A/N: Dibuat dalam rangka meramaikan Challenge "Satu Kata" di grup Writing IOC dengan genre pilihan Relationship.
Disclaimer: Code Geass bukan punya saya. Mereka punya CLAMP dan Studio Sunrise. Dah aku mah apa atuh bisa punya anime keren kayak Code Geass ="=
MATI
By: Latifun Kanurilkomari
.
.
.
Bagi C.C kematian adalah sebuah kemewahan. Sebuah kutukan yang manis. Lupakan saja keinginan manusia untuk hidup abadi selamanya. Jikalau mereka mengalami apa yang dialami gadis itu, niscaya mereka akan memohon agar kematian menghampiri mereka dengan cepat.
C.C menatap dengan sinis onggokan mayat yang bergelimpangan di segala arah selama hidupnya yang abadi. Sekian lama ia hidup dan entah berapa insan yang ia berikan kekuatan Geass, tapi mereka semua telah pergi mendahuluinya. Mati.
Coba pikir, dunia sungguh tidak adil! Ia hanya ingin dicintai! Kenapa justru ia harus hidup abadi? Bahkan memiliki kemampuan untuk mengabulkan hasrat manusia, yang diantaranya malahan mampu membuat mereka menghindari kematian.
Tuhan, tak bisakah dirinya memiliki Geass untuk membunuh dirinya sendiri? Tentu tak bisa. Dan tak akan pernah bisa! Karena dirinya ditakdirkan untuk hidup abadi. Karena itu pula bagi C.C kematian adalah sebuah kemewahan. Sebuah kutukan yang indah.
Hingga dirinya muncul dalam kehidupan seorang bocah naif.
Awalnya C.C tak terlalu mengharapkan bocah itu. Bocah bernama Lelouch vi Britannia - oh ya C.C mengenali identitas asli bocah itu, terlalu banyak aspek Marianne dan Charles di dalam dirinya untuk diabaikan begitu saja - itu hanyalah sekedar satu dari sekian banyak pion yang dimiliki untuk mencapai harapan terbesar dirinya. Awalnya C.C tidak terlalu peduli bahkan terkesan acuh. Hingga akhirnya dirinya menyadari, mungkin inilah kesempatan besarnya.
Bocah bernama Lelouch itu ingin mengalahkan ayahnya. C.C terkekeh, mengalahkan Charles yang notabene Raja Britannia yang kejam?
"Mimpi yang mengagumkan bocah, akan kuikuti permainanmu hanya karena banyak kematian yang mengikutimu. Dan siapa tahu, mungkin kau pun akan menjadi penyebab kematianku,"
Dan C.C pun mengikuti bocah itu dengan tertarik, merasa penasaran. Kira-kira apa yang akan dilakukan Lelouch untuk membuatnya terhibur di dunia fana abadi ini.
Benar saja, mengikuti bocah Lelouch itu memang sangat menarik. Konspirasi perang dunia yang jauh lebih menarik dibandingkan era perang medieval Eropa. Tapi sial...
Tetap saja. Meskipun banyak korban yang tewas, bahkan teknologi dunia paling modern pun tak mampu mencabut nyawanya.
Dan C.C. pun mulai merasa jenuh. Berharap Charles dan Marianne mampu menyelesaikan rencana mereka, rencana kematiannya.
"Aku tahu keinginanmu yang paling besar. Ikutlah denganku dan akan kuberikan kematian paling indah untukmu. Dan pada saat terakhirmu akan kupastikan, kau akan mati dengan wajah tersenyum damai," ujar bocah bernama Lelouch itu dengan begitu angkuh.
Begitu angkuh dan sombong. Tapi entah kenapa C.C menyukai hal itu.
"Aku adalah seorang penyihir. Aku tak bisa mati," gumamnya lemah.
"Kalau kau adalah penyihir, maka akulah sang Raja Penyihir," timpal Lelouch dengan pongah.
Dan C.C pun terkikik. Ia pun meraih uluran tangan bocah tersebut - ah bukan, Sang Raja Penyihir.
"Kehidupan yang abadi adalah sebuah kesepian, rasanya bagaikan di neraka," lirih C.C
"Hmm, aku tak peduli dengan pendapatmu. Akulah Sang Raja Penyihir, dan aku memerintahkanmu agar selalu berada di sisiku dimanapun aku berada,"
C.C melirik sebal.
"Mulai saat ini, kita akan menjalani neraka keabadian ini berdua,"
"Heh, kedengarannya tidak akan terlalu kesepian,"
*FIN*
A/N: Drabble pertama setelah lamaaaaa sekali hiatus. Review?
