Dongeng Lama
Genre: Hurt/Comfort
Main character: Miku Hatsune
Vocaloid © Yamaha dan sejenisnya
Warning: Bad, OOT, and Miss Typo's
.
.
.
*) Special for Mr. Coffee
.
.
.
Kadang, aku selalu berpikir. Kapan aku dapat mengenakan gaun putih itu dengan kau sebagai pasanganku? Kapan kau akan menyematkan sebuah cincin dijari manisku pada saat hari dimana sumpah abadi kita terlaksana? Tapi sayangnya, itu hanyalah sebagian 'kecil' dari isi pikiranku tentang dirimu. Karena kau … lebih memilihnya dibandingkan dengan diriku.
Gadis berambut merah muda panjang itu tersenyum manis. Wajahnya yang manis nampak kontras dengan warna rambutnya yang cantik seperti kelopak sakura. Gaun putih dan sepatu kaca itu melekat ditubuhnya bak Dewi Aphrodite yang terkenal anggun dan mempesona itu.
Teng! Teng! Teng! Lonceng besar itu berdentang berkali-kali, mengingatkanku pada kisah Cinderella yang berakhir bahagia itu. Gadis berambut merah muda itu nampak berjalan perlahan dengan anggun, sementara kau hanya bisa tersenyum malu-malu atas pernikahan kalian pada hari ini.
Yang kudengar, hanyalah seseorang –yang entah apa sebutannya itu– mengatakan sebuah pertanyaan kepada sang gadis berambut merah muda dan dirimu. Aku tidak begitu mendengar apa isi pertanyaan itu karena beberapa pengunjung nampak menangis terharu.
"Aku bersedia …," ucap dirimu –seperti menjawab pertanyaan dari orang itu.
Rambut birumu, mata indahmu, dan senyumanmu itu … kadang aku ingin semuanya berakhir tanpa adanya rasa sakit hati.
Plok! Plok! Plok! Tepuk tangan terdengar jelas diruangan ini. Semua gadis yang diundang nampak terharu. Jelas, air mataku semakin mengalir karena tidak kuasa mendengar dan melihat kau dan gadis itu nampak bersatu bahagia.
"Hey, suatu saat, apakah kita bisa seperti Pangeran dan Cinderella yang berakhir bahagia?"
"Tentu saja bisa! Aku yang jadi Pangeran dan kau yang jadi Cinderella-nya."
Terkadang, kenyataan itu lebih pahit daripada secangkir kopi hitam yang biasa diminum ayahku di pagi hari dan hidup itu tidak selamanya berakhir bahagia seperti dongeng yang selalu dibacakan oleh ibuku saat aku tertidur dimasa kecil dulu. Lalu, setiap senyuman yang terukir memiliki makna yang berbeda-beda.
"Sekarang, kau boleh mencium pasanganmu."
Kedua iris mata kalian saling bertatapan, kemudian jarak diantara kalian semakin menipis. Semua pengunjung nampak bersorak bahagia. Berbeda denganku yang masih menangisi pernikahan mereka.
"Makananmu enak! Suatu saat, kau akan jadi istriku, ya?"
Tiba-tiba saja, Len menepuk pundakku. Aku menoleh, mendapatinya yang menatap lurus kearahku.
"Kau menangis, eh?" tanya Len iseng.
"A-aku hanya terharu," kilahku sambil mengusap air mataku dengan saputangan. "Luka-san benar-benar beruntung dapat menikah dengan Kaito-kun."
"Hahaha …," Len hanya tertawa hambar. "Aku mengerti dengan perasaanmu."
Sebenarnya, aku tidak begitu yakin apakah dia akan benar-benar mengerti tentang perasaanku. Tapi ya … dia salah satu temanku, kata-katanya tadi cukup menghibur hatiku.
Pada akhirnya … realita itu berbeda dengan dongeng indah yang selalu kubaca saat masih kecil. Kini, dongeng lama itu telah berakhir, berganti dengan dongeng baru yang memiliki kisah yang berbeda dari sebelumnya.
Aku, Miku Hatsune, 21 tahun. Kini, saatnya aku belajar untuk melupakannya–
"Selamat tinggal, dongeng masa kecilku," bisikku pelan, tepat pada saat tautan bibir kalian terlepas.
–selamanya
The End
Selesai! Ini one shoot abstrak buatan saya *tebar confetti*
Sebenernya sih, hanya iseng nulis. Tapi sekali-kali nggak apa-apa kan?
Last words, mind to review? ;)
