Naruto © Masashi Kishimoto
Characters: Hatake Kakashi, Hatake Sakumo
Rate: T for (kind of) adult theme
Hatake Kakashi. Tentang memori dan impian. Kadang, kau harus mengingat untuk dapat terus melangkah.
Universe, Unravel, Underneath
4/ Father and Son
"Kau mirip sekali dengan ibumu."
Kakashi kecil selalu membenci kalimat itu. Terutama, jika Hatake Sakumo yang mengucapkannya.
Ada derai nostalgia, serpihan milik waktu sebelum masa hidupnya, turun tanpa bisa ia hentikan.
Projeksi melankoli dari sepasang mata yang (hampir) identik dengan miliknya.
Kakashi merasa Sakumo tidak benar-benar melihat Kakashi, melainkan fragmen dalam reminisensi Sakumo yang sudah lama tiada dan Kakashi membenci setiap detik yang harus ia habiskan untuk menatap ekspresi Sakumo seperti yang sedang ia tunjukkan saat ini.
.
.
(Bagaimana kau bisa merindukan sesuatu yang tak pernah ada dalam kenanganmu?)
.
.
Namun, hei, usianya empat tahun dan ia akan memulai pelajaran pertamanya di akademi minggu depan.
Hatake Kakashi adalah seorang calon Shinobi Konoha. Penerus tunggal Klan Hatake. Putra dari Konoha no Shiroi Kiba.
Ia bisa melakukan sesuatu yang ia pikir dapat membantu.
Ketika keesokan harinya Kakashi keluar dari kamar untuk menyambut ayahnya di ruang makan, Sakumo tidak mengatakan apapun mengenai kain hitam familiar yang menutupi bagian bawah wajahnya.
Sakumo tersenyum, samar, seperti garis-garis halus yang menghiasi wajahnya. Ia kemudian merendahkan posturnya untuk memeluk Kakashi. "Ayah ada misi malam ini. Jaga rumah baik-baik, ya."
.
(Seharusnya Kakashi menjawab seperti biasa, entah kenapa tidak ada kata-kata yang terpikir olehnya saat itu. Ia mengakui mungkin ada inflamasi di kelenjar air matanya. Setidaknya, ia mampu menarik nafas dalam-dalam untuk sedikit mengendalikan dirinya.)
.
Hatake yang lebih tua terdiam sejenak sebelum melanjutkan kembali dengan bisikan, setiap getar silabelnya tertangkap jelas oleh sebuah telinga kecil namun cermat, "Maafkan ayah."
Perlahan, Kakashi mengangguk.
Ia mengembalikan kehangatan pelukan yang tidak kerap terjadi itu dengan canggung dan menggumamkan dua kata pertamanya dari balik masker, "Aku mengerti."
(Tidak sepenuhnya benar, karena saat itu Kakashi tidak sepenuhnya mengerti.)
Suatu hari nanti, pasti.
Saat ini yang bisa ia lakukan adalah menjaga kompleks Hatake dengan baik seperti pesan ayahnya – dan mungkin terus berlatih?
Ya, Kakashi bisa melakukannya.
.
.
.
Hari itu, Kakashi mengantar ayahnya sampai ke depan gerbang, dan memperhatikan sosoknya yang berjalan menjauh dari belakang.
.
.
.
Memori-nya ditutup dengan sebuah senyum tipis, tersamarkan di balik masker gelap yang tidak pernah lagi meninggalkan wajahnnya.
End of 4/ Father and Son
AN:
*Jadi, buat yang bertanya-tanya, angka yang di awal sub-judul itu adalah usia Kakashi untuk latar belakang drabble/ficlet-nya. Ini draft udah lama banget disimpen. Iseng aja sih, posting cerita ini. Karena... kenapa nggak? Hehehe... dinikmati aja bacanya (kalo bisa), seperti halnya saya enjoy bikin cerita (super) pendek ini. OK? See ya in the next chapter.
**Inspired by Holocene - Bon Iver and I'm Not Crying - FoTC
Cheers,
Sei
