Sasuke bangun dengan keringat bercucuran dan napas yang terengah. Kaos putih yang ia pakai tampak basah di bagian dada. Rambut hitamnya acak-acakan. Ia berusaha menormalkan kembali deru napasnya. Diliriknya jam weker yang ada di atas nakas. Masih pukul satu dini hari. Dan lagi-lagi Sasuke terbangun gara-gara mimpi sialan itu yang entah kenapa akhir-akhir ini sering mampir di tidurnya.
.
.
.
PUDAR?
By Kertas Biru
Naruto by Masashi Kishimoto
U. Sasuke & H. Hinata
Romance, Hurt/comfort
T
AU
.
.
.
Ponselnya tergeletak tak jauh darinya. Dengan sedikit gerakan, Sasuke meraih ponsel berwarna hitam itu. Membuka kuncinya dan ponsel itu menampilkan wallpaper dirinya bersama seorang gadis berambut indigo yang tengah tersenyum. Sebenarnya hanya si gadis saja yang tersenyum. Gadis yang beberapa bulan lalu menjadi kekasihnya. Hyuuga Hinata. Gadis manis teman sekelasnya yang diam-diam ia suka sejak masih di bangku junior dan baru bisa ia dapatkan setelah duduk di bangku senior. Tepatnya kelas XI senior.
Beberapa hari terakhir ini, Sasuke sering memimpikan Hinata yang pergi meninggalkannya karena 'dia' kembali. Sosok pemuda yang merupakan rival abadinya, yang tak lain adalah seorang lelaki yang Hinata cintai dan Sasuke yakini masih ada di hati gadisnya. Sabaku Gaara. Sosok pemuda berambut merah yang pergi ke luar negeri setelah mereka lulus sekolah junior. Pergi meninggalkan Jepang dan seorang gadis yang tak ia ketahui memendam rasa padanya. Sasuke kurang tahu negara mana tepatnya. Tapi, yang pasti Sabaku Gaara meninggalkan Jepang untuk melanjutkan study-nya.
Sasuke turun dari ranjangnya dan berjalan menuju balkon kamar. Bulan sabit menggantung di tengah malam yang dingin tanpa dihiasi bintang. Semilir angin malam menerbangkan helaian hitamnya. Dalam hati ia berdoa.
.
.
Seperti pagi-pagi sebelumnya. Sasuke menjemput Hinata dengan mobil kesayangannya, Range Rover Evoque. Tak sampai menunggu lima menit, Hinata muncul dari balik gerbang tinggi kediaman Hyuga. Rambutnya digerai seperti biasa. Hanya saja, ia sematkan sebuah jepitan rambut berbentuk kupu-kupu pemberian Sasuke seminggu yang lalu.
"Ohayou, Sasuke-kun." Sapa Hinata begitu masuk dan duduk di bangku samping pengemudi. Senyum tulus tak pernah lepas dari bibirnya. Senyum yang membuat Sasuke bahagia. Sasuke tak bisa membayangkan jika Hinata melempar senyumnya untuk laki-laki lain.
Hinata merona ditatap intens seperti itu oleh Sasuke. Memang sudah tidak jarang lagi jika Sasuke menatapnya seperti itu. Tapi, Hinata merasa tatapan Sasuke hari ini berbeda dari biasa. Kalau boleh Hinata tebak, seperti ada sebuah... Keraguan?
.
.
Mereka berjalan berdampingan. Seperti biasa, Hinata hanya mampu menundukkan wajahnya. Sesekali membalas sapaan teman dekatnya. Sedangkan Sasuke berjalan lurus ke depan denan pandangan yang sulit diartikan. Entahlah, mungkin pandangan yang sarat akan kegelisahan? Meskipun dirinya seorang Uchiha, Sasuke tetaplah seorang remaja labil yang bersembunyi di balik tampang dinginnya. Merupakan hal yang wajar jika dirinya merasakan kegelisahan seperti manusia lainnya. Namun, ia terlalu gengsi. Gengsi karena nama Uchiha yang ada di depan namanya. Apalagi jika orang-orang tahu sumber kegelisahannya adalah seorang gadis.
"Jangan bercanda."
"Sasuke-kun mengucapkan sesuatu?"
"Tidak, ayo bergegas sebentar lagi bel berbunyi." Sasukepun menarik lengan Hinata. Menggenggam jemari Hinata yang selalu hangat dan mempercepat langkah kakinya. Ia tak mau tangan Hinata lepas dari genggamannya. Ia berjanji tak akan pernah melepaskannya.
.
.
10 menit berlalu dan Kurenai-sensei belum juga memasuki kelas dan memulai pelajaran Geografi. Kelas tampak riuh dengan suara para siswi yang sibuk bergosip dan desas-desus tentang murid baru. Sementara Naruto dan Kiba sibuk menyalin tugas Bahasa Inggris dari Kakashi-sensei.
Sasuke melirik Hinata yang duduk di sebelahnya. Gadis itu sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya dengan senyum tipis. Kening putih bungsu Uchiha itu berkerut. Apa yang membuat Hinata tampak senang?
"Ada apa, Hinata?"
"Eh?" Sasuke mengedikkan dagunya ke arah ponsel Hinata. Hinata yang langsung paham hanya ber-'Oh' ria.
"I-ini dari Hanabi, Sasuke-kun. Katanya, Hanabi membelikanku seekor hamster." Sasuke agak ragu dengan jawaban Hinata. Jika memang hanya dari Hanabi yang notabene adalah adiknya. Kenapa ia harus merona seperti itu? Memang hanya semburat tipis, tapi tetap saja.
"Benarkah?"
"Te-tentu saja. Sa-Sasuke-kun meragukan ku?" Hinata terlihat sedih mendengar pertanyaan Sasuke yang seolah meragukannya. Gadis itu pun menundukkan kepalanya. Diam-diam ia menghapus semua inbox-nya.
Sasuke yang menyadari kesalahannya pun meminta maaf. "Maaf, aku.. Tidak bermaksud-"
Sebelum ungkapan perminta maafya selesai Kurenai-sensei masuk dengan seorang murid baru yang membuat jantung Sasuke berdegup tidak tenang. Dengan susah ia meneguk ludahnya sendiri. Apa ini artinya, Hinata akan segera lepas dari genggamannya? Kenapa harus secepat ini?
"Ohayou semua. Ada teman baru yang bergabung dengan kelas kita. Sabaku-san pindahan dari Inggris. Silahkan perkenalkan dirimu, Sabaku-san."
Sosok murid baru yang datang bersama Kurenai-sensei itu maju satu langkah dan mulai memperkenalkan dirinya.
"Sabaku Gaara." Tak banyak perkataan yang dilontarkan bungsu Sabaku itu, tapi dirinya mampu membius sebagian besar siswi yang ada di ruangan tersebut termasuk si gadis Hyuuga yang merona tipis. Dan itu tak luput dari perhatian Sasuke. Onyx-nya meredup. Ia tak mau kehilangan gadis itu.
"Apa ada yang kau kenal. Sabaku-san?" Kurenai-sensei berdiri di samping si murid baru. Memerhatikan arah pandang si pemuda bertato itu.
"Hyuuga Hinata. Aku mengenalnya, sensei." Sedikit mengangkat sudut bibirnya saat merasakan pemuda yang duduk di samping gadis yang Gaara maksud menatapnya tajam. Hei, Sasuke yakin pasti. Bukan hanya Hinata yang Gaara kenal. Tapi ada Ino dan Sakura yang mengenalnya juga, dan Sasuke yakin, Gaara juga mengenal kedua gadis itu.
"Sasuke, kau bisa pindah tempat duduk kan? Agar Sabaku-san bisa cepat menyesuaikan diri de-"
"Aku mengerti." Sasuke beranjak dari bangkunya setalah ia memotong ucapan Kurenai-sensei. Onyx-nya dapat melihat kedua lavender Hinata yang menatapnya seolah meminta maaf lewat pandangannya. Sasuke mendudukkan dirinya di sebelah Lee yang kebetulan ada di belakang bangku Hinata.
"Sa-Sasuke-kun..." Hinata menengokkan kepalanya dengan tatapan meminta maaf.
"Aku tak apa."
"Hai."
.
.
Dan sesuai dugaan Sasuke. Entah karena masih dendam dan ingin membuat dirinya menderita, Gaara gencar mengajak ngobrol Hinata. Sesekali Sabaku itu menggoda gadisnya dan sialnya Hinata malah merona. Sasuke yang kesal dengan pemandangan di depan matanya memutuskan untuk beranjak dari bangkunya.
"Aku permisi, sensei." Izinnya pada Kurenai yang sedang menulis bahan pembelajaran di atas whiteboard.
"Hm, jangan lama."
Dan Sasuke pun keluar begitu saja. Ia tak berniat pergi ke toilet, karena Sasuke memang tak ingin. Langkah kaki lebarnya membawa sosok jangkung itu ke atap sekolah. Mungkin dirinya bisa menenangkan hatinya yang bergejolak.
.
.
"Kau pacaran dengan si Uchiha itu?"
"E-eh?" Hinata merona. Perlahan kepalanya menunduk, tanpa otak jenius pun Gaara tahu jawabannya.
Dari gerak-gerik Hinata yang selalu gugup saat bicara dengan Gaara menimbulkan suatu kesimpulan yang masih diragukan Gaara. Gadis ini menyukainya? Hei, ini bagus kalau tebakannya tepat.
Gaara menyeringai saat Hinata tertangkap basah olehnya tengah menatap dirinya dengan pipi yang merona. Hari penderitaan mu akan segera datang, Uchiha Sasuke. Batin Gaara sambil tetap menatap Hinata.
"Aku tak menyangka, kau masih menyimpan nomor ponselku."
"I-itu..."
"Apa pacarmu tahu?"
"Eh? Sa-Sasuke-kun tidak tahu. Ja-jangan beri tahu dia." Ucap Hinata setangah memohon.
"Kenapa?"
"A-aku takut dia marah dan sa-salah paham, Gaara-kun.."
"Oh.. Tenang saja." Aku dengan senang hati memberitahunya, ucap Gaara dalam hati. Pemuda berambut merah itu pun kembali memfokuskan penglihatannya ke arah whiteboard. Kurenai-sensei masih menulis di sana. Sesekali ia melihat arlojinya dan melirik ke bangku para siswa. Yap, bangku Uchiha Sasuke masih kosong. Ini sudah hampir 30 menit dan si jangkung itu masih belum kembali.
"Uchiha Sasuke asih belum kembali? Ada yang tahu dia pergi kemana?"
"Eh? Benar juga. Hinata-chan, Sasuke kemana?" Naruto menoleh ke arah bangku Hinata. Pemuda berambut pirang itu seolah melupakan hal penting. Di samping Hinata ada Gaara, yang notabene rival bebuyutan sahabatnya, Sasuke. Ah... Naruto tahu apa alasannya, dan dirinya pun merasakan kegelisahan yang pasti juga Sasuke rasakan.
"A-aku-"
"Tak usah dijawab, aku tahu jawabannya." Ucapnya datar.
"Sebaiknya kau hubungi dia." Lanjut Naruto. Jujur saja, Naruto juga ikutan sebal melihat Hinata yang dari tadi merona gara-gara si Sabaku itu. Naruto tahu, dulu Hinata itu cinta mati sama Gaara. Tapi tidak pernah Hinata utarakan perasaannya itu. Dan saat Gaara pergi ke luar negeri, Sasuke mendekati gadis itu. Gadis yang ia incar sejak mereka masih di bangku Junior. Naruto tahu betul seberapa besar perasaan Sasuke pada gadis Hyuuga ini. Ia rela menunggu sampai gadis itu benar-benar membuka perasaanya. Dan Naruto yakin, sahabatnya itu pasti sedang sangat gelisah.
Hinata mengetik sebuah pesan di ponselnya. Dengan cekatan ia kembali memasukkannya ke dalam saku rok seragamnya. Ia kembali memfokuskan pikirannya, mendengarkan penjelasan Kurenai-sensei. "Sasuke-kun..."
.
.
Sasuke yang berbaring di atap memejamkan matanya. Ia pengecut. Hal seperti ini saja ia menyerah. Bukannya tadi pagi Sasuke sudah berjanji? Berjanji untuk tidak akan pernah melepas Hinata sampai kapan pun. Tak apa jika gadis itu belum bisa memberikan seluruh hatinya. Benar-benar tak apa. Asal Hinata tetap di sampingnya itu cukup untuk Sasuke. Sasuke yakin, dengan Hinata yang tetap ada d sampingnya, gadis itu akan mencintainya meskipun membutuhkan waktu yang sedikit lama. Sungguh, itu tak apa. Sasuke benar-benar tak ingin kehilangan Hinata. Apalalagi jika Hinata pergi meninggalkannya hanya karena si Panda itu.
Sasuke ingat, empat bulan yang lalu sepulang sekolah ia menyatakan perasaannya. Di bawah rintik hujan di koridor kelas yang sepi. Sasuke sangat ingat, Hinata menatapnya bingung. Kedua manik lavendernya membola saat Sasuke mengatakan maksudnya. Sejujurnya Sasuke sedikit merona saat itu. Malu bercampur tegang saat ia menunggu jawaban dari Hinata. Gadis itu menunduk dan mengenggam tali tas selempangnya. Kemudian ia berkata, "maaf Sasuke-kun... A-aku menyukai orang lain. Me-meskipun ia pergi ke luar negeri, a-aku tetap menyukainya."
Langit seolah runtuh saat Sasuke mendengarnya. Tapi, karena dibutakan oleh perasaan Sasuke pun melontarkan pernyataan yang bisa membuat harga dirinya turun begitu saja.
"Tak apa, aku... Mencintaimu. Tak apa walau harus menunggu. Asal kau di sisiku, sungguh itu tak apa."
"Sa-Sasuke-kun..."
"Aku yakin, seiring berjalannya waktu. Kau akan memberikan sedikit hati mu untukku."
"Ta-tapi..."
"Aku hanya butuh kau di sisiku. Tak apa, Hinata. Aku akan menunggu waktu itu. Waktu dimana kau akan memberikan seluruh hatimu hanya untukku." Sasuke yakin saat itu dia sudah gila. Benar-bear gila. Bukan, bukan berarti Sasuke menyesal telah mengatakan itu semua. Hanya saja... Apa sekarang adalah waktu untuk melepas Hinata? Apa di hati Hinata ada separuh ruang kosong yang telah teris oleh Sasuke? Meskipun hanya sedikit ruang, asalkan Sasuke ada di hati gadis itu, Sasuke tak akan melepasnya.
Tanpa Sasuke sadari. Tetesan air mata melesak dari manik onyx-nya yang terpejam. Hatinya gelisah dan terasa sakit. Ia tahu, Hinata telah memberitahunya sedari awal. Hanya saja... Sasuke tak percaya waktu yang bisa ia habiskan bersama Hinata di sisinya sesingkat ini.
"Sasuke."
Sasuke yang menyadari seseorang ada di tempat yang sama dengannya buru-buru bangkit dan menghapus air matanya. Ia tak ingin seorangpun melihat keadaannya yang seperti ini. Memalukan.
Begitu Sasuke menengadahkan kepalanya ternyata yang datang adalah si tunggal Namikaze.
"Hn."
Naruto mendesah. Ia mendudukkan dirinya di samping Sasuke. Mengikuti arah pandang bungsu Uchiha yang sedang galau itu. Langit biru dengan arakan awan putih. Semilir angin lembut menghempaskan helai-helai mereka. Naruto tersenyum.
"Aku siap mendengarkan keluh mu Sasuke."
"..."
"Aku tahu apa yang sedang kau rasakan saat ini. Gara-gara si Sabaku itu kan?"
"..."
"Kau hanya perlu bertahan."
"Tak semudah itu."
"Aku tahu, setidaknya bertahanlah sebentar. Sampai kau mengetahui perasaan Hinata seperti apa pada mu saat ini."
Hening.
Bel jam ke dua berdering sekitar 5 menit yang lalu. Sasuke merogoh sakunya, membaca pesan singkat yang Hinata kirim tadi.
From: Impian
Sasuke-kun dimana? Kenapa belum masuk juga?
Sasuke tersenyum kecut membaca isi pesannya. Tanpa mengetikkan balasan ia masukkan kembali.
"Ayo kembali. Kau tak ingin si Panda itu menganggapmu pecundang bukan?" Naruto mengulurkan lengannya, menanti Sasuke meraih tangannya. Naruto tersenyum begitu Sasuke meraih uluran tangannya.
.
.
Bel pulang berdering sekitar 20 menit yang lalu. Sasuke duduk di atas meja paling depan dan memerhatikan Hinata yang sedang menjalankan tugas piketnya. Sesekali gadis itu mengetikkan sesuatu di ponselnya dengan wajah yang merona. Sasuke heran. Dari tadi siang gadisnya itu selalu merona saat menatap layar ponsel.
"Ah, Sasuke-kun tunggu sebentar ya. Aku mau ke toilet dulu." Hinata memasukkan ponselnya ke dalam tas selempang biru tuanya dan melesat ke luar kelas. Sasuke lihat. Ya, pemuda itu melihat Hinata meninggalkn tas nya. Tak menunggu waktu lama ia turun dari meja dan membuka tas gadis itu. Ia membuka kunci ponsel Hinata. Ada wallpaper Kashiwagi Yuki AKB48 menyapa penglihatan Sasuke. Sasuke tersenyum miris. Selama berhubungan dengan dirinya, Hinata tak pernah memasang poto dirinya sebagai wallpaper. Ah, bukan saatnya meratapi hal seperti itu.
Ia membuka inbox di ponsel Hinata. Ada sekitar 30-an pesan. Dan tak ada satupun pesan dari Sasuke. Semuanya dari 'Yukirin Daruma'? Hei, siapa si Yukirin Daruma itu kenapa bisa membuat Hinata merona setiap membaca pesannya?
Satu per satu pesan Sasuke baca. Pesan paling atas berisi perintah untuk Hinata agar segera ke taman belakang. Eh? Jadi Hinata berbohong bilang ke toilet?
Sasuke yang seolah berubah menjadi bodoh malah kembali berkutat dengan ponsel Hinata. Membuka pesan di outbox satu per satu. Degup jantung Sasuke semakin menggila saat Hinata menyebut si Yukirin Daruma dengan sebutan. 'Gaara-kun.'
Kaki Sasuke lemas seketika. Dosa apa yang telah ia perbuat di masa lalu sampai-sampai Tuhan menghukumnya dengan cara seperti ini?
"Cih, bukan saatnya meratapi nasib." Ia pun bergegas ke luar kelas dan menuju taman belakang.
.
.
"Ada apa, Gaara-kun?" Hinata berhadap-hadapan dengan Gaara. Wajahnya tetap menunduk.
"Aku hanya ingin berdua dengan mu."
"E-eh?"
"Tidak boleh?" Gaara memajukan tubuhnya sedikit membuat Hinata harus mundur satu langkah.
"A-aku sedang piket sekarang. La-lagi pula Sasuke-kun menungguku."
"Dia pasti tak keberatan menunggumu lebih lama kan? Bukankah ia senang menunggu mu?"
Sasuke hanya mampu melihat mereka berdua dari tempatnya bersembunyi, ia tak bisa mendengarkan apa pun terlalu jauh atau suara mereka yang terlalu pelan? Kakinya semakin lemas saat Gaara memegang kedua bahu Hinata. Entah apa yang Gaara bisikkan pada Hinata, entah apa yang terjadi setelah itu. Sasuke hanya melihat Gaara yang semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata. Dan pemuda Uchiha itu pun memutuskan untuk beranjak dari tempat sialan itu.
Sasuke tak habis pikir. Sampai sebegitunya Hinata membohonginya hanya untuk bertemu dengan si Panda itu? Sasuke berjalan lunglai. Sesekali ia tertawa aneh sepanjang koridor lantai satu. Rambutnya ia tarik keras. Sasuke tak pernah menyangka, ia akan dibuat seperti ini oleh seorang gadis. Seharusnya ia tak perlu sehancur ini. Toh, dari awal ia sudah tahu hal seperti ini pasti akan terjadi.
"Hinataaaaaaaaaaa!"
.
.
TBC
Hallo. Udah lama gak ngepost fic hehe. Gimana kabar reader semua? Hohoho
Aaahh... aku lagi dalam masa liburan nih. Jadi nyempetin buat fic hehe... yeaayyy... bulan Juni kemarin aku dibuat stress sama UAS. Apalagi sama Ilmu Ekonomi Makro. Pengen mati rasanya pas baca tuh soal yang kayak karya tulis dan berlembar-lembar T_T
Oh ya. Aku penggemar Kashiwagi Yuki aka Yukirin dari AKB48 Team B hoho, jadi aku selipin deh dia di sini. Aku seneng, Yukirin rangking 4 waktu Senbatsu Sousenkyou kemarin. Pengennya sih dia rangking 1 dan jadi center hoho... kalo Yukirin Daruma, aku ambil dari nama boneka yang Yukirin ciptain hehe... bonekanya lucu lho...
Ah kepanjangan. Fic ini kemungkinan akan terdiri dari 2 chapter.
Mohon reviewnya yaaaa ^^
Sankyu...
