Disclaimer: Masashi kishimoto
Rated: T
Pairing: Sasuke Uchiha & Hinata Hyuuga
Warning: Don't like don't read!
History Of You
~Reika Hyuuchiha
'Gelap…'
"Hinata-sama! Cepat pergi dari sini!!"
'Merah…?'
"Hinata-sam—"
CRASH!
"UARGHT!"
CRATT…
'Ini darah…'
'Dengan segala petunjuk dari alam, hiduplah! Jadilah gadis yang tangguh dan kembalikan desa ini seperti sedia kala!!'
'Okaa-san…'
Darah segar yang tertumpah mengisyaratkan sebuah malam panjang menggiurkan bagi sang pembawa sabit kematian, yang menunggu mangsanya yang menahan nyawa sampai kerongkongan…
-
-
-
-
-
-
CIP! CIP!
Pagi yang cerah pertanda matahari menyunggingkan senyuman, seolah menang dari hujan dan awan mendung yang menantang. Di pagi ini pula seorang pemuda tampan dengan rambut hitam kebiruan duduk termenung di tepi ranjang-nya. Seorang pemuda yang mengenakan yukata berwarna biru dan hakama berwarna serupa dengan lambang uchiwa di bagian belakang. Uchiha Sasuke. Begitulah orang-orang setempat memangggilnya. Seorang pemuda dengan kemampuan berpedang yang lihai dan handal, sehingga julukan samurai berhasil disandangnya. Pagi ini tetap sama bagi Sasuke, bangun dan berjalan kearah dapur untuk membuat teh. Tak ada yang bisa ia andalkan selain dirinya sendiri, mengingat klan Uchiha telah binasa, semua anggota klan dihabisi oleh sang penerus klan yang teramat dibanggakan oleh klan tersebut, Itachi Uchiha. Kakak kandung dari Sasuke. Diantara semua anggota klan yang meregang nyawa di tangan Itachi, hanya Sasuke yang masih bisa bernafas hingga saat ini. Ironis…
Glek…
Sasuke meminum tehnya tanpa peduli rasa teh itu, dilanjutkannya aktivitas sehari-harinya. Pukul 05.00. Tepat waktu untuk sekedar berkeliling desa dan menghirup udara segar.
Sasuke berjalan menjauh dari desa, kakinya melangkah kearah hutan. Mengabaikan semak belukar dan hewan-hewan ganas yang siap menerkam. Sasuke terus melangkah mengikuti instingnya yang entah kenapa membawanya sampai ke pedalaman hutan seperti ini. dirinya semakin jauh dari desa, hingga yang terdengar hanya kicauan burung, suara air terjun dan beberapa suara hewan lainnya.
GREK…
" ! "
Sasuke terkejut. Kakinya tanpa sengaja menginjak potongan tubuh manusia. Diambilnya potongan tubuh tersebut tanpa ragu dan diendusnya.
"Masih berbau! Jangan-jangan…!"
Sasuke mempercepat langkahnya menuju sebuah lokasi. Benar dugaannya. Lokasi tersebut sudah seperti kapal pecah. Terlihat berantakan dengan potongan tubuh manusia yang tersayat-sayat dan basah dengan darah.
"Bau amis," Ucap Sasuke sambil menutup hidung dengan telapak tangan.
"Kelihatannya tadi malam di tempat ini terjadi pertempuran."
Sasuke terhenyak… pemandang ini persis seperti saat semua klannya dibantai. Bau amis dan mayat-mayat yang berserakan.
"Huuhuu…"
" ! " Sasuke tersadar dari lamunannya, didengarnya suara tangisan seorang perempuan. Takut? Tidak, bukan takut. Jika takut, maka Sasuke tidak mungkin mendekati sumber suara seperti ini.
Mata Sasuke terbelalak saat dilihatnya seorang gadis dengan kimono biru –yang bersimbah darah sehingga terlihat bercak-bercak merah- sedang menangis. Tubuhnya gemetaran seakan didera rasa takut yang teramat sangat.
TEP…
Perlahan Sasuke menepuk pundak gadis itu.
"Hei… kau tak apa-apa?"
Gadis itu mengadahkan wajahnya ke arah Sasuke. Kini Sasuke dapat dengan jelas melihat rupa gadis itu.
'Manis…' Itulah kata yang terpikirkan dalam kepala Sasuke.
Wajah yang putih pucat dibingkai dengan rambut indigo panjang yang disanggul ke atas. Bibirnya berwarna merah muda dengan sedikit bekas lipstick berwarna merah marun tipis.
Jika ditanya, bagian mana yang paling Sasuke suka. Maka, dia akan menjawab. Matanya…
Mata gadis itu berwarna putih semu lavender. Bukan hanya itu saja, air mata yang mengalir dari kedua mata gdis itu membuat mata lavender tersebut terlihat bersinar.
SET…
Tanpa sadar Sasuke langsung mengangkat tubuh gadis itu. Menggendongnya dengan bridal style.
Gadis itu terlihat terkejut dan meronta. Tapi apalah daya, tenaga Sasuke jauh lebih kuat dibanding dengan gadis itu.
Dan gadis itu hanya pasrah…
-
-
-
-
-
-
CUUUR…
Sasuke menuangkan teh ke cawan, diberikannya teh itu pada sang gadis yang masih gemetaran.
"Ambil dan minumlah… minuman hangat akan membuatmu lebih baik."
Gadis itu mengangguk dan mengambil cawan yang disodorkan Sasuke. Tapi apalah daya, tangan gadis yang gemetaran itu membuatnya tak punya tenaga, bahkan untuk memegang cawan sekalipun. Alhasil, cawan beserta isinya mendarat ke tatami dengan mulusnya.
Sasuke hanya menghela nafas, membuat gadis itu ketakutan. Takut kalau-kalau Sasuke akan marah. Memang, sebenarnya Sasuke ingin meneriaki gadis itu saking gemasnya. Tapi, mengingat keadaan gadis itu dan kejadian yang baru saja menimpanya. Sasuke jadi mengurungkan niatnya.
"Ma-maafkan aku…"
Sasuke memperkuat indera pendengarannya, berusaha mendengarkan ucapan yang terdengar lemah yang keluar dari gadis itu.
"Ma-maafkan aku…" Ulang gadis itu dengan terbata. Oke, berarti Sasuke tidak salah dengar dengan kata 'maaf' .
Sasuke memandang gadis itu sekian detik dan langsung menyunggingkan senyuman.
"Tak kusangka kau bisa bicara… biasanya setelah mengalami trauma hebat seperti dirimu, seseorang akan mengalami tuna wicara sementara."
Gadis itu terdiam, tidak merespon kata-kata Sasuke. Sasuke masih menyunggingkan senyumannya. Diambilnya cawan yang terjatuh tadi dan diisinya kembali cawan tersebut dengan air teh.
Gadis itu hendak mengambil cawan tersebut, tapi, sasuke menepisnya dengan pelan.
"Kau masih gemetaran. Biar aku saja…" Sasuke meminumkan teh itu pada sang gadis, membuat wajah sang gadis yang semula pucat menjadi berwarna sedikit kemerahan.
"A-arigato…"
-
-
-
-
"Nah, sekarang, beritahu aku siapa namamu?" Tanya Sasuke.
Gadis itu menatap Sasuke dengan tatapan menerawang. Seolah pikirannya melayang ke suatu perkara.
Gadis itu menelan ludah dan menjawab,
"Namaku Hinata."
Sasuke semakin tertarik kepada gadis itu, Hinata.
"Lalu, kenapa kau bisa ada di sana dan apa yang terjadi sesungguhnya?" Tanya Sasuke.
Hinata mengeratkan kedua tangannya yang masih gemetaran ke kimononya. Wajahnya tertekuk, tanda siap mengalirkan air matanya lagi.
"Aku tinggal di desa yang bernama desa kitsune. Desa itu merupakan desa terpencil. Desa tertutup yang tak sembarang orang bisa masuk. Desa itu dipimpin oleh seseorang yang bernama Hiashi Hyuuga. Suatu kali, desa itu diketahui memiliki seorang puteri yang memiliki kekuatan teramat besar. Puteri yang katanya dapat membelah bumi menjadi dua. Kekuatan yang akan bangkit jika sang puteri murka. Kekuatan itu pun tergantung dari besarnya kemarahan ysang puteri. Itu sebuah rahasia. Rahasia yang kemudian terbongkar dan menjadi sesuatu yang diketahui khalayak. Penyerangan demi penyerangan gencar dilakukan desa-desa lain yang menginginkan puteri. Dan pada suatu hari, sebuah organisasi yakuza terbesar datang menyerang desa itu. Pertahanan desa yang pada dasarnya sudah rapuh akhirnya runtuh. Para penyerang berbondong-bondong menghancurkan desa itu. Para pejabat dan pemimpin kerajaan berusaha melarikan diri dan melindungi sang puteri. Terlebih menjaga agar sang puteri tidak murka sehingga melepas kekuatannya. Namun, para pejabat dan pemimpin desa itu pun akhirnya tewas. Namun ada satu orang yang masih hidup dalam pertempuran itu. Dialah sang puteri dan mungkin puteri itu sekarang sedang diburu…"
Sasuke memandang Hinata dengan tatapan tidak percaya.
"Hinata, jangan bilang bahwa kau ada---"
"Akulah," Hinata kembali mengalirkan air matanya.
"Akulah puteri yang sedang diburu itu. Akulah Hinata Hyuuga."
~bersambung~
Reika: HUWAAAAA!
Sasuke : kenapa kau?
Reika: ini fic-ku yang pertama. Tapi, kenapa kesannya abal, ya?!
Sasuke: *sweatdrop* authornya juga abal, sih.
Reika: *bawa bazooka buat Sasu*
*tiba-tiba malaikat mendekatinya dan membisiki sang author*
*author mengurungkan niatnya*
ya, sudahlah itu tidak penting… oia, jika ada yang punya saran mengenai genre-nya, tolonng beri tahu Reika, ya.
Sasuke: dan jangan lupa R & R!
Reika: benar, jangan lupa, ya!
-
-
-
-
Don't Flame
And
R&R
