Naruto ยค Masashi Kishimoto

Perjalanan Cinta Kita, SasuSaku

DLDR!

Jauhi jika memang tidak suka dengan pairing yang ada di fic ini!

"Sakura!" teriak seorang gadis berambut ungu panjang yang kini tengah berjalan menghampiri sahabatnya -Sakura- yang tengah melukis di galery Konoha University -tempatnya menimba ilmu.

"Hm...? Ada apa, Konan?" jawab Sakura menoleh-menatap satu-satunya sahabat karibnya yang tadi memanggilnya. Sakura pun menunggu kedatangan sang sahabat sambil meletakkan kuas yang tadi digunakannya. Diusap-usapkannya jari-jari lentik yang tampak dilumuri beberapa bercak cat lukis itu dengan tisu dan minyak khusus yang memang sudah disediakan oleh pihak kampus.

"Apa ini?" teriak Konan menggebu-gebu sambil menyodorkan sebuah kertas tebal berwarna putih gading dengan ukiran rumit di hadapan Sakura. "Eh...memangnya ini apa? Ini sebuah surat undangan,kan?" jawab Sakura polos-masih terus menatap Konan yang kini bersedekap dada sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Iya, ini memang undangan. Tapi, bisa kau tebak siapa nama yang tercantum didalamnya?" jelas Konan memberitahu Sakura yang masih menatapnya bingung.

"Hah, memangnya siapa? Tidak penting untukku, kan? Apa jangan-jangan namamu yang tercantum didalamnya? Kenapa secepat ini, Konan? Apa jangan-jangan kau dan Pein kebablasan, heh? Jadinya kalian menikah secepat ini?" shock Sakura yang langsung mendapatkan deathglare dan jitakan maut dari seorang Konan.

"Baka! Aku tidak mungkin melakukan hal-hal yang melampaui batas, Saku. Kau ini!" ucapnya pada Sakura.

"Siapa tahu!" ucap Sakura ngeyel.

Konan hanya mengernyitkan alisnya sambil bersedekap dada. Kepalanya ia geleng-gelengkan melihat sang sahabat yang meringis kesakitan sambil mengusap-usap jidatnya yang tadi dijitak olehnya.

Perlahan, Konan menatap Sakura iba. Ia tidak tahu apa yang terjadi jika Sakura melihat siapa nama yang terukir indah di dalam undangan itu.

Awalnya, ia juga kaget melihat undangan itu-undangan yang ia dapatkan dari Kaa-san dan Tou-sannya yang merupakan rekan bisnis keluarga Haruno. Tapi mau bagaimana lagi, lambat laun Sakura pasti juga akan mengetahuinya. Jadi, ia memutuskan untuk memberitahu Sakura sekaligus meminta penjelasan akan hal itu. Siapa tahu Sakura merahasikan sesuatu darinya.

"Coba kau lihat! Pasti kau akan kaget! Dan aku mau kau menjelaskan itu semua padaku!" ucap Konan datar. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain. Hari ini, pikirannya begitu kusut.

"Hah...baik. Pasti cuma undangan yang tak pen-

"APAAAA?" teriak Sakura yang sontak mendapatkan tatapan tajam dari beberapa orang yang tengah melukis di tempat itu.

-ting.

"Konan, ini maksudnya apa? Darimana kau mendapatkannya? Tidak mungkin, kan? Tidak mungkin! Ini pasti bohong! Ini BOHONG!" teriaknya sambil menyobek-nyobek undangan dengan ukiran bagus itu.

Konan yang mendengar perkataan Sakura langsung terkejut. Ia menyesal telah memberitahukan hal ini kepada Sakura yang kini tengah berteriak kalang kabut di tengah-tengah pandangan orang-orang di tempat itu.

' Jadi, Sakura benar-benar tak tahu akan hal ini? Bodohnya, aku!" runtuk Konan pada dirinya sendiri.

"Sakura! Tunggu! Kau mau kemana?" panggil Konan kepada Sakura yang kini beranjak dari kursi lukisnya. Tak mendapat respon dari Sakura, akhirnya ia pun berlari menyusul Sakura yang tengah terburu-buru keluar dari gedung gallery.


"Tidak mungkin! Tidak mungkin! Undangan itu pasti hanya kerjaannya Konan! Ya, Konan hanya mengerjaiku. Hahaha..." ucapnya mencoba mengusir pemikiran-pemikiran aneh yang kini berseliweran di otaknya.

"Ya, itu tidak mungkin! Aku tidak mungkin dijodohkan dengan putra bungsu Uchiha itu. Tidak mungkin!" gumamnya pelan sambil memainkan jari-jari tangannya-tanda ia panik.

Sakura terus-terusan berpikiran positif meskipun ada ruang di otaknya yang membenarkan undangan itu. Ia terus berpikir dan terus berpikir, sampai akhirnya...

AAKHH...

PRAANGGG...

Suara sebuah benda dan jatuhnya tubuh seseorang menyadarkan Sakura yang kini tengah meringis kesakitan. Rasanya seluruh tubuh Sakura-terutama bokongnya terada sakit karena tabrakan seseorang kepada dirinya.

"Jalan pakai mata, nona!" sinis suara berat yang kini masuk ke gendang telinganya.

Otomatis mata emeraldnya terbuka. Mata hijau itu terbelalak karena kini dihadapannya, duduklah seorang pemuda yang pagi ini telah merusak moment-moment tenangnya. Dia adalah bungsu Uchiha.

Sasuke Uchiha.

"Gomen..." ucap Sakura lirih. Dirinya kini tambah pusing. Bisa-bisanya pagi ini, ia berpapasan atau malah bertubrukan dengan orang yang akan menjadi suaminya.

APA? Suaminya? What the hell, Sakura?

Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya. Pikiran-pikiran apa yang telah merasuki otaknya. Ingat! Ada Garaa di hatinya. Garaa, pemuda baik yang tidak semena-mena pada seorang perempuan. Tidak seperti pemuda yang ada dihadapannya.

Garaa -laki-laki yang dicintainya.

Kesan pertama yang Sakura lihat dari pemuda itu adalah angkuh dan KEJAM. Tega-teganya seorang pemuda berkata kasar kepada seorang perempuan.

'DASAR, UCHIHA SADIS!' batinnya melirik sinis kepada Sasuke.

"Tak sudi aku menjadi istrimu!" ucap Sakura lirih dan tiba-tiba, tetapi masih bisa ditangkap oleh indra pendengaran Sasuke.

Sasuke yang daritadi membereskan barang-barangnya kini menatap datar dan benci kepada Sakura yang kini beranjak berdiri tanpa mau membantu membereskan barang-barang yang terjatuh akibat ulah Sakura-atau mungkin kedua-duanya? Entahlah.

' Jadi, dia Haruno?' batinnya lirih.

"Aku juga tidak akan sudi, Haruno!" desisnya sinis sekaligus benci ketika melihat Sakura melangkah menjauh.

TBC