AFFAIR

© BluePrince14

Declaimer

The character isn't mine. But Kai is mine! *dibakar*

Cast

Oh Sehun/Kim Jongin/Wu Yifan(?)

Warning!

Alternate Universe | Out of Characters |

DON'T LIKE DON'T READ!

.

.

Jpret!

Jpret!

Sehun, pemuda dengan kamera di tangannya itu tersenyum menatap hasil fotonya. Dia berhasil mengambil satu foto dari namja manis itu lagi. Kesekian kalinya hari ini secara diam-diam. Tanpa diketahui sang pemuda yang tanpa sadar sudah mencuri hatinya. Memenuhi pikirannya.

Pemuda manis itu.

Jongin. Kim Jongin. Kai.

Sehun terkekeh pelan, menertawai dirinya yang sudah seperti seorang stalker. Bersembunyi di balik dinding dan mengambil gambar tanpa izin. Tapi... mau bagaimana lagi? Ia memang begitu menyukai Jongin. Rasanya sungguh tak tertahankan sampai membuatnya gila.

Sehun mengarahkan lagi kameranya, berusaha mengambil gambar lagi.

Jepret!

Seketika senyumnya luntur saat melihat hasil fotonya kali ini. Wajahnya berubah datar. Rahangnya mengeras. Sebelah tangannya mengepal begitu kuat. Ingin rasanya melepar kamera di tangannya itu.

Tapi ia masih waras untuk tak melakukannya.

Kesal.

Sehun begitu kesal.

"Brengsek," desisnya sambil meninju dinding dengan tangan kirinya sebelum berlalu.

Pergi meninggalkan tempat itu.

.

.

.

.

.

Sehun menghempaskan tubuhnya di kursi. Merasa tenaganya menguap begitu saja. Kameranya ia taruh di atas meja, masih menampilkan foto yang sama. Foto terakhir yang ia ambil tadi. Foto yang membuatnya sesak sekali…

"Ahh!" Sehun mengacak rambutnya frustasi. Merutuk dalam hati.

Tanpa sadar, seseorang tengah memperhatikannya dari luar, mengintipnya. Sosok itu melangkah masuk dan begitu saja mengambil kamera di atas meja. Seketika ia menggeleng dan menatap Sehun dengan tatapan prihatin, "Aku kira kau sudah berhenti jadi stalker," komentarnya kembali menaruh benda itu.

Sehun memandangnya sekilas, "Aku berusaha… Tapi aku benar-benar tidak bisa, Lu," keluh Sehun.

Lu—Luhan, sang pemuda asal Cina yang juga merupakan sepupu Sehun itu menepuk bahu Sehun dua kali. Tanda bersimpati. "Kau pasti sangat menyukainya ya?"

Sehun tak menjawab. Ia menundukkan kepalanya lesu di atas meja belajarnya. Toh, ia tahu jika sepupunya itu sudah tahu jawabannya dengan pasti tanpa ia menjawab sekalipun.

Wajar saja ia lesu, Luhan mengerti, foto terakhir yang ia ambil adalah foto Jongin yang tengah… menerima kecupan dari kekasihnya. Meski hanya di kening… cukup membuat hatinya kesal. Lagipula kenapa bisa begitu pas? Sebegitu inginkah Tuhan membuatnya menderita dengan foto itu?

Jongin... Jongin... Jongin...

Apa tak bisa aku memilikimu?

"Kau mau menyerah?" tanya Luhan kemudian.

"Harusnya aku melakukannya sejak dulu," keluh Sehun sambil menghela napas lelah. Tapi aku tidak bisa, tidak pernah bisa—lanjut Sehun dalam hati.

"Kau tahu?" tanya Luhan lagi. Ia beranajak ke sisi lain ruangan. Tangannya bergerak membuka lemari berukuran cukup besar milik Sehun di ruangan itu dan menyingkirkan gantungan baju-bajunya. "Kau hanya harus memperlihatkan ini pada Jongin dan semuanya akan selesai," lanjutnya lagi.

Sehun menatap bagian dalam lemarinya dengan sendu. Di sana tertempel banyak sekali foto Jongin dalam berbagai pose yang ia ambil secara diam-diam. Sudah sejak lama ia menjadi stalker seorang Kim Jongin.

Jongin yang sedang tersenyum. Jongin yang sedang ceberut. Jongin yang sedang serius membaca buku. Jongin yang sedang tertidur. Jongin yang sedang menari. Jongin... Jongin... Jongin...

Sehun menjambak rambutnya lagi. Frustasi.

Luhan tak mempedulikannya dan kembali berjalan. Kali ini menuju meja nakas di samping ranjang. Menarik laci paling bawah dan mengambil setumpuk foto-foto dari sana—berpuluh-puluh. Melemparnya sembarang ke kasur hingga membuat foto-foto itu berhamburan.

Masih foto dengan objek yang mayoritas sama; Jongin.

"Kau sudah menyukainya sejak kelas satu dan kau bahkan tak pernah mengatakannya." Luhan berkata dengan jengah, tangannya terlipat di depan dada. Matanya memandang Sehun. Kenapa sepupu berwajah mirip dengannya itu begitu bodoh? batinnya "Bagaimana ia akan tahu? Pantas saja ia bersama Kris sekarang."

Sehun merenggut, suasana hatinya semakin tak karuan mendengar ucapan Luhan. Ia kembali menidurkan kepala di meja. Mendengus. "Mengatakan hal itu sekarang takkan mengubah kenyataan ia sudah bersama Kris."

Puk.

Sebuah pukulan mendarat di kepala Sehun. "Kalau tidak dicoba mana tahu," ujar Luhan lagi. Ia kesal dengan sikap Sehun yang pengecut seperti ini. "Sudah ah. Aku ada janji kencan dengan Ziumin."

Blam.

Lama Sehun terdiam di posisinya. Memikirkan perkataan Luhan barusan.

Hingga akhirnya Sehun bangkit dari duduknya. Berjalan mendekati ranjang dan mengambil sebuah foto.

Foto Jongin yang sedang tertawa lepas bersama teman-temannya.

"...Haruskah?" desahnya tak yakin.

Ia memang begitu menyukai Jongin sejak pertemuan pertama mereka saat masih kelas satu. Dan kekagumannya semakin bertambah saat mereka berada dalam satu club menari. Dia dan Jongin bahkan sekelas saat kelas dua meski tak berlanjut hingga ke kelas tiga. Mereka cukup akrab sebenarnya, namun yang membuat mereka menjauh adalah berita tentang Jongin tengah berpacaran dengan ketua club basket saat awal kelas tiga. Dan itu sudah dua bulan yang lalu sejak Sehun menghindari bertatapan muka dengan Jongin secara langsung.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Jongin-ah. Aku menyukaimu."

Mata Jongin membelalak mendengar pernyataan itu. Ia menatap Sehun dengan tatapan tak percaya.

"Aku tahu kau sudah punya kekasih," Sehun berujar dengan wajah sedih, meski begitu ia mencoba memberikan senyum untuk Jongin. Di raih dan digenggamnya tangan Jongin. Menatap Jongin dengan sungguh-sungguh. "Biarkan aku menjadi yang kedua untukmu."

.

.

E N D

Lanjutannya terserah reader yaa *dibakar* XD

My first HunKai~

REVIEW?