Title: Pedal Heart

Summary: Izaya, ambil jalan memutar saja. Aku tidak suka melihat bunga sakura.

Pairing: Izuko alias Izaya/Shizuko alias Izaya/femShizuo. Highschool songfic (?).

Rate: K+ aja, kali ya? Kalau ga cocok, tolong kasih tahu saia, ya~! :D

Disclaimer: durarara! punya Narita Ryohgo. Lagu 'Pedal Heart' punyanya DECO*27. Saia Cuma pinjem lalu nanti saia cuci lagi.

Bacotan: Sepertinya, saia mungkin ga bisa apdet 'The Lie Within' hari ini, jadi sebagai gantinya, saia buat cerita ini.

Enjoy~! :D


I've made a song out of my feelings for you
As for the key, let's go with E!
"Pedal Heart"

"Yo, Izaya," pagi itu, Izaya dikejutkan oleh Shizuko, teman masa kecilnya, yang berdiri di gerbang rumahnya. Rambut pirang sebahunya dimainkan oleh angin pagi yang bertiup lembut, sebuah senyum manis menghiasi wajahnya yang manis.

Izaya langsung menutup pintu rumahnya. "Ini khayalanku?" gumamnya pada diri sendiri. Lalu, dia membuka pintu rumahnya untuk memastikan apakah itu khayalan atau bukan. Selamat, Izaya. Itu bukan khayalan semata, karena Shizuko sekarang masih berdiri di pintu gerbang rumahmu.

"Shizu-chan? Kukira kau sudah berangkat duluan," ujar Izaya.

Senyum Shizuko langsung berubah menjadi kaku dan matanya langsung beralih kmanapun asal bukan Izaya yang bertanya. "Ehehe… hehe… kau tahu kan… sepeda baruku rusak lagi karena kemarin aku memakainya untuk berkelahi lagi… dan, ya… Tsugaru-nii-san…"

"Tsugaru tidak mau membelikanmu sepeda yang baru?"

Shizuko mengangguk.

"Dia menyuruhmu untuk lebih bertanggung jawab atas barangmu?"

Shizuko mengangguk lagi.

"Delic tidak mau mengantarkanmu karena dia mau kencan hari ini?"

Lagi-lagi anggukan.

"Dan, kau sekarang mau menumpang di sepedaku?"

"Y-ya… begitulah," jawab Shizuko sambil lagi-lagi mengalihkan matanya.

Izaya menghela napas, walaupun sebenarnya dia senang. "Ya, mau dibagaimanakan lagi. Ayo, naik," suruhnya sambil mengeluarkan sepedanya dari garasi kecil di samping rumahnya.

"I don't want to see the cherry blossoms,"
Is what you said, so I asked you for the reason
"They look like hearts. The cherry blossom petals, I mean.
I don't want to see them fall..."

Hari itu adalah hari pertama mereka kembali bersekolah. Dan, seperti biasa pada bulan April, bunga sakura yang bermekaran juga berguguran memenuhi pemandangan pagi itu. "Nee, Izaya. Aku tidak mau melihat bunga sakura," ujar Shizuko dari kursi penumpang di belakang Izaya.

"Eh? Kenapa?"

Sehelai kelopak sakura jatuh ke pangkuan Shizuko. Shizuko mengambilnya dan memperlihatkannya pada Izaya yang sedang mengayuh sepeda. "Uwah! Shizu-chan, jangan tiba-tiba menutup pandanganku begitu! Kalau jatuh bagaimana?" ujar Izaya agak kesal sambil menghentikan sepedanya.

"Bentuknya seperti hati."

"Ha?"

"Bentuk kelopaknya seperti hati. Aku tidak mau melihatnya berjatuhan. Seperti melihat hati yang jatuh," jawab Shizuko sambil menggenggam kelopak merah muda di tangannya.

It's really too much work, but let's take a back road!
In exchange, kiss me on my back
Or else, I can't climb up this hill road
(LOL)

"Hah… merepotkan. Tapi, ayo memutar saja kalau begitu," balas Izaya sambil membalikkan sepedanya untuk mengambil jalan memutar yang lebih jauh. "Oh, ya, Shizu-chan. Sebentar kan ada tanjakan, jadi, cium punggungku supaya aku kuat mengayuh sepeda, ya?" ujar Izaya sambil tertawa keras.

"Untuk apa, kutu?" balas Shizuko dengan wajah yang agak merah.

"Tentu saja untuk semangat dan tenaga tambahan~! Kau tidak mau jatuh kan?" Izaya masih tetap tertawa sambil menjawab. "Aduh!" rintihnya kesakitan. Kepala belakangnya di sentil oleh Shizuko.

"Diam, kutu," ujar Shizuko.

You know what?
You just need to laugh
And I'd feel that the whole world is laughingalong
It may be a very small thing to you
But I know that your laugh is contagious and it'd make someone else laugh

Tapi, Shizuko tetap tertawa walaupun dia menyuruh Izaya untuk diam.

Izaya tersenyum kecil mendengar tawa Shizuko. Rasanya, seperti seluruh dunia yang tertawa bahagia.

Klise? Tidak bagi Izaya.

Dia ikut tertawa juga.

Breathing heavily, I stamp on the pedals
They feel kind of heavy, must be your fault
But I forgave you the moment you told me it was what inside your bag
Now I can see, why you have that band-aid on your finger

"Ugh, Shizu-chan. Rasanya hari ini kau berat sekali," ujar Izaya sambil terus mengayuh pedal sepeda dengan napas yang agak terengah. "Kau kelupaan dietmu, ya?" tanyanya main-main sambil berhenti mengayuh sepeda dan melihat Shizuko yang duduk di bangku penumpang. Lagi-lagi Shizuko menyentil kepalanya.

"Bukan aku yang berat. Sepertinya, karena bawaan dalam tasku," jawab Shizuko dengan wajah merah karena malu dibilang berat oleh Izaya.

Izaya menangkap sekilas isi tas Shizuko yang agak terbuka. Bekal? Ada dua?

Lalu, sebuah plester juga melingkari jari Shizuko seperti cincin. Izaya tersenyum sedikit. "Bekalmu dua, Shizu-chan? Yakin kau tidak melupakan dietmu?"

"Bukan! Ini… untukmu karena kau sudah mengantarkanku. Maaf saja kalau aku berat hari ini," jawab Shizuko.

'Jadi, plester pada jari Shizu-chan itu karena dia memasak lebih banyak hari ini. Itu berarti dia jadi cepat-cepat dan tidak sengaja mengiris jarinya. Ya?' batin Izaya. "Baiklah, kau kumaafkan," balas Izaya sambil kembali mengayuh pedal sepeda dengan cepat. Dia tidak sabar untuk memakan bekal buatan Shizuko.

You know what?
To me, you are myself
So I hope to you, I am yourself as well

You know what?
You just need to laugh
And I'd feel that the whole world is laughing along
The world you wish for is right here
And what I wish for is also right here

"Hey, Shizu-chan. Pegangan yang kuat, aku mau ngebut," perintah Izaya.

"Eh? Ah, hey!" Shizuko tidak punya pilihan selain memeluk Izaya kuat-kuat agar tidak jatuh.

Keduanya tertawa bersamaan sambil menikmati angin pagi yang sejuk. Sepeda Izaya melaju cepat dan Shizuko memeluk Izaya lebih kencang selama perjalanan panjang ke sekolah.

Hey, hey, hey, hey, hey,
Just as you hate the cherry blossoms so much
I love you more than anything in the world

Di halaman sekolah yang luas, bunga sakura bermekaran dan juga berguguran. Kelopak merah muda yang bertebaran di atas tanah terinjak-injak. Shizuko tidak suka melihatnya. Rasanya seperti melihat hati yang jatuh lalu terinjak-injak. Karena itu dia tidak suka melihat bunga sakura. Salahkan saja perasaannya yang terlalu sensitif karena dia perempuan.

"Nee, Shizu-chan. Karena hari ini kita bebas dari pelajaran dan aku malas diam di kelas, temani aku tidur di halaman belakang, ya?" pinta Izaya sambil memarkirkan sepedanya pada Shizuko yang menunggunya di sampingnya.

"Ya… baiklah."

Dan Izaya tertidur di bawah pohon bunga yang Shizuko sangat benci itu. Atau tepatnya, dia hanya berbaring saja dengan pangkuan Shizuko menjadi alas kepalanya.

"Izaya, kau tahu, kan, aku benci bunga sakura."

Izaya tersenyum sedikit. Harus dia mengatakan ini sekarang?

Harus.

"Nee, Shizu-chan. Kau tahu? Seperti kau membenci bunga sakura dengan sepenuh hati…" ujarnya pelan sambil bangkit duduk, "Aku mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini."

Shizuko terdiam mendengarnya.

Ini Izaya yang berbicara. Izaya. Teman masa kecilnya yang selalu mengatakan bahwa dia mencintai seluruh umat manusia. Dia tertawa. "Jangan samakan 'membenci dengan sepenuh hati' dengan 'mencintai lebih dari apapun', Izaya," ujarnya sambil terus tertawa. Izaya ingin rasanya hilang ditelan bumi karena ditertawai oleh teman masa kecilnya yang entah sejak kapan mencuri hatinya.

"Ugh… kau tidak usah tertawa kalau kau tidak suka," balas Izaya sambil membenamkan wajahnya ke lututnya yang dia lipat.

"Tidak. Aku suka, kok," ujar Shizuko sambil ikut melipat dan memeluk kakinya, lalu bersandar pada Izaya. "Aku juga… sepertinya mencintaimu," bisiknya pelan. "Kalau tidak, untuk apa aku masak pagi-pagi untuk berterima kasih padamu?"


Seperti pada musim semi yang sudah lewat, Shizuko masih sesekali menumpang di sepeda Izaya karena uang tabungannya belum cukup juga untuk membeli sepeda dan Delic tidak mau setiap hari mengantarkannya ke sekolah.

Hari itu juga, boncengan Izaya terasa agak lebih berat. "Kau membuat dua bekal lagi, Shizu-chan?" tanya Izaya sambil terus mengayuh pedal sepedanya. Sebuah anggukan terasa di punggungnya sebagai jawaban.

"Izaya, ambil jalan memutar lagi," pinta Shizuko yang duduk di kursi penumpang.

"Eh? Kan sekarang sudah musim panas. Buat apa lewat jalan memutar? Bunga sakura juga sudah tidak ada yang mekar," protes Izaya, tapi tetap mengambil jalan yang diminta Shizuko.

"Bukan karena bunga sakura," jawab Shizuko.

"Lalu?" tanya Izaya bingung.

"Habis… aku mau berdekatan dengan Izaya lebih lama," jawab Shizuko. "Nanti, kucium punggungmu, deh," bisik Shizuko sambil bersandar pada punggung Izaya lagi.

Keduanya tertawa, dan rasanya dunia juga ikut tertawa senang.


END


Yup, yup, karena saia mungkin ga bisa apdet 'The Lie Within' hari ini, saia bikin cerita ini aja sebagai gantinya, muhehehe…

Ada yang mau ripiu? :D