Aaaaa Itachi! Akhirnya aku menuliskan kisahmu di fic ini!
Masih ga rela Itachi dipasangin ama cewe *irimodeon*
Tapi kali ini beda! Special for my beloved reviewers, followers and me! Meskipun ada bumbu YAOI, tetep berakhir dengan STRAIGHT PAIR!
Disclaimer : Naruto characters belong to Kishimoto-sensei
Warning : AU, OOC, YAOI, TYPO, GAJE, ALUR KECEPATAN, DLL…
# # # # #
Itachi POV
"Kau sedang melamun?"
Aku melirik seorang wanita dengan rambut panjang berwarna coklat yang dihias dengan indah tersenyum padaku. Tubuhnya yang masih terlihat bagaikan remaja meskipun sudah melahirkan seorang putri terbalut oleh gaun berwarna hitam halterneck yang sangat cantik di yang kukenal sebagai istriku, Hana.
"Jika aku melihat Sasuke yang sekarang, aku tidak akan percaya jika dia adalah kekasihku dulu. Sekarang dia berdiri disana dengan seorang wanita," ujarku
Saat ini aku sedang berada disebuah resepsi pernikahan Sasuke dengan istrinya. Dia tampak sangat bahagia disana, membuatku tidak dapat berhenti memikirkan dirinya beberapa tahun belakangan. Tidak ada yang menyangkan bahwa Sasuke dulunya adalah seorang gay melihat dirinya yang sekarang berada dalam pernikahan.
"Waktu cepat sekali berlalu, bukan?"
"Begitulah. dan disinilah aku, memiliki seorang istri dengan seorang anak perempuan yang lucu," ucapku mengecup kepala Hana
Aku terus menerus berharap bahwa semua ini bukanlah mimpi. Tidak setelah aku mendapatkan sebuah kebahagiaan terbesar dalam hidupku. Hana dan Ruka adalah keajaiban yang diberikan padaku yang brengsek ini.
Dari sebuah kesalahan terparah yang pernah kubuat, ternyata aku memiliki masa depan disana karena memiliki hati yang bertekad untuk memperbaiki diri. aku diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki diriku yang rusak di dalam ini.
"Kau mau bertemu dengan Ayah?" tanyaku
Hana melirik seorang pria separuh baya yang berdiri tegap dengan setelan formal miliknya sedang berbincang bersama orang tua lainnya. Ia tampak berbahagia di pernikahan Sasuke dan itu membuatku merasa lega.
"Kau yakin ia tidak akan marah jika aku menyelanya?" bisik Hana
"Tentu saja tidak. pergilah, sayang, Ayah pasti akan mengenalkanmu dan putri kita pada teman-temannya."
Hana mengangguk dan segera menggendong putri kami yang sudah mulai besar untuk menyapa Ayah. Aku tidak ingin muncul di depan para kolega Ayah dan dikenali sebagai Uchiha, mengingat aku yang sekarang sudah bukan lagi memakai nama itu.
"Lama tak ketemu, jenius."
Aku menoleh pada seorang pria dengan rambut khas Uchiha yang berwarna hitam legam dan mata onyx. Ia memakai jas formal layaknya pria yang menghadiri pernikahan saudara.
"Shisui."
"Kenapa kau tak mengatakan apapun padaku jika kau akan datang ke pernikahan Sasuke?"
"Kau akan mengejekku."
Shisui tertawa,"Untuk apa aku mengejekmu? Kau, sepupuku tersayang, sudah lama tidak mengabariku. Tidakkah kau tahu jika paman Fugaku mencarimu kemana-mana?"
Aku mengangguk,"Aku tahu dan itu cerita lama. Kau ketinggalan cerita, man."
"Sialan kau, aku menjadi sibuk seperti ini berkat seseorang. Siapa yang tiba-tiba menghilang dan mewariskan kursi pemimpin perusahaan padaku?" sindirnya
"Bagaimana rasanya saat kebebasanmu direngut darimu, Shisui?" tanyaku tidak menghiraukannya
Shisui adalah sepupuku sekaligus sahabat terdekatku. Dia selalu mengejekku dengan mengatakan bahwa aku jenius, aku selalu heran kenapa ia tidak pernah sadar betapa ia memiliki otak yang sama denganku.
Andai saja Shisui tidak sering bermain-main dengan kehidupan bebasnya, aku yakin ia sudah memimpin perusahaan Uchiha dari dulu. Setelah kepergianku, Uchiha tidak memiliki siapapun yang pantas untuk dijadikan pemimpin kecuali Shisui. Mereka tidak mempunyai pilihan.
"Sepertinya aku paham bagaimana perasaanmu dulu. Menjadi gay disaat memiliki tanggung jawab perusahaan. Oh, kau sudah bukan lagi gay! kau adalah seorang suami dan ayah sekarang!"
Aku menghela nafas,"Kau sendiri? Kenapa tidak menikah?"
Ia mengibaskan tangannya,"Tidak, tidak. jangan membahas tentang itu. aku sudah muak dengan segala perjodohan yang diatur untukku! Lebih baik ceritakan padaku bagaimana kehidupanmu setelah kau pergi, aku penasaran."
Aku memutar mataku ke arah Sasuke yang sedang tersenyum bahagia bersama istrinya. Pertanyaan Shisui membawa ingatanku kembali dimana kami masih bersama dan berakhir bertemu dengan pasangan hidup kami masing-masing.
Flashback on
"Kau tidak bercanda, bukan?" tanya Shisui panik
"Apakah aku terlihat seperti bercanda?"
Shisui mendengus,"Aku tahu kau memang gay, tapi mengencani adik kandung sendiri? Demi apapun itu, Sasuke menerimamu?!"
"Tentu saja ia menerimaku. Dan perlu kau tahu, kami sudah berkencan kurang lebih setengah tahun kini," ujarku santai
"Aku baru meninggalkanmu sebentar dan kalian sudah… Aargggh! Kalian gila!" teriaknya panik dan mengacak-acak rambutnya
Aku menghela nafas,"Shisui, kau semakin membuatku merasa bersalah."
"Tentu saja! Itachi, apakah kau tidak bisa membedakan rasa kasih sayang akan adik dengan kekasih? Aku tidak perlu mengajarimu tentang hal itu, bukan?"
"Aku bisa membedakannya. Aku tidak perlu menjelaskannya padamu secara detail agar membuatmu muntah disini, bukan?"
"Terima kasih jika kau menyadarinya!"
Aku tertawa. Sudah lama tidak berbincang dengannya seperti ini sejak ia pergi untuk dinas ke luar kota. Hanya dialah satu-satunya yang dapat membuatku tertawa dengan reaksi lucunya setiap kuceritakan masalahku.
Shisui mengambil dokumen yang tadinya ia serahkan padaku dan membacanya memastikan apa yang kuperbaiki disana sudah benar apa adanya.
"Apakah ada yang salah?" tanyanya
"Tidak, selain otakmu yang jenius itu," sindirnya
"Pergilah kalau begitu."
Shisui segera melangkahkan kakinya sebelum akhirnya berbalik lagi menghadapku tepat di depan pintu.
"Aku dengar kau mau wawancara pelamar kerja sore ini?"
"Ya, aku membutuhkan asisten pengganti Anko untuk sementara. Wanita itu melahirkan disaat yang tidak tepat," keluhku
"Bagaimana jika kau wawancara salah satunya sekarang?"
Aku menaikkan alisku,"Apakah mereka sudah datang?"
"Ya, sepertinya ia salah mengenai waktu wawancara dan memutuskan untuk menunggu hingga jam yang sesungguhnya. Aku kasihan padanya, dia wanita yang sangat cantik."
Shisui lemah terhadap wanita cantik. Siapapun tahu itu. dia selalu mengatakan akan kebingungannya memilih wanita cantik diantara banyaknya wanita yang ia lihat di dunia.
"Baiklah, panggil dia kemari. Aku akan wawancara dia sekarang," ucapku
Shisui tersenyum,"Oke, bos."
Pria itu kemudian menghilang dari balik pintu meninggalkanku sendiri dengan laptop yang berisikan beberapa dokumen penting perusahaan dan sunyinya ruangan kantor disini. aku merenggangkan otot-otot tubuhku akibat dari duduk beberapa jam tanpa istirahat kemudian menyiapkan beberapa hal penting untuk wawancara.
Tok tok tok
Aku mendengar ketukan pada pintu ruanganku yang kuduga adalah sang pelamar kerja.
"Masuk," perintahku
Pintu itu terbuka dan menampakkan seorang wanita cantik dengan rambut coklat yang disisir rapi ke belakang dan dijepit menampilkan figur kematangan dirinya.
"Selamat siang, saya Inuzuka Hana, pelamar untuk posisi asisten direktur."
Aku mengangguk,"Baiklah. aku Uchiha Itachi yang akan mewawancaraimu."
Ia segera berjalan dengan mantap ke arahku dan menyerahkan berkas miliknya sebelum kupersilahkan duduk dan kubaca tentang dirinya di berkas tersebut. beberapa hal membuatku tertarik padanya termasuk kemampuan kinerja yang kuinginkan tercantum disana.
"Sepertinya kau terlalu semangat hingga datang tiga jam lebih awal untuk wawancara ini," ucapku membuka pembicaraan
Rona merah dapat kulihat di wajahnya meskipun ia memasang ekspresi seakan tidak ada apapun yang terjadi. Pengendalian diri yang lumayan.
"Saya tidak akan menyangkalnya," jawabnya sopan
Aku mengangguk dan menatapnya,"Jadi, kau sudah pernah bekerja di dua perusahaan berbeda dengan posisi yang sama sebelumnya? Kenapa kau keluar?"
"Dua perusahaan yang mempekerjakan saya sebelumnya mengalami kebangkrutan. Perusahaan ini adalah perusahaan besar pertama bagi saya."
Sikap yang dimilikinya cukup membuatku terkesan. Mungkin ia bisa cocok bekerja disini. Terbersit di kepalaku untuk mencobanya untuk kujadikan pengganti Anko sementara.
Tapi saat kulihat prestasinya, aku mengurungkan niatku. Dari beberapa prestasi yang ia miliki, sepertinya posisi itu terlalu rendah untuknya. Ia wanita yang cukup cerdas jika boleh kusimpulkan. Pengendalian emosinya juga luar biasa.
"Apa yang membuatmu menginginkan posisi ini? kau bisa mendapatkan yang lebih baik, bukan?"
"Saya bersedia di tempatkan dimanapun jika anda menghendakinya."
"Berapa gaji yang kau inginkan?"
"Saya tidak akan meminta lebih, jika anda memberikan saya yang sepantasnya dengan karyawan pada umumnya."
"Kau diterima."
Ia terlihat cukup terkejut dengan keputusanku. Matanya yang berwarna hitam pekat itu membulat seolah tidak menyangka ia akan diterima.
"A-anda yakin?"
Aku menaikkan alis,"Bukankah kau menginginkan posisi ini?"
"Tentu saja. Tapi… saya datang lebih cepat dari waktu yang sesungguhnya. Saya merasa curang mendahului para pelamar kerja lainnya untuk posisi ini."
Aku menahan tawa dengan alasannya yang mengkhawatirkan orang lain tersebut. setahuku, manusia manapun pasti akan merasa senang dan berterima kasih kepadaku terlebih dahulu daripada mengkhawatirkan orang lain.
Sepertinya keputusanku yang terlalu cepat ini tidak salah.
"Aku akan tetap wawancara mereka, tapi dengan posisi lain. Masih banyak lowongan disini," ucapku santai
Sebuah senyum kelegaan mengembang di wajahnya membuatku merasa bahwa dia adalah salah satu wanita yang sangat manis yang pernah kutemui. Jarang sekali ada wanita seperti dirinya dan aku, sebagai gay menyukai wanita ini. kami pasti bisa cocok.
"Terima kasih, pak. Saya benar-benar merasa-,"
"Tidak perlu, kau memang pantas mendapatkannya," potongku
Ia berdiri dan menunduk sopan,"Bagaimanapun saya berterima kasih kepada anda."
.
Saat itu, aku sama sekali tidak tahu jika keputusanku membuat duniaku berubah, bahkan seluruh hidupku yang selama ini kurasa hampa selain dengan Sasuke, terasa sangat berbeda dengannya.
# # # # #
Pendek banget Ris?
Iya, ini baru prolog biar readers penasaran *evilsmirk*
Oke, mind to review? Kritik bolehlah :D
