"Nii-chan! Lihat gambarku! Bagus kan?" seorang gadis kecil membanggakan gambar yang ia buat dengan crayon.

"Tidak! Gambarmu jelek!" jawaban kakaknya membuat ia berkecil hati. Iapun berlari ke arah ayahnya.

"Papa! Gambarku bagus kan?" gadis kecil itu menunjukan gambar yang sama pada ayahnya.

"Waah.. gambarnya bagus sekali…" kata ayahnya sambil menggendong gadis itu. Gadis kecil itu mengeluarkan lidahnya ke arah kakak-nya. Laki-laki yang umurnya dua tahun lebih tua itu hanya tertawa kecil.

"Semuanya sudah siap?" semuanya mengangguk. Mereka-pun meninggalkan rumah itu dengan mobil pribadi. keluarga permilik Golden Fox Inc. ternyata akan berlibur ke Hokkaido. Mereka pergi menuju bandara.

"Mama, mana snack-ku?" kata gadis kecil itu. Orang yang di panggil mama hanya tersenyum dan memberikan snack kesukaan gadis kecilnya itu. Gadis kecil itu hanya memakan snacknya. Kakak laki-lakinya hanya membaca novelnya dengan serius.

"Mayuzumi, pakai sabuk pengamannya dengan benar!"

"Okay okay." Mayuzumi memakai sabuk pengamannya dengan benar lalu melanjutkan membaca novelnya. Tak terasa sudah sampai di bandara.

"Say Cheese!" kata Mayuzumi memotret dirinya dan keluarganya yang berada di belakang. Ia berhasil mengambil empat foto dan mencetaknya. Mereka akan terbang 17 menit lagi.

Selama di pesawat, semuanya tidur dan bangun setelah sampai di Hokaido. Mereka sudah menyewa mobil untuk berkeliling pulau yang indah itu.

"Kalau kalian sudah besar nanti, Papa harap kalian bisa menjalankan perusahaan keluarga kita dengan baik." Ayahnya berkata dengan penuh harap. Gadis kecil itu hanya mengangguk bersemangat.

"Papa! Bagaimana jika aku mengajukan ide untuk pembuatan game?" Mayuzumi bersemangat. Ayahnya hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Papa, aku juga ma-"

Duar!

Sebuah mobil truck besar menabrak mobil yang mereka sewa. Mobil kecil itu masuk ke dalam jurang bersama dengan penumpangnya. Begitu juga dengan truck-nya.


Nothing

Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

Warning: Typo(s), Gaje, Alur gak jelas, aneh, OOC maybe, OC, dll..

Genre:Crime (Maybe), Drama (Maybe), Ecchi (Maybe), Friendship, Romance (Little)

Gak suka? jangan lanjutin baca.


"(Name)! (Name)! bangunlah!" suara Mayuzumi berusaha membangunkan adiknya. Gadis kecil itu membuka matanya perlahan-lahan. Ia melihat seorang laki-laki yang wajahnya tidak asing lagi baginya.

"Nii-chan? Kita ada di mana?" katanya masih setengah sadar. Ia merasa sedikit lega melihat adik kesayangannya setengah sadar.

"Di rumah sakit." Jawabnya ragu-ragu. Gadis itu hanya bisa diam.

"Dimana papa dan mama?"

"Paman dan bibi bilang, mereka akan mengantarkan kita ke tempat peristirahatannya kalau kau sudah sembuh." Kata-nya tersenyum. Ia juga ikut tersenyum. Betapa polosnya mereka.

Setahun sudah sejak kejadian itu. Paman dan bibi mereka masih belum mau mengantar kedua anak itu ke tempat papa dan mama mereka ada. Sampai mereka benar-benar mendesaknya. Akhirnya paman dan bibi mereka menyerah.

"Bibi, bukannya kita mau pergi ke tempat papa dan mama?" Tanya Mayuzumi, bibinya tidak menjawab dan hanya menangis. Gadis kecil itu hanya bisa diam sambil melihat-lihat pohon-pohon dari dalam mobil. Mereka menuju ke pemakaman. Di sana ada dua batu nisan. Masing-masing terdapat nama orang tua mereka.

"Apa maksudnya ini?" kata Mayuzumi. Bibinya hanya menangis. Sedangkan gadis kecil itu hanya diam tak bergeming. Gadis itu berdiri di depan batu nisan. Dan memeluk batu nisan itu.

"Aku kangen Mama!" gadis itu tetap memeluk batu nisan yang bertuliskan nama ibunya. Lalu berpidah memeluk batu nisan yang bertuliskan nama ayahnya. Bibinya masih menangis sambil memeluk gadis kecil berumur enam tahun itu.

"Nii-chan! Cepat beri salam pada mama dan papa!" gadis itu tersenyum ke arah kakaknya. Kakaknya malah menangis . awan mendung mulai menurunkan titik-titik hujannya.

"Paman, mama dan papa ada di sini kan?" dia sekali lagi memeluk kedua batu nisan itu.

"Dimanapun mereka, mereka akan tetap ada di sini." Kata bibinya menyentuh dada gadis kecil itu.

"Di sini?" gadis itu bingung dan bertanya dengan polosnya

"Ya, mereka akan selalu ada di hati kalian." Lanjut pamannya. Hujan pun mulai turun. Paman dan bibinya membuka payung yang mereka bawa. Lalu mereka pulang. Semuanya terasa hening.

.

.

.

3 bulan kemudian, bibinya yang biasanya di rumah, sekarang harus bekerja juga di perusahaan milik kakaknya. Sedangkan anak pemilik perusahaan itu tinggal di rumahnya bersama beberapa pelayan. Tapi lama kelamaan pelayannya semena-mena. Adik kakak itulah yang menjadi pelayannya jika paman dan bibinya sedang bekerja. Mereka sering di pukuli. Bahkan di pecut. Mereka di ancam jika mengadu kepada paman dan bibinya.

"Cepat pel lantainya! Dasar anak bodoh!"

Gadis itu menangis karena bentakan yang begitu kasar. Tangan kecilnya memegang gagang pel-an yang ukurannya lebih tinggi dari tinggi badannya.

"Dasar Idiot! Begitu saja kau tidak bisa!" Pelayan itu menampar gadis kecil malang ini dan menendangnya di bagian kepala. Gadis itu hanya bisa menangis. Gadis itu mengelap air matanya dan berdiri lalu menendang perut pelayan itu.

"Beraninya kau!" Gadis itu di pecuti oleh pelayannya, ia hanya bisa diam dan menangis.

.

.

.

"Nii-chan? Kau mau kemana?" Tanya gadis kecil yang melihat kakaknya ada di jendela kamar mereka. Surai abu-abunya bergerak-gerak karena angin. Gadis dengan mata abu-abunya itu tetap menatap kakaknya tanpa ekspresi.

"Ayo kita keluar dari rumah ini! Kita akan sepuasnya bermain di jalanan!" kata Mayuzumi. Gadis itu tampak memikirkan matang-matang tentang ajakan kakak tersayangnya itu. Ingin sekali ia bersama kakaknya. Sayangnya dia terlalu takut untuk hidup di jalanan. Gadis itu tampak menggelengkan kepalanya. Kakaknya menunduk sedih. Sejak mengetahui kematian orang tuanya, gadis kecil itu tak pernah benar-benar mengeluarkan emosinya. Ia mengambil sebuah kalung dan cincin yang ia sembunyikan di laci meja belajarnya.

"hanya ini yang kita punya. Ini cincin pernikahan papa dan mama. Jaga baik-baik." Kata gadis itu mengalungkan kalung milik mamanya. Kakaknya hanya menangis dan memeluk adiknya.

"Aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik. Aku menyayangimu" Katanya. Gadis kecil itu hanya mengangguk

"Kau juga. Aku juga menyayangimu." Lalu anak laki-laki bersurai abu-abu keputihan itu kabur dari rumah. gadis itu hanya menatapnya dari kejauhan. Dia menoleh ke arah adiknya. Gadis itu melambaikan tangan pada kakaknya. Dia hanya tersenyum lalu pergi.

.

.

.

"(Nama), apa kau melihat kakakmu?" Tanya bibi. Gadis itu hanya menggeleng berdusta.

"Aku kira tadi dia ada di bawah, ternyata tidak ada." Kata gadis itu polos.

"Sepertinya dia main ke rumah temannya." Kata paman. Gadis kecil itu hanya mengangguk dengan muka polosnya. Setelah selesai makan, gadis itu cepat-cepat pergi ke kamarnya. Ia berusaha tidur di kasurnya yang empuk. Entah kenapa jantungnya berdetak sangat kencang.

DUAR! DUAR! DUAR!

Suara tembakan peluru dari luar kamarnya membuat tubuhnya semakin bergemetar.

"Apa ini? Kenapa tubuhku bergemetar?" gumam gadis itu tidak mengerti. Ia mencoba megingat-ingat masa lalunya. 'apa ini yang namanya ketakutan?'gumamnya dalam hati. Suara teriakan orang orang membuat tubuhnya semakin bergemetar.

AAAAAAAAA! DUAR! DUAR! DUAR!

Suara teriakan yang mengerikan dan suara dari senapan membuatnya hanya bisa diam di kamar. Detak jantungnya semakin cepat tak beraturan. Dia mencengkram kuat-kuat bantalnya. Napasnya mulai tidak beraturan. Air matanya jatuh tanpa ia sadari.

.

.

.

.

Sudah 15 menit suara tidak ada suara yang terdengar lagi. Gadis kecil yang malang itu tetap berada di kamarnya. Suara langkah seseorang terdengar dari luar kamar. Seseorang membuka pintu kamarnya. Seorang laki-laki parh baya membuka pintu kamar gadis malang ini dan mendekatinya.

"Apa kau baik-baik saja?" katanya. Gadis itu hanya mengangguk ketakutan. Laki-laki itu adalah tangan kanan paman-nya selama menjalani perusahaan. Laki-laki itu mengangkat gadis kecil itu dan membawanya keluar. Lalu ia dibawa pergi dengan mobil paman itu. Tak lama setelah itu, mobil polisi berdatangan.

"Paman, kenapa bibi dan pamanku tergeletak di lantai? Kenapa di tubuh mereka mengeluarkan darah?" kata gadis kecil itu dengan polosnya. Paman itu hanya tersenyum.

"Itu karena mereka lemah." Kata paman itu halus. Gadis kecil itu hanya memperhatikan wajah paman itu dengan muka polosnya.

"Jadi aku tidak boleh lemah ya paman?" katanya melihat jemari tangannya yang sangat kecil. Paman itu kembali tersenyum.

"Nanti paman akan mengajarkanmu bagaimana caranya untuk menjadi kuat."

.

.

.

.

.

Young rebels

Itu adalah nama tempat yang di kelola oleh paman ini. Di sana banyak anak jalanan yang tidak punya orang tua di latih layaknya tentara. Tapi kebanyakan menjadi penjahat seperti teroris. Gadis kecil ini di bawa paman itu ke tempat mengerikan ini. Anak-anak seumurannya meliriknya dengan tatapan yang kosong. Gadis kecil ini hanya bisa diam.

"Tempat apa ini paman?"

"Ini adalah tempat untuk melatih anak-anak agar menjadi kuat." Kata paman itu halus. Gadis itu hanya melihat-lihat sekeliling tempat itu.

Gadis itu dilatih dengan keras. Sering kali ia diambang kematian. Dia adalah yang terbaik, apa lagi dalam hal menembak jarak jauh. Dia diberikan banyak julukan karena keterampilannya, misalnya The Eagle, The Predator, Blessed Sniper dan lainnya. Walau dia yang paling muda di kelompok itu, ia terpilih sebagai ketua kelompok Wolf dengan anggota yang sangat hebat. Wolf memiliki 5 anggota, yaitu (Name), Riko, Hyuuga, Teppei, dan Mira. Masing-masing mempunyai bakat utama. Bakat Riko adalah memecahkan kode. Hyuuga adalah orang yang jarang di perhatikan lawan, baisanya dia sering menempelkan kertas listrik jika lawan sedang lengah . Mira adalah gadis yang sangat handal bermain pisau atau semacamnya. Sedangkan Teppei handal dalam bertarung dengan tangan kosong. Biasanya mereka berlatih survival selama seminggu di hutan yang masih banyak serigalanya.

Gadis bersurai abu-abu itu sedang terduduk di atas kasurnya. Pandangannya kosong. Sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.

"Besok ujian kelulusanmu (Name)." Suara seseorang memecah lamunan gadis itu. Matanya menangkap sesosok perempuan bersurai coklat yang sebaya dengannya mengenakan seragam yang sama dengannya.

"Iya, setelah itu, aku akan pergi dari sini." Kata gadis itu. Temannya hanya tersenyum.

"Kalau kau lulus, pasti aku akan merindukanmu (Name)."

"Aku juga akan pasti merindukanmu Riko. Pasti aku akan merindukan kalian semua." Kedua gadis itu berpelukan.

"Kau harus lulus, kalau tidak, kau akan berada di sini lagi untuk dua tahun kedepan." Kata Riko menatap gadis itu dalam dalam.

Hari itupun datang. Para siswa yang akan mengikuti ujian berkumpul di lapangan. Masing-masing diujikan berdasarkan levelnya. (Name) berjalan di belakang pelatihnya. Paman yang mengajaknya kesini datang untuk melihatnya.

"Apa ini?" kata gadis itu melihat padang rumput yang luas dan di batasi tembok tingginya sekitar 50 meter.

"Ini adalah Sabana buatan."

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Kami meletakan singa Africa di sabana buatan ini. Kau harus membunuh pejantannya. Kami akan mengawasimu melalui udara."

Gadis itu sadar, ini adalah ujian tingkat tinggi. Pertaruhannya adalah lulus, di sini selama dua tahun, atau mati dimakan singa. Gadis itu pun menghela napas dan memasuki arena dengan mobil.

Dia mendekat ke pohon dan tiarap di bawahnya. Terhadang rumput-rumput yang tinggi. Tapi matanya masih bisa melihat pergerakan singa jantan yang jaraknya 2,8km darinya dengan dihalangi rumput-rumput. Dia segera menyiapkan senapannya. Menunggu waktu yang tepat. Tangannya sudah siap menekan senapan itu.

Duar!

Senapannya sangat cepat. Burung-burung berterbangan karena terkejut dengan suara senapan itu. Gadis itu berdiri dan melihat singa itu berlari dengan sangat cepat kearahnya. Dia segera memanjat pohon. Singa yang di perutnya sudah tertancap peluru itu makin mendekat. Gadis ini sudah bersiap dengan senapannya.

'aku harus menembak ke kakinya agar dia tak bisa berlari' batin gadis itu

Duar!

Pelurunya menancap ke kaki sebelah kanan bagian belakang kucing raksasa itu. Kucing raksasa itu terjatuh kemudian dia diam sebentar menjilati kakinya dengan peluru yang masih menancap. Dia berjalan dengan pincang ke arah gadis itu. Perutnya sudah berlumuran darah segar akibat tertancap peluru yang pertama gadis itu tembakkan. Gadis berumur 13 tahun itu menyeringai.

"Aku suka sikap pantang menyerahmu" kata gadis itu.

DUAR!

Gadis itu mengincar jantung singa itu. Dan tampaknya pelurunya tepat sasaran. Singa itu terbaring dan sama sekali tak bergerak.

"Gomen." Kata gadis itu melihat dari atas pohon. Iapun turun untuk mencari pintu keluar arena sabana buatan itu. Di belakangnya, sekitar 1,5km ada rumput-rumput yang bergerak tak sama dengan rumput lainnya. Gadis itu menoleh ke belakang dan cepat-cepat berlari. Tentu saja, singa betina mengejarnya. Dengan sigap dia lari ke arah selatan, dimana ada pintu keluar dari sabana buatan itu. Tentu saja, singa itu kelaparan. Ini hanya buatan, dan hanya ada singa. Gadis itu memang sudah lolos ujian ini. Tapi belum lolos dari singa-singa itu.

RAWR!

Seekor singa betina ada di depannya. Gadis itu langsung menembaknya dengan pistol yang ia bawa. Pintu keluarnya masih 300m lagi. Gadis itu menoleh ke belakang. Ada 4 ekor singa betina yang mengejarnya. Dan jaraknya juga semakin mendekat. Ia berlari secepat yang ia bisa. Dia menghentikan langkahnya dan langsung dalam posisi siap menembak. Matanya memperhatikan gerakan para betina itu dengan cepat. Tangannya menekan pistol itu. Tiga betina langsung tumbang dengan satu kali tembak.

"Meleset?" katanya membelalakan matanya. Bukan artinya ia tak pernah meleset jika menembak benda bergerak secepat itu. Tapi singa itu hanya berjarak 7 meter di depannya. Singa itu menimpa tubuh mungilnya. Gadis itu hanya berusaha menendang tubuh singa yang beratnya 4x lebih berat dari berat badan gadis itu. Terlalu berat. Singa itu sudah menyiapkan kukunya untuk merobek kulit wajah mulusnya. Singa itu sudah mengangkat cakarnya hendak menrobek wajah gadis mungil itu.

DUAR! DUAR!

Suara senapan kembali terdengar. Singa itu tumbang, dan terlihat dua peluru yang menancap di lehernya. Itu peluru beracun. Sedangkan yang tadi ia gunakan tidak mengandung racun. Gadis itu menoleh ke arah belakangnya. Ada sebuah mobil jeep yang melaju kencang ke arahnya.

"Himuro-Senpai!, Kagami-Senpai!" gadis itu melambaikan tangan. Himuro memegang senapan dengan tangan kirinya. Tangan kanannya memegang mobil agar tidak jatuh. Kagami yang mengendarai mobil itu. Itu adalah kakak kelasnya. Gadis itu hanya berdiri.

"Apa kau baik-baik saja?" kata Himuro

"Hm! Hanya luka ringan yang ada di bahuku." Kata gadis itu naik ke mobil jeep yang dipakai untuk menjemputnya. Jeep yang belakangnya terbuka itu memutar arah menuju pintu keluar. Setelah keluar, lukanya segera di bersihkan dan diobati dengan alcohol 95%. Pasti itu sangat perih.

Akhirnya gadis itu dinyatakan lulus dari neraka kejam itu. Tak lupa berfoto bersama teman-teman seperjuangan-nya. Mungkin untuk yang terakhir kalinya. Ia kembali ke rumah paman yang membawanya ke tempat itu. Gadis itu sangat senang bisa menjadi kuat sekarang.

"Baiklah [Name], selamat atas kelulusanmu." Katanya sambil menyetir mobil. Gadis hanya mengangguk senang

Author P.O.V

Kamu pulang ke rumah paman itu. Sudah delapan tahun kamu tidak kembali ke sana karena belajar untuk menjadi kuat. Kamu meletakan barang-barangmu di kamarmu dan merapihkan kamarmu. Kamupun berbaring di kasurmu yang jauh lebih empuk di banding yang biasanya kamu tiduri. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarmu. Yang kamu tahu itu adalah paman yang membantumu agar bisa menjadi kuat.

"Masuk!"

"[Name], kau akan menjadi model majalah perusahaan ayahmu mulai besok. Jadi kamu akan selalu memakai baju ini setiap hari, kecuali saat tidur." Kata paman itu menunjukan baju bikini berwarna emas, di bagian belakangnya, terdapat tujuh buntut rubah yang berwarna sama dengan warna bajunya. Sebenarnya kamu hendak menolaknya. Yang kamu tahu, itu adalah baju renang saat kamu belajar menjadi kuat dulu. Tapi dia adalah orang yang baik sampai mengajarkanmu untuk menjadi kuat, jadi apa boleh buat. Kamu mengangguk, lalu paman itu juga memberikan wig berwarna emas (lagi) dengan kuping rubah di atasnya. Kamu hanya bisa menurut padanya. Diapun keluar dan menutup pintu kamarmu.

.

.

.

.

"Ini lebih melelahkan dari pada latihan." Gerutumu. Kamu melihat tumpukan majalah yang ada di pojokan kamarmu. Terdapat fotomu dengan berbagai pose sebagai cover majalah itu. Kamu hanya melihat-lihat edisi khusus Foxes yang berisi segala macam tentang rubah. Berbagai julukan yang kamu terima dari penggemarmu seperti Lady Fox, Fox Queen, dan sebagainya yang bertema rubah. Kamu hanya memperhatikan pose-pose yang menurutmu agak aneh itu. Seperti mengigit jempolmu dengan ekspresi wajah yang agak berlebihan dan tentu saja, kamu meminta pose 'menembak' dengan senapan yang di beri nama The Golden Gun dan tentu saja di lengkapi dengan peluru emas. Di tambah lagi, kamu di jadikan tokoh utama dalam game ber-genre tembak-menembak yang membuatmu semakin famous. Seseorang mengetuk pintu kamarmu yang membuatmu kaget.

"Masuk." Katamu, seseorang membuka pintunya. Itu hanya paman yang membawakanmu susu dan lasagna kesukaanmu.

"Oyasumi [Name]." katanya sambil meletakan makanan itu di meja belajarmu. Makan malammu hari ini lasagna. Sebenarnya itu akan membuat tubuhmu membesar. Tapi apa boleh buat? Masa iya kamu akan menolak makanan kesukaanmu?

"Arigatou Oji-san." Katamu tersenyum.

"Dihabiskan ya!" katanya. Kamu hanya mengangguk dan dia keluar dari kamarmu. 'tumben sekali paman mengantarkan makanan ke kamarku.' Pikirmu. Memang biasanya pelayan pribadi paman yang mengantarkannya. Tapi kamu tak terlalu memikirkan itu dan langsung memakannya.

"Bagaimana kalau 20 juta yen, Shirogane?"

"Kau pikir merawat gadis itu mudah? Itu belum cukup Nakatani."

"Baiklah, bagaimana kalau 400 juta yen. Hanya untuk malam ini?"

"Baiklah, aku setuju." Kedua orang itu berjabat tangan sebagai tanda 'deal' dengan tawaran itu.

.

.

.

.

Kamu membuka kelopak matamu perlahan-lahan, kepalamu sangat pusing dan terasa berputar-putar. Dirimu ada di bawah kendali obat. Dirimu berada di sebuah kamar yang mewah. Lebih tepatnya, ini kamar hotel berbintang lima dan kamar VVIP. Iris matamu menangkap sesosok bayangan dengan pakaian hitam yang cukup formal.

"Aku sudah siap tuan." Katamu secara tidak sadar mengatakan itu. Orang itu hanya tersenyum ke arahmu. Dia mendekatimu dan mengangkat dagu-mu.

"Kau adalah milikku malam ini, [Name]-chan." Katanya. Kamu hanya tersenyum. Dia mulai membuka bolero yang kamu kenakan dengan lembut. Dia mengusap-usap kepalamu dan mendekatkan mukanya ke depan mukamu

Duak!

Seseorang mendobrak pintu kamar itu. Dengan pakaian bertuliskan FBI, mereka mengangkat senjatanya dengan sigap. Seseorang langsung membawamu ke balkon dan menjatuhkan tubuhmu dari lantai 12. Kamu terjatuh di mobil Lambor*hini Aven*ador berwarna merah dengan posisi terduduk. Orang yang mengendarainya langsung membawamu pergi dari sana.

Seorang perempuan berkepala tiga menemukan anting emas.

"Apa kau menemukan sesuatu ketua?"

"Ya, ini akan mempermudah misi kita." Kata perempuan berambut pirang itu. Laki-laki tua bernama Nakatani itu di tangkap karena sudah menjadi buronan dunia. Ia dicari di Prancis, Italy, German, dan lainnya. Ia di gugat karena meledakan dua gedung hotel dan tiga gedung kedutaan.

.

.

.

.

"Kerja bagus Haizaki, dari mana kau mendapatkan gadis terkenal ini?"

"Aku selalu mendapatkan cara untuk mendapatkan banyak uang." Jawab laki-laki bersurai abu-abu itu sambil meminum sake. Dirimu dibaringkan di tempat tidur yang cukup nyaman. Kamu berada di pasar wanita sekarang. Dirimu sudah di suntik obat (lagi) tadi. Tentu saja kamu dijual dengan harga mahal, karena kamu adalah seorang model terkenal. Gaun tidurmu yang berwarna putih sudah lusuh.

"Bagaimana dengan Silver? Apakah dia selamat?" kata orang yg bernama Nash Gold JR. itu.

"Oh, ayolah. Dia sudah di tangkap FBI sekarang." Kata Haizaki dengan muka mabuk. Haizaki bangkit dari tempat duduknya.

"Kau mau kemana?"

"Tentu saja mau bermain dengannya."

"Kau bodoh. Nanti harga jualnya jadi menurun." Kata Gold. Haizaki hanya mengangguk-angguk. Tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka berdua.

"Permisi, apa ada yang special malam ini?" kata laki-laki paruh baya menghampiri mereka.

"Kami punya yang sangat special. Pasti anda tertarik." Kata Gold menunjukan kamarmu ke orang itu.

"Aku beli dia. 500 juta yen"

"Dia hanya di sewa untuk satu malam tuan." Kata Haizaki masih dalam keadaan mabuk. Laki-laki paruh baya itu seperti memikirkan sesuatu, lalu ia tersenyum.

"Bagaimana jika aku beli dia dengan harga 5 milyar yen." Katanya tersenyum licik. Haizaki dan temannya itu tampak saling memberi kode.

"Baiklah kami terima. Dia milik anda."

Laki-laki tua itu langsung memindahkanmu dari kamar ke mobilnya yang mewah. Lalu ia segera memberikan uang tunai pada kedua laki-laki yang sedang mabuk itu. Lalu ia membawamu pergi ke rumahnya.

Kamu di bawanya ke ruangannya. Tubuhmu di baringkan ke sofa yang sangat empuk. Perhelan-helan kamu membuka matamu. Kamu melihat sosok yang kamu kenal.

"Istirahat saja dulu."

"Apa yang terjadi denganku Oji-san?" katamu memegang kepalamu yang sangat pusing. Orang yang kamu panggil Oji-san itu hanya diam tak menjawab. 'kalau dia tahu, aku mau menjualnya. Enak saja menjual model cantik seperti dia.' Pikir laki-laki itu, lagi pula, uang 5 milyar itu adalah uang palsu. Dia melihat ke luar dari jendela. Lalu ia menarik tanganmu. Ia menekan sebuah buku dari rak yang ada di kantornya.

"Kita mau kemana Oji-san?"

"Kamu harus bersembunyi." Katanya menarik tanganmu menuruni tangga yang berada di belakang rak buku itu. Lalu pintunya tertutup dengan sendirinya. Ia memasukanmu ke dalam sebuah sel seperti di penjara.

"jangan berisik. Aku harus pergi." Katanya. Kamu hanya mengangguk karena masih dalam keadaan mabuk. Lalu laki-laki bernama Shirogane itu pergi bersama pelayan setianya meninggalkanmu sendirian.

"Kalian cari gadis itu bersama Nijimura-kun dan Izuki-kun."

"Baik!"

Sembilan orang anak muda berlari menuju ruang kerja Shirogane. Satu-satunya perempuan bersurai pink itu mendobrak pintunya dengan menendang pintu itu. Semuanya masuk dengan sangat hati-hati. Tak ada seorangpun di sana. Mereka menurunkan senjata mereka. Mencari-cari petunjuk ke mana penghuni rumah pergi. Seorang pemuda bersurai biru muda memperhatikan lukisan yang bergambarkan dirimu sedang pose menembak ke arah sebuah rak buku. Pemuda itu-pun mendekati rak itu dan menemukan sebuah buku berwarna biru yang polos. Ia menekannya. Sebuah pintu kembali terbuka dengan tangga menuju bawah tanah di dalamnya.

"Kerja bagus Kuroko!" kata senpai-nya itu. Lalu ia turun ke bawah sana bersama yang lainnya.

"Alex-san, kami menemukan pintu rahasia menuju ruang bawah tanah." Kata Izuki melalui walkie talkie yang ia bawa.

"aku akan kesana sebentar lagi." Suara seorang perempuan dari sebrang sana.

Nijimura memasang peledak pada pintu besi yang ada di sana.

DUAR!

Pintunya hancur, dan mereka masuk ke dalamnya. Memang terlihat seperti penjara. Dan baunya agak busuk di sini.

"Aku menemukan seseorang-ssu!" kata pemuda berambut kuning yang agak berisik itu. Yang lain segera mendekat ke arahnya. Pemuda berambut merah membuka sel yang mengurungmu dengan pisau leser.

"Dia kan model itu-ssu! Aku mau bekerja sama dengannya-ssu!"

"Berisik Kise!"

Pemuda bersurai biru tua mendekatimu dan menyekapmu dengan sebuah kain. Kamu yang sudah setengah sadar, sekarang kembali pingsan lagi.

"Memangnya kita membawa obat bius?" kata pemuda berambut ungu sambil memakan snack-nya.

"Apa yang kalian temukan?" suara seseorang membuat mereka hening seketika. Perempuan berambut pirang itu masuk ke dalam sel dimana dirimu ada di sana. Diapun tersnyum melihatmu.

"Sayang sekali, pasti kita akan bertemu lagi suatu saat nanti [Name]-chan."

.

.

.

.

Kamu membuka matamu perhelan-helan. Sinar lampu yang membuat matamu terasa perih membuatmu kembali memejamkan matamu. Kepalamu masih terasa berputar-putar. Yang terakhir kali kau ingat adalah, kau sangat mengantuk selesai makan malam. Kamu mengubah posisi tubuhmu ke arah kanan. Kamu kembali membuka matamu. Banyak peralatan kedokteran. Kamu terduduk di kasur itu. Semuanya masih terlihat agak buram.

"Kau sudah sadar."

Kamu menoleh ke sumber suara. Kamu melihat gadis bersurai pink dengan wajahnya yang kawaii menurutmu.

"Ah.. Dimana ini?" katamu

"Ini di markas kami."

"markas?" katamu. Kamu melihat sekeliling ruanganmu.

"Namaku Momoi Satsuki."

"Oh.. Aku [Name]." katamu menjabat tangannya.

"Kamu terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan." Katanya. Kamu tak mengerti apa yang ia maksud.

"Obat-obatan?"

"kamu mengkonsumsi obat-obatan berbahaya dan obat tidur terlalu banyak."

"Tidak mungkin." Katamu tidak percaya. Kamu hanya menatap gadis itu dengan tatapan tidak percaya.

"Tapi tenang saja, kami sudah menetral-kannya." Kamu menghela napasmu lega. Walau tetap saja namanya kau pernah mengkonsumsinya. Tiba-tiba seseorang membuka pintu, kalian langsung menoleh ke arahnya.

"Ohayou Alex-san."

"Ohayou Momoi-chan." Katanya. Kamu hanya mengangguk kepadanya. Diapun mengambil kursi dan duduk di samping kasur yang sedang kamu dudukki.

"Apa yang kau rasakan?"

"Aku sedikit pusing dan mual." Katamu. Dia hanya tersenyum.

"Apa kau tau apa itu FBI?"

"itu adalah organisasi musuh yang sangat berbahaya." Katamu. Itulah yang mereka beritahu saat kamu ada di tempat pelatihan neraka itu. Orang yang bernama Alex itu hanya tersenyum. Ia memintamu untuk menceritakan semua yang kamu tahu. Kamu menceritakan semua yang kamu pelajari selama di Young Rebels dan kenapa kamu bisa kesana.

"Kau sedang berada di markas FBI."

"APA!?" katamu

"Tenanglah, sebenarnya FBI itu adalah polisi dunia. Kami mengejar paman yang membawamu ke tempat itu." Kata Momoi. Sebenarnya kau hendak kabur. Tapi kepalamu masih terasa sangat pusing.

"TIDAK! ITU TIDAK BENAR!" kamu hendak turun dari tempat tidurmu tapi di tahan oleh Momoi.

"Biar ku jelaskan dulu!"

"Aku tidak butuh penjelasan!"

Momoi menahan tanganmu agar tidak pergi. Alex memberikanmu beberapa berita lama tentang criminal beberapa waktu yang lalu. Kamu melihat satu-persatu berita itu. Matamu rasanya ingin menangis tak percaya dengan semua yang kamu baca.

"Itu pasti bohong!" katamu.

"Tak satupun kebohongan yang ada di berita ini." Kata Alex. Kamu-pun di bawa ke penjara bawah tanah untuk menemui seseorang di sana.

"Nakatani-san…" katamu. Orang yang berada di dalam sel itu hanya menoleh ke arahmu.

"Ada apa? [Name]-chan?"

"Bisa kau ceritakan siapa itu Oji-san?" katamu. Suaramu agak bergetar. Dia hanya menghela napas.

"Sebenarnya, Oji-san mu adalah seorang Terroris yang di cari kepolisian." Kata orang itu.

"Bukannya polisi itu orang jahat?"

"Semua yang diajarkan kepadamu dulu, itu tidak benar [Name]-chan. Itu adalah kebalikan dari fakta." Katanya. Kamu mencoba berpikir dan mengingat semuanya. Yang ternyata kebohongan.

"Apa yang sebenarnya terjadi padaku waktu itu?"

"Shirogane menjual-mu padaku, dan aku tertangkap." Katanya. Kamu menutup mulutmu. Pipimu terasa basah dan hangat. Kamu tak percaya dengan semua fakta ini.

"Kami menemukan antingmu di kamar hotel Nakatani. Dan kami segera melacakmu." Kata Alex yang berdiri di sampingmu. Kakimu terasa sangat lemas.

"Dan, Shirogane juga yang menyebabkan kedua orang tuamu tewas dan paman dan bibimu meninggal karena pembunuhan." Kata Nakatani. Kamu hanya bisa diam dan menghapus air matamu yang keluar tadi.

'tega sekali dia! Membunuh orang demi uang!' katamu dalam hati setelah berpikir lagi. Kamu hanya menundukan kepalamu. Alex membawamu keluar dari penjara itu. Kamu hanya menunduk dengan kepalamu yang terasa semakin berat saja. Tiba-tiba tergambar di kepalamu saat kamu berfoto bersama keluargamu sebelum kecelakaan itu terjadi. Kamu ingat harapan terakhir yang terucap dari laki-laki yang selalu melindungimu itu.

"[Name]-chan. Aku menawarkanmu untuk bergabung bersama kami."

"Apa?" katamu kaget mendengar kata-katanya.

"Kami membutuhkan kemampuanmu untuk misi-misi kami selanjutnya." Kata Alex-san serius.

'Hufft… sekarang hal yang membingungkan datang lagi' gerutumu dalam hati. Kamu hanya menghela napasmu.

"Aku masih harus memikirkannya."

"Aku mengerti, aku akan menunggu jawabanmu. Sekarang, tenangkan dirimu." Katanya membuka pintu sebuah ruangan. Di sana terdapat kasur, lemari dan kamar mandi.

"Terima Kasih. Aku akan memikirkannya." Kata-nya. Kamupun masuk ke dalam ruangan itu dan langsung merebahkan tubuhmu di kasur lumayan keras itu. Kamu memikirkan apa yang kamu dengar barusan. Tentang masa lalumu yang pahit. Semua kenangan yang membuat air mata mengalir. Kamu hanya bisa menghela napasmu.

"tak ada gunanya menangis" gumammu. Kamu pergi ke balkon yang ada di kamar itu. Kamu melihat pantai yang indah. Dan menghirup udara segar.

'Sudah lama tidak pergi ke pantai'

'Apa? Pantai?' katamu sekali lagi memperhatikan ombak. Dan kamu sadar, ini bukanlah Tokyo. Ini adalah pulau terpencil. Kamu merebahkan tubuhmu di kasur. Kamupun memejamkan matamu dan terlelap. #padahalmasihpagiudhtidurlagi

.

.

.

.

Kamu terbangun karena suara bising yang terdengar di telingamu. Dengan malasnya, kamu bangkit dari tempat tidur itu dan mengelap cairan yang ada di pipimu. Lalu kamu kembali ke balkon untuk menikmati angin pantai. Sekarang, kamu tahu. Kenapa dia tidak menjagamu terlalu ketat. Karena ini adalah pulau terpencil. Jadi tak perlu repot-repot menjagamu. Kamupun pergi untuk menemui Alex.

"Bagaimana jawabanmu [Name]?" katanya tersenyum ke arahmu. Kamu hanya menatapnya kosong.

"Aku akan bergabung." Katamu. Alex hanya tersenyum ke arahmu.

"Ikut aku." Kata Alex berjalan. Kamu hanya mengikuti Alex dari belakang.

.

.

.

.

Duar!

"Aominecchi! Itu bahaya! Bagaimana jika ada seseorang yang terluka?!"

"Namanya juga latihan menembak!"

"Tapi itu berbahaya-ssu!"

"Berisik!"

Seseorang membuka pintu ruangan itu. Semua orang langsung menoleh ke arahnya.

"Kita punya anggota baru." Kata Alex. Kamu masih berdiri di belakangnya. Dia memberi kode kamu harus berada di depannya sekarang. Semuanya hanya bingung kenapa kamu dimasukan ke dalam organisasi itu.

"Namaku [Name], salam kenal." Katamu membungkuk. Alex hanya tersenyum.

"Mohon kerja samanya!" kata Alex mendorongmu masuk ke ruangan itu lalu menutup pintunya.

"Kenapa harus dia nanodayo?"

"Alex-san memang sulit di tebak-ssu."

Semuanya memperhatikanmu dari atas ke bawah kecuali Momoi.

"Yaay! [Name]-chan bergabung!" kata Momoi memelukmu. Kamu hanya diam meliriknya.

"Baiklah, ini Kuroko Tetsuya, Kise Ryouta, Aomine Daiki, Midorima Shintarou, Murasakibara Atsushi, dan Aka-. Hei, dimana Akashi-kun?" kata Momoi tidak melihat Akashi di sana.

"Waah… [Name]-chan! Bukannya kau juga model?" kata Kise dengan mata yang blink blink (?)

"Ya, kau juga model bukan?" katamu menatap Kise.

"Yayayaya! Nanti aku harap kita bisa pemotretan bersama-ssu!" kata Kise bersemangat.

'jangan sok dekat denganku' katamu dalam hati. Kamu memang tidak terlalu suka dengan orang yang berisik seperti Kise. Kamu mengalihkan padanganmu kepada Midorima. Matamu membulat.

"Apa yang kau lihat?" katanya. Kamu berlari mendekatinya.

"Kawaii!" katamu melihat boneka beruang berwarna putih yang ia pegang. Matamu membulat karena boneka beruang itu.

"Kenapa kau membawa beruang ini?" katamu

"Ini lucky item-ku hari ini, nanodayo." Jawab pemuda bersurai hijau itu. Kamu semakin gemas dengan beruang itu.

"Ngomong-ngomong, kemana Akashi-kun pergi?" kata Kuroko.

"Sepertinya dia sedang menyiapkan helicopter untuk kita pulang ke Tokyo-ssu!"

"Pulang?" katamu

"Tentu saja, ada yang salah?" kata orang yang bernama Aomine itu

"Aku kira kalian tinggal di sini."

"Tidak ini hanyalah markas rahasia. Jadi, jika kau membeberkannya, kami tak akan segan untuk membunuhmu." Kata seseorang dari arah pintu. Kamu memperhatikan pemuda bersurai merah yang sedikit lebih tinggi darimu itu.

"Ayo kita pulang, jangan lupa jaga gadis PSK ini." Kata Akashi tajam. Dadamu sudah terasa cukup sesak mendengarnya.

'PSK? Kau kira aku ini gadis macam apa hah?!' katamu dalam hati.

"Mohon dimaafkan [Name]-chan, Akashicchi orangnya memang begitu-ssu!" kata Kise. Kamu hanya mengangguk mengerti. Kamu ikut mereka ke Tokyo atas perintah Alex.

Kalian mengendarai helicopter ke Tokyo, lalu kalian menuju rumah yang cukup besar dengan mobil.

"Ini tempat apa?"

"Ini rumah kami-ssu."

"Dan sekarang ini juga rumahmu!" kata Momoi riang. Kamu hanya memperhatikan rumah itu. Kamu merasa seperti tamu saja. Kamu di ajak masuk ke ruang tamu oleh Kuroko.

"Anggap saja rumah sendiri-ssu!" kata Kise duduk di sofa.

"Murasakibara! Jangan makan terus! Bersihkan kamarmu!" perintah Akashi.

"Sebentar dong Aka-cin…" kata Murasakibara sambil memakan snack-nya itu.

Kamu jadi merasa mengganggu kesenangan mereka. Rasanya kamu hanya akan merepotkan untuk mereka dan menjadi nyamuk.

"Ah, lebih baik aku akan cari penginapan sa-"

"[Name]-chan, aku akan menunjukan kamar kita~" kata Momoi menarik tanganmu sebelum kamu menyelesaikan kalimatmu. Kamu hanya bisa mengikuti kemauannya.

"Selamat datang di kamar barumu!" kata Momoi riang. Kamu melihat ke sekeliling ruangan yang berwarna pink di mana-mana.

"S.. sugoii.." katamu, di kamarnya ada sebuah kasur tingkat.

"Apa dulu kau juga punya teman sekamar?" katamu melihat kasur yang di atas. Momoi hanya tersenyum dan menunduk.

"Ya, tapi dia mati saat menjalankan misi." Kata Momoi. Kamu hanya diam tak bergeming mendengarnya.

"Gomen."

"Tak masalah, kasurmu yang di atas ya!" katanya. Kamu hanya mengangguk menurut.

'Ini terlalu girly.' Batinmu. Pink, pink, pink. Tak ada warna lain. Hanya ada warna putih dan ungu sedikit di bagian atas tembok dan beberapa perabot. Kamu hanya menghela napasmu. Dan pergi menuju ruang tamu.

"Aku akan mencari makanan untuk makan malam kita!" kata Aomine. Yang lain hanya mengangguk. Kamu melihat ke arah jam dinding. Ini sudah jam 11 malam.

"Biar aku saja yang akan memasak." Katamu. Yang lain langsung menoleh ke arahmu.

"Aku akan membantumu!" kata Momoi bersemangat.

"Aku rasa tidak perlu, karena aku lebih suka sendirian saat memasak." Katamu tersenyum ke arah Momoi.

"Souka…" kamupun pergi menuju dapur

"Apa kau ingat, bagaimana terakhir kali Satsuki memasak?" kata Aomine gemetar.

"Itu mengerikan-ssu…" kata Kise mengingat kembali masakan yang dibuat oleh gadis berambut pink itu. Makanan berbentuk nasi goring dengan sosis berbentuk gurita yang gosong itu membuat semua orang yang ada di rumah itu sakit perut. Kecuali si pembuat yang biasa biasa saja.

15 menit kemudian…

"Makanannya sudah siap." Katamu menuju ruang tamu. Semuanya meneguk ludah dan berjalan ke ruang dapur dengan lemas *minus Momoi*. Semuanya berkumpul di meja makan.

"Kalau makanan ini sampai membuatku sakit perut, aku akan menghancurkanmu." Kata Murasakibara tajam. Kamu hanya bisa menelan ludah mendengarnya.

"Apa rasanya enak-ssu?" kata Kise sedikit gemetar membayangkan rasanya.

"Kalau begitu biar aku yang coba." Kata Kuroko mengambil sesendok nasi goreng yang ada di piringnya. Semuanya menatap serius ke arah Kuroko termasuk kamu.

.

.

.

.

.

TBC


Behind The Scenes #nggakjelashoo

Pemuda bersurai biru tua mendekatimu dan menyekapmu dengan sebuah kain. Kamu yang sudah setengah sadar, sekarang kembali pingsan lagi.

"Memangnya kita membawa obat bius?" kata pemuda berambut ungu sambil memakan snack-nya.

"Ini adalah kaus kaki milikku yang ku temukan di bawah kasurku." Katanya sambil memamerkan cengiran khasnya.


Yee... selesai... gak jelas kan? *pinguin* ada yg bisa kasih ide buat judulnya? :'v hehehe... #authornyasengklek. Author updatenya bakal lama.. sekitar 1minggu-3bulan sekali #gakadaygnanya. okeh baiklah saudara saudari, terima kasih untuk yang telah meluangkan waktunya untuk membaca fanfiction yang gak jelas seperti ini *pinguin* jangan lupa makan-makanan yang sehat. hindari makanan palsu *pinguin* jangan sampe lupa makan, nanti kamu sakit :') #efekjones. ok Sankyu~~~ Cling! *authornya ilang*