak bisa dibilang tampan, sosoknya terlalu keras untuk digambarkan dengan kata "tampan", tetapi ada kharisma tersendiri yang membuat semua orang pasti akan menoleh dua kali ketika berpapasan dengannya.
Lelaki itu melepaskan Leeteuk yang menggelendot dengan mesra di pelukannya, lalu melangkah mendekati Ryeowook. "Dan ini pasti Ryeowook," bahkan aksen suaranya begitu mempesona, Ryeowook menyadari dia ternganga ketika Yesung mengulurkan tangan untuk bersalaman, dengan gugup disambutnya jabatan itu, tangan lelaki itu ramping, tapi menggenggam tangannya dengan mantap. "Iya, ini Ryeowook, putra kecilku," Leeteuk berkata seolah olah mereka ibu dan anak yang sangat akrab. "Dan Ryeowook, perkenalkan ini calon ayah tirimu."
Ryeowook menganggukkan kepalanya, sedikit gugup ketika menyadari Yesung menatapnya dengan sangat tajam, sangat meneliti, sampai dia salah tingkah, adakah yang salah dengan rambutnya? Bajunya? Ataukah Yesung sedang mencari kemiripannya dengan ibunya dan tidak berhasil menemukannya? "Hmmm karena umurku hampir 32 tahun, kurasa aku pantas-pantas saja mempunyai putra seumuranmu, tapi kau boleh memanggilku dengan Yesung saja."
Tentu saja, lelaki dengan vitalitas semacam ini dia pasti malu dipanggil "Appa" oleh pemuda berusia 20 tahun seperti dirinya.
"Nah karena kalian sudah berkenalan? Bolehkah aku memintamu menemaniku berkeliling rumah ini? Kita akan tinggal disini setelah menikah bukan? Dan wow, rumah ini indah sekali Yesung."
Lelaki itu menatap Leeteuk tanpa ekspresi. "Tentu saja sayang," gumamnya, lalu mengamit lengan Leeteuk, Yesung mengatakan sayang tapi tampak begitu dingin.
Tiba-tiba Ryeowook merasa sedikit antipati kepada Yesung, dia terlalu dingin dan tak berperasaan seperti suasana di rumah megah ini.
Leeteuk menoleh pada Ryeowook, "Kau ingin ikut Ryeowookku?" suaranya begitu penuh kasih tapi matanya memperingatkan, dan Ryeowook mengerti isyarat itu, ibunya ingin berduaan dengan kekasihnya dan tak ingin Ryeowook mengganggu.
Lagipula Ryeowook juga tidak tertarik melihat-lihat isi rumah ini.
"Tidak, terima kasih, kalau boleh saya ingin menunggu disini saja," Ryeowook tadi mengamati ruangan dan menemukan rak buku yang penuh di dinding, rasanya lebih menarik duduk dan membaca, sepertinya koleksi buku di rak itu sangat menarik, kalau dia diijinkan, dia ingin membacanya.
"Tapi kau akan tinggal disini juga, jadi sebaiknya kau ikut agar lebih mengenal rumah ini," sahut Yesung tajam.
Kata-kata itu membuat Leeteuk dan Ryeowook sama-sama terkejut, rupanya Yesung sudah menarik kesimpulan yang salah selama ini tentang hubungan Leeteuk dan Ryeowook.
Leeteuk dengan muka pucat segera menyahut, suaranya sedikit melengking karena gugup. "Yeobo, kau salah, Ryeowook tidak akan tinggal dengan kita setelah kita menikah nanti."
"Kenapa tidak?" lelaki itu mengernyitkan kening, tampak tidak senang. "Dia putramu bukan?"
"Iya...tapi...tapi..." suara Leeteuk hilang karena kebingungan, "Tapi Ryeowook lebih suka hidup mandiri, dia sudah punya pekerjaan tetap kau tahu, dan dia merasa nyaman tinggal dirumah warisan orang tuaku, bukan begitu Wookie?" sekali lagi Cathy menatapnya dengan tatapan memperingatkan.
"Tentu saja," jawab Ryeowook cepat-cepat, selain karena dia tidak ingin tinggal di rumah ini, dia tak mau Leeteuk marah padanya karena mengacaukan seluruh rencana masa depannya.
Yesung menatap Ryeowook dan Leeteuk dengan tajam dan penuh perhitungan, lalu bergumam. "Well kita bahas pengaturan itu nanti," kata-katanya menunjukkan masalah itu sama sekali belum selesai.
Yah, rupanya selain dingin dan kaku, lelaki ini juga arogan. "Baiklah Ryeowook, kalau kau ingin tetap disini, aku akan meminta pelayan mengantarkan segelas cokelat panas dan kue untukmu, kau boleh membaca atau melihat televisi untuk mengisi waktumu," matanya menunjukkan ke arah televisi plasma yang menempel di dinding yang sama sekali tidak Ryeowook perhatikan karena perhatiannya terpusat pada rak buku yang penuh itu.
Ryeowook menatap Yesung dengan gugup. "Kalau boleh... Kalau boleh saya ingin membaca buku-buku di rak itu," pintanya pelan.
Leeteuk tertawa cekikikan seperti anak kecil, "Membaca?" gumamnya dalam tawa, "Begitu banyak hiburan di rumah ini dan kau memilih membaca?" nada mencemooh terdengar jelas di suaranya hingga pipi Ryeowook memerah.
Tapi Yesung hanya berdiri di situ dan menatapnya datar. "Setidaknya putramu memilih hiburan yang paling bermutu di antara semuanya," kata- katanya diucapkan dengan nada biasa-biasa saja, tetapi arti yang tersirat di dalamnya membuat tawa Leeteuk terhenti dan wajahnya merona malu, dalam rasa malunya itu, Leeteuk melirik Ryeowook dengan jengkel.
"Silahkan, baca saja semua buku yang kau inginkan," senyum tipis muncul di bibir Yesung, lalu menggandeng Leeteuk, membawanya pergi ke luar ruangan.
Ryewook merasa sangat lega ketika ditinggalkan sendirian, dengan penuh rasa tertarik, ditelusurinya buku-buku di rak raksasa itu. Kebanyakan buku berbahasa asing, dan merupakan versi asli, setelah meninggalkan buku-buku literatur bisnis, Ryeowook tertarik ke sederetan buku sastra lama... Diambilnya salah satu buku, dan tersenyum.
Well kapan lagi dia bisa membaca buku-buku versi asli ini dengan gratis? Karena sudah pasti dia tidak akan mampu membelinya...
Ketika dia masuk, didapatinya pemandangan indah terpampang jelas di depannya.
Ryeowook, pemuda itu tertidur di kursi santai dengan sebuah buku terbuka di pangkuannya, sebelah lengannya lunglai di sandaran kursi dan kepalanya miring setengah tertunduk.
Dia tidak dapat menahan keinginan untuk mengawasi lebih dekat. Dengan langkah pelan tak bersuara, seperti singa mengintai mangsa, didekatinya pemuda itu. Dia berusaha sedekat mungkin, karena hasratnya mendorongnya untuk lebih mendekati pemuda itu.
Ah, betapa cantiknya, wajahnya polos tanpa polesan apapun, tapi kulitnya begitu lembut, seperti bayi dengan semu kemerahan yang membuatnya tergoda untuk menyentuhnya, menyusurkan jemarinya di semu kemerah-merahan itu. Dan bibirnya, astaga bibir itu, begitu ranum, basah bagai kelopak mawar yang baru mekar, tanpa polesan lipbalm sedikitpun, tetapi tetap begitu indah. Matanya menyusuri seluruh keindahan di depannya. Sudah berapa lama dia menunggu saat-saat ini? Menunggu saat-saat pemuda ini berada begitu dekat dengannya?
Ya, pemuda ini membuatnya terbangun setelah ditidurkan dengan paksa sekian lama.
Ahkirnya dia tidak dapat menahan godaan, dibungkukkannya tubuhnya melingkupi pemuda itu, kemudian bibirnya menyentuh bibir lembut itu dengan halus tapi penuh hasrat.
"Kau milikku Wookie, ingat itu."
"Kau milikku Wookie, ingat itu."
Bisikan itu begitu lembut sekaligus tegas, seperti dibawa oleh tiupan angin ke telinganya.
Ryeowook tergeragap, mengerjapkan matanya dan langsung terduduk tegak. Matanya memandang sekeliling dengan bingung. Dia masih sendirian di ruangan ini.
Tapi tadi jelas-jelas ada yang berbisik di telinganya, dan kata-katanya itu masih terngiang jelas.
Apakah dia bermimpi ?
Ryeowook mengernyit. Lalu menyentuh bibirnya. Terasa hangat… Seperti ada yang menyentuhnya sebelumnya.
Jantung Ryeowook berdetak cepat. Apakah mimpi bisa terasa sejelas itu? Suara bisikan itu begitu nyata. Sentuhan di bibirnya pun masih terasa hangat.
Tapi... Tidak mungkin kan ada orang masuk ke mari dan menciumnya begitu saja? Dengan putus asa Ryeowook menatap buku di pangkuannya. Sebuah novel sastra romantis karya pengarang Rusia...
Ah, aku pasti terbawa alur novel ini, gumam Ryeowook dalam hati, menarik napas lega. Sekali lagi dia memandang sekeliling, ruangan masih sepi. Tadi dia pasti tertidur cukup lama. Tapi Leeteuk dan Yesung belum juga kembali.
Ryeowook mengangkat bahunya. Well mereka kan pasangan kekasih yang akan menikah, pasti akan lupa waktu jika sedang berduaan.
Dengan pelan Ryeowook berdiri, berusaha melemaskan tangan dan kakinya yang kaku. Lalu dia berjalan mengitari ruangan yang luas itu.
Ruangan ini didesain untuk bersantai. Meskipun di sudut sana terdapat meja kerja yang sangat besar, tapi di sisi lain benar-benar penuh dengan perabotan dan fasilitas yang menunjang kenyamanan.
Dengan tertarik, Ryeowook mendekat ke arah meja kerja Yesung. Ada sebuah bingkai foto yang di letakkan terbalik begitu saja. Sengaja? Atau memang terjatuh? Ryeowook mengambil bingkai foto itu dan menegakkannya lagi, matanya mengamati bingkai foto di dalam sana, foto keluarga. Sepertinya itu gambar kedua orangtua Yesung dan dua orang anak laki-laki berusia sepuluh tahunan, yang berambut cokelat itu pasti Yesung dan…kakak laki-lakinya? Ryeowook mengernyit. Tapi kenapa kedua orang tua Yesung asli Korea? Dan kakak laki- lakinya juga terlihat seperti orang Korea asli. Sedangkan jelas-jelas ada darah luar yang mengalir di tubuh lelaki itu, bahkan majalah-majalah bisnis itupun menyebutnya setengah Jepang.
"Itu orang tua angkat dan kakak angkatku, mereka yang mengasuhku ketika kedua orangtuaku tewas karena kecelakaan pesawat."
Suara yang muncul tiba-tiba di belakangnya itu membuat Ryeowook terlonjak kaget, membalikkan badan, dan langsung menabrak tubuh kokoh yang berdiri di belakangnya.
Yesung langsung memegang kedua pundak Ryeowook, menjaganya agar tidak terjatuh. "Maaf aku mengejutkanmu," gumamnya datar.
Ryeowook mengangguk, mundur menjauh, melepaskan diri dari pegangan Yesung. "Maaf... Saya... Saya lancang, saya melihat foto ini dan tertarik..."
Yesung mengangkat bahu. "Tidak apa-apa, mereka adalah orang tua dan saudara yang kusayangi. Meskipun aku tetap menggunakan nama asli keluargaku, mereka sudah seperti orang tua kandung bagiku."
Ryeowook tersenyum getir, setidaknya Yesung lebih bahagia darinya. Lelaki itu kehilangan kedua orang tuanya tetapi tetap merasakan kasih sayang dari orang tua barunya. Sedangkan dia? Ibunya masih hidup, tetapi sang ibu sama sekali tidak mau repot-repot mengurusi kehidupannya.
Omong-omong tentang ibunya... Dimana Leeteuk? Ryeowook mengedarkan pandangan ke balik punggung Yesung tetapi Yesung memang datang sendirian. "Leeteuk menunggu di ruang makan, aku memanggilmu untuk makan siang bersama," gumam Yesung, menyadari kebingungan Ryeowook, lalu membalikkan tubuh, "Ayo, kita ke ruang makan.
Mau tak mau Ryeowook mengikuti Yesung melangkah ke ruang makan, lelaki itu lalu melambatkan langkahnya sehingga bisa berjalan berjejeran dengan Ryeowook.
"Senang tadi?"
"Apa?" Ryeowook terlalu kaget mendengar pertanyaan Yesung yang tiba-tiba sehingga tidak mencerna kata-kata lelaki itu.
Yesung tersenyum tipis. "Di antara buku-buku itu..."
"Oh iya," jawab Ryeowook buru-buru, "Saya menemukan banyak buku-buku edisi asli yang sekarang sudah sulit ditemukan... Tadi saya terlalu asyik membaca dan bahkan sempat ketiduran," pipi Ryeowook merona.
Yesung menoleh dan menatap Ryeowook. "Tapi tidak ada sesuatu yang aneh terjadi padamu kan?"
Ryeowook termangu, pertanyaan macam apa itu? Yang aneh malahan pertanyaan yang diajukan Yesung padanya ini.
"Aneh ?" ulangnya bingung.
Yesung mengalihkan tatapannya.
"Sudahlah, lupakan," lelaki itu lalu melangkah mendahului Ryeowook. Meninggalkan Ryeowook termangu kebingungan.
Aneh? Apa maksud Yesung?
Tengah malam dan ruangan itu gelap gulita. Yesung memasuki ruang kerjanya dan menghempaskan jasnya di kursi dengan jengkel. Rencananya berhasil tentu saja. Dia sudah berhasil membujuk Leeteuk dan Ryeowook menginap di rumahnya selama ahkir pekan ini.
Yang tidak diduganya adalah sikap pantang menyerah Leeteuk. Begitu Ryeowook berpamitan untuk tidur di kamarnya, Leeteuk langsung berusaha mati-matian untuk merayunya, lelaki itu terang-terangan menunjukkan kalau dia tidak keberatan tidur bersama Yesung sebelum pernikahan mereka.
Tentu saja rayuannya tidak berhasil. Yesung menggunakan alasan kelelahan untuk mengusir Leeteuk agar kembali ke kamarnya sendiri. Dia memang lelah, tapi seandainya dia tidak lelahpun, dia tidak pernah berminat tidur dengan Leeteuk.
Bukan Leeteuk yang diinginkannya...
"Sampai kapan kau tahan dengan lelaki murahan itu?" suara itu terdengar begitu sinis penuh ejekan, dan Yesung langsung berhadapan dengan sosok di kegelapan yang menatapnya.
"Bukan urusanmu," balas Yesung dingin, "Lagipula, bukan saatnya membahas tentang Leeteuk, aku meminta penjelasanmu tentang apa yang kau lakukan pada Ryeowook tadi siang."
Sosok di kegelapan itu tertawa mengejek, sengaja membuat Yesung marah.
"Kau tidak bisa menyalahkanku, aku sudah menanti begitu lama untuk melihatnya," sanggahnya tidak peduli.
"Kau tidak cuma melihatnya, kau menciumnya," geram Yesung marah, "Kau benar-benar tidak punya otak ya?"
"Aku memang tidak punya otak. Kau selalu bilang aku lebih mirip binatang," sosok di kegelapan itu mengacuhkan kemarahan Yesung, "Aku menginginkan Ryeowook, jadi aku akan memilikinya, sesederhana itu."
"Kau harus menunggu sampai rencanaku membuahkan hasil!" sela Yesung tak sabar.
Lagi, sebuah tawa mengejek menggema di ruangan yang gelap pekat itu. "Kau bilang itu rencana? Merayu ibu pemuda itu untuk kau nikahi? Kau bilang itu rencana? Kau tahu tidak, aku harus menahan jijik ketika melihat kau harus mencium lelaki murahan itu, berpura-pura menikmati mencumbunya," sosok di kegelapan itu menyeringai marah, "Leeteuk adalah lelaki murahan yang menjijikkan, membayangkan dia ada di rumah ini membuatku muak."
"Kau harus tahan. Rencanaku ini sudah berhasil menggiring Ryeowook masuk ke rumah ini."
"Lalu bagaimana kau menyingkirkan Leeteuk? Kau harus segera melakukan sesuatu Yesung sebelum aku mulai kehilangan kesabaran, cara Leeteuk meremehkan dan menghina Ryeowook secara tersirat seharian tadi benar-benar mengusik kemarahanku, dan kau tahu kan bagaimana kalau aku marah?" sosok di kegelapan itu mulai terlihat mengancam.
Yesung mengernyitkan kening. "Tak akan kuizinkan kau bertindak semaumu sendiri"
"Kalau begitu sebaiknya rencanamu segera membuahkan hasil! Kau tahu sendiri kan akibatnya kalau aku sampai turun tangan? Aku tidak suka ada yang menyakiti Wookieku, aku akan melakukan apapun untuk membalaskannya."
"Ryeowook bukan milikmu."
"Dia akan menjadi Wookieku, milikku. Aku sudah mengatakan janji itu. Ryeowook adalah milikku," sosok di kegelapan itu berucap penuh keyakinan.
Yesung menggeram marah. "Kau harus menunggu. Aku tidak mau kau berbuat seperti siang tadi, mendatangi Ryeowook dan menciumnya, menciumnya! Apa kau sadar semuanya akan berantakan kalau saat itu Ryeowook terbangun?"
Sosok di kegelapan itu terkekeh. "Aku hanya mengucapkan selamat datang."
"Kalau begitu jangan sampai kau ulangi lagi. Biarkan aku menangani semuanya dulu. Setiap kau ikut campur hasilnya malah berantakan karena kau mahluk kejam yang tidak pernah memakai perasaan. Aku tidak mau terpaksa menyembunyikan kejahatanmu lagi, mengerti? Jadi tahan dirimu," geram Yesung mengancam.
Sosok di kegelapan itu mengangkat bahu. "Baik. Aku akan kembali ke tempatku, duduk di kegelapan dan mengamati semuanya dalam diam. Tapi kesabaranku ada batasnya, kau tahu itu kan? Kau pasti tahu apa yang akan terjadi kalau aku kehilangan kesabaran."
Yesung mengernyit mendengar kekejaman yang tidak disembunyikan itu, lalu memegang pangkal hidungnya yang terasa nyeri.
Ini harus segera di selesaikan. Segera! Sebelum dia, mahluk kejam itu, turun tangan dan mengacaukan semuanya...
TBC!
Note: Fic pertama Zel di fandom ini malah remake-an hahaha gapapa lah. Review okehhhh
