The Love of My Life (Baekhyun)

Park Chanyeol & Byun Baekhyun

Gender-Switch

x

x

Feel free untuk read and review, cerita milik saya tapi tidak dengan cast nya

Enjoy! ^^

x

x

Saat ini aku sedang mengingat belahan jiwaku yang memang memiliki separuh hati bahkan hidupku, aku menghabiskan duniaku, mengabdikan hidupku untuk wanita ini, kekasihku, wanitaku, istriku, duniaku Byun Baekhyun

Seoul, 2 Januari 1997

"sayang, kau lupa, kau harus meminum obatmu dulu" suara husky yang tedengar sangat berkharisma menyapa pendengaran wanita yang sedang duduk menatap pohon ek di pekarangan belakang rumah,

"sayang?" pria itu berdiri di ambang pintu menatap wanitanya, senyum terpancar jelas diwajahnya saat wanita itu berbalik dan menatap dalam suaminya Park Chanyeol

"ini obatmu, habiskan ya?" pinta Chanyeol sambil membarikan segelas air dan 2 buah tablet putih yang harus diminum, wanita itu-Baekhyun- menatap kedua tangan Chanyeol lalu beralih menatap wajah suaminya

Baekhyun mengambil satu persatu obatnya dan meminumnya dengan telaten, lalu menaruh gelasnya di meja yang ada di samping jendela, "terimakasih chan"

Chanyeol menggenggam jemari Baekhyun, menuntun wanitanya untuk segera duduk, "duduklah, agar mualnya tidak terlalu parah" wanita itu menganggukkan kepalanya, ia duduk dan menatap lagi pohon ek sambil sesekali menatap awan biru diatasnya dengan tatapan nanar

"Chan, menurutmu awan itu berbentuk apa?" tanya Baekhyun sambil menunjuk salah satu awan, Chanyeol ikut menatap awan yang ditunjukkan Baekhyun, ia memeluk wanitanya dari belakang dan mengeratkan pelukannya "apa .. umm gajah?" Baekhyun menggelengkan kepalanya, ia menatap awan tersebut lalu menggambar sebuah pola "kelinci, kau lihat?"

"aku lihat, imajinasi yang baik sayang" ucap Chanyeol sambil megeratkan pelukannya, Baekhyun meringis menahan sakit kepalanya, Chanyeol paham saat ini rasa sakit sedang menyerang istrinya, ia semakin mengeratkan pelukannya kepada Baekhyun, seaakan membantu menguatkan Baekhyun untuk menahan rasa sakitnya

"sayang" ucap Baekhyun sambil mengelus lembut lengan Chanyeol, "musim dingin nanti apa daun dari pohonnya akan gugur?" tanya Baekhyun, Chanyeol mencium pelipis kiri Baekhyun lalu pipi tirus wanita itu "tentu, dan akan digantikan dengan ranting kuat dan dilapisi salju seperti sebelumnya dan akan terlihat sangat indah juga sayang"

"benarkah? Aku ingin melihatnya yeol" Chanyeol yang masih memeluk Baekhyun dari belakang sekarang mengangkat kepalanya menahan air mata yang memaksa untuk keluar

"tentu, kita akan melihanya bersama sama sayang aku berjanji"

"kau janji kan yeol?" pria itu mengangguk dan satu tetes air mata jatuh dari matanya

Wanitaku sungguh manis, rambutnya panjang dan hitam, matanya yang ketika tersenyum membuat hatiku menghangat, wanita yang sejak pertama kali aku menatapnya sudah dapat memastikan bahwa aku akan melabuhkan hatiku untuknya, wanita dengan kebaikan hati yang lebih dalam dari palung samudra terdalam, dan aku beruntung bahwa aku adalah prianya, pria yang menjaga dan mencintainya

Sore ini Chanyeol melihat istrinya duduk dibawah pohon ek, dengan pakaian serba putih dan rambut hitam nya disapu angin lembut,

"bagaimana mungkin ada seorang bidadari jatuh di pekarangan belakang rumahku ya?" tanya Chanyeol pada angin dan Baekhyun sebenarnya tau itu untuknya, wanita itu tersenyum lembut

"siapa?"

"istriku, Byun Baekhyun" wanita itu tersenyum sambil memperlihatkan eyesmile cantiknya, "tidak dingin memangnya? Kemari" Chanyeol meraih lengan istrinya sambil memakaikan selimut hangat agar wanitanya tidak kedinginan, "terimakasih sayang" Chanyeol mengangguk sambil mencium pucuk kepala istrinya

"sayang kau tau aku ingin selamanya denganmu dan putri kita" ucap bakehyun sambil menatap suaminya, Chanyeol mengangguk sambil mencium jemari Baekhyun

"tentu kau, aku dan putri kita akan terus bersama sayang"

"kau berjanji?"

"aku berjanji, dengan sepenuh hatiku" ucap Chanyeol, pria itu tau bahwa ia hanya mampu berjanji,dan wanita itupun tau bahwa itu hanya sekedar janji yang didengar oleh angin

Wanitaku, aku mendeskirpsikannya tidak akan mampu apabila hanya dengan kata – kata, keindahan dan kelembutan adalah miliknya,

Puncaknya adalah beberapa minggu dari terakhir kali Baekhyun duduk dibawah pohon ek, mungkin baru 30 menit wanita itu tidur, sakit kepala itu kembali menyerang nya,

Bakehyun meringis kesakitan, menangis dan sedikit berteriak malam itu, Chanyeol duduk sambil memeluk wanitanya "sayang tahan sayang, aku mohon untukku dan putri kita" ucap Chanyeol sambil memeluk erat wanitanya

"aaarrgghh Chanyeol tolong aku saakit" pria itu memeluk sambil menitikan air mata, ia membuka laci samping tempat tidurnya, masih dalam posisi Baekhyun meringis kesakitan dan air mata yang sudah tumpah dari matanya, ia mengambil satu ampule obat bius,

"maafkan aku sayang, maafkan aku" Chanyeol membuka lalu menusukkan jarum suntiknya tepat di pergelangan tangan Baekhyun yang memang secara paksa dipegang paksa sedari tadi oleh Chanyeol

Perlahan Baekhyun semakin tenang, pengaruh obat biusnya memang cukup kuat dan memang disarankan oleh dokter agar dipakai saat Baekhyun dalam keadaan parah, air mata masih jatuh dari pelupuk mata Chanyeol, ia masih memeluk wanitanya, pria itu menggendong Baekhyun dan keluar dari rumahnya menuju rumah sakit terdekat

Aku sebisa mungkin tidak akan pernah menyakiti wanitaku, membuatnya sakit adalah larangan terbesar dalam hidupku, dia adalah sesuatu yang aku jaga selain putriku,

Kedua kaki Chanyeol mungkin sekarang tidak mampu berdiri tegak saat ini, saat mendengar ucapan dokter tentang Baekhyun,

"sayang, sudah bangun?" ucap Chanyeol saat memasuki kamar pasien Baekhyun dan melihat wanitanya sedang menatap jendela rumah sakit

"maaf aku merepotkan mu chan" Chanyeol menggelengkan kepalanya, "tidak sayang aku yang minta maaf sudah menyuntikkan itu kepadamu tadi, sungguh aku .. Baekhyun" Chanyeol tak mampu menahan air matanya, pria itu menagis dan begitu sebaliknya dengan Baekhyun

"tidak sungguh aku yang minta maaf" ucap wanita itu sambil mencoba duduk untuk memeluk suaminya

"kau ingin berjalan – jalan sayang?" tawar Chanyeol, Baekhyun tersenyum dan mengaggukan kepalanya

Mereka berjalan disekitar taman rumah sakit, dan memilih berhenti di sebuah kursi panjang dibawah pohon pinus "chan, disini saja ya?" ucap Baekhyun pelan, pria tampan itu mengagguk pelan dan duduk dihadapan istrinya

"tidak dingin?" tanya Chanyeol sambil mempererat letak scraft rajut milik Baekhyun, "tidak sayang" ucap wanita itu dengan senyuman manisnya

"bisa kau bantu aku untuk duduk disampingmu sayang?" pinta Baekhyun, pria itu mengangguk dan mengangkat tubuh Baekhyun dan meletakkannya tepat disampingnya dan memeluknya dengan lembut

"kau mencintaiku?" tanya Baekhyun membuka percakapan

Chanyeol menatap istrinya dan mengecupnya pelan "mengapa bertanya? Aku sangat mencintaimu" Chanyeol mengusap rambut panjang dan hitam Baekhyun, wanita itu merebahkan kepalanya di bahu suaminya, dan Chanyeol tau bahwa beberapa helai rambut Baekhyun tersisa ditangannya, ia mengecup dan mengelus kepala istrinya lembut, "tuhan, berikan waktu lagi aku mohon"

Wanitaku yang hebat, ia menahan segala kesakitan yang dideritanya .. ia sumber kebahagiaanku, ia hidupku, aku mencintainya

"c-c-chan .. sa-sa-sakit sekali tolong aku" ucap Baekhyun dalam tidurnya, Chanyeol langsung terkesiap dan memeluk istrinya "ayo kerumah sakit" sesaat setelah Chanyeol menggendong Baekhyun, wanita cantik itu tidak sadarkan diri, dan pria itu tau, ia hanya perlu berjalan tegar dan menggendong Baekhyun kerumah sakit

Penanganan yang diberikan dokter dilakukan semaksimal mungkin, wanita anak satu itu masih mampu bertahan, namun wajahnya semakin tirus, matanya semakin melemah, Chanyeol tidak bodoh ia melihat semuanya, namun satu senyuman dipaksakan untuk istrinya

"sayang aku ingin melihat matahari terbenam" ucap Baekhyun sambil tersenyum, Chanyeol mengangguk dan mengangkat tubuh Baekhyun menuju kursi roda

Tak butuh waktu lama mereka sudah tiba diatap rumah sakit, Chanyeol memindahkan tubuh istrinya agar duduk disebelahnya, ia merangkulkan tangannya dan memeluk erat istrinya

"sayang mau dengarkan aku bicara?" tanya Baekhyun, pria itu mengangguk dengan senyumannya, "aku akan mendengarkan"

Wanita itu tersenyum "Chanyeol suamiku sayang, terimakasih sudah menjadi pelindung, sudah menjadi penyemangat dan sudah menjadi bagian dari hidupku, aku mencintaimu" Chanyeol meraih jemari Baekhyun dan mengecupnya lembut

"sama – sama sayang, kau tau aku lebih mencintimu"

Wanita itu mengangguk "kau tau, bersamamu, menikah denganmu, memiliki kelurga denganmu adalah hal terbaik yang ada di hidupku, aku bersyukur aku mencintaimu chan" Baekhyun terbatuk sebentar, dan sebuah darah segar mengalir di hidungnya, Chanyeol masih belum menyadari mimisan yang dialami Baekhyun, wanita itu tersenyum dengan air mata di pelupuk matanya

"aku bersyukur tuhan mentakdirkan aku denganmu, jika- jika umur ku memang harus berhenti disini, aku tetap bersyukur, kau memberikanku kebahagiaan, sayang aku titip putri kita, jaga dan rawat dia, buat ia menjadi wanita yang kuat dan tangguh, bisa?"

Chanyeol mengangguk dan menangis perlahan, ucapan istrinya benar – benar menggetarkan dirinya "sayang terimakasih untuk 7 tahun kebelakang, ketahuilah aku selalu mencintaimu dan putri kita, nanti saat kita sudah akan dipertemukan kembali, aku akan meminta pada tuhan untuk membuat kita abadi disana"

"aku titip anak kita ya sayang" tanya Baekhyun pelan, wanita itu mengeratkan pelukannya pada suaminya, Chanyeol menangis dan menciumi pucuk kepala istrinya "aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu, terimakasih sayang" pria itu terisak pelan

"nyanyikan aku satu lagu sayang, aku mengantuk" pinta Baekhyun

Cheonsaui eolgeullo naegero watdeon mystery neoran ongi

Ne gyeotte meomulmyeo neol saranghal geu han saram, narani?

Oenul neoreul kkok ango, giving you my heart and soul

Wanita itu menghembuskan nafas pelan, perlahan tautan jemarinya dengan suaminya melemah, Chanyeol menyadarinya, yang ia khawatirkan akhirnya datang, pria itu makin terisak sambil memeluk Baekhyun

Nenon salm-ui jeonbuya For Life

Dan saat itu Chanyeol tau ia sudah kehilangan istri cantiknya

Byun Baekhyun, waktu kematian 12 February 1997 jam 17.45 KST, Kanker Otak stadium 4B

.

.

.

Seoul, 23 Maret 2016

"ayah, minum obat ya? Aku mohon" ucap putri Chanyeol sambil memberikan obatnya kepada ayahnya, Chanyeol menggeleng pelan, "nanti akan ayah minum sayang"

Lagi, pria itu memutar kembali kenangannya bersama istrinya

"sebentar lagi aku akan bertemu denganmu Baekhyun-ah" gumam Chanyeol pelan,

Siapa sangka 15 tahun setelah kepergian Baekhyun, pria itu di diagnosis oleh dokter mengalami sirosis hati, dan lebih parahnya sudah komplikasi ke bagian vital lain di tubuhnya,

"sayang, putri ayah .. apabila ayah sudah tidak ada, bisakah kau menjadi anak yang baik?" tanya Chanyeol pada putrinya

Gadis muda itu mengangguk pelan, ia menitikan air mata dan tersenyum, "ayah jangan bicara macam – macam, Jiwon masih ingin bersama ayah" gadis muda itu mengusap air matanya, semenjak kehilangan ibunya beberapa tahun lalu, membuatnya menjadi gadis mandiri namun tetap manja pada ayahnya

"sayang, umur ayah mungkin tidak akan lama lagi, ayah minta jadilah anak yang baik, selesaikan kuliahmu, bekerja di tempat yang baik dan selalu hidup bahagia, janji sayang?" Jiwon mengangguk pelan dan memeluk ayahnya

"ayah, jika ayah pergi ke surga nanti bisakah titip salamku pada ibu? aku sangat merindukannya" putri Chanyeol terisak pelan dalam dekapan ayahnya, Chanyeol menangguk perlahan "tentu sayang, ayah dan ibu akan selalu mengawasi kesayangan kami dari atas sana"

Wanitaku sayang, jika umurku yang digoreskan takdir hanya sampai sini, aku bahagia .. aku akan bertemu denganmu dan dengan bangganya aku akan berkata "putri kita tumbuh menjadi gadis yang menawan" aku yakin kau akan bangga, aku merindukanmu sayang, sangat

.

.

.

Keesokan harinya, masih dimusim gugur yang sama, angin dingin perlahan mulai berhembus seiring dengan gugurnya daun pohon ek dibelakang rumah Chanyeol, pemandangan gugurnya pohon favorite istrinya ditatap nanar oleh Chanyeol

"kau selalu menyukai berada di sana sayang" ucap Chanyeol pelan, sekelibat bayangan ia bersama istrinya terlintas dipikirannya,

"ayah, jangan lupa nanti jam 10 kita ada check up ya ayah" teriak jiwon dari luar kamar ayahnya, Chanyeol tersenyum, ia membesarkan jiwon dengan cukup baik menurutnya, jiwon sudah menjadi wanita yang kuat, ia sudah mengetahui segala kemungkinan terburuknya yaitu kehilangan kedua orang tuanya,

"ayah, ibu" Jiwon menghela nafas dari luar kamar ayahnya, ia menitikan satu air mata dari kedua mata turunan Baekhyun itu

.

.

.

Yonsei Hospital, 04 April 2016

"ayah, aku akan mengurus administrasinya sebentar ya, ayah bisa langsung masuk ke ruangan dokter Kim" ucap Jiwon dengan mengelus lengan kekar ayahnya, Chanyeol mengangguk dan mengusap pucuk kepala Jiwon dengan sayang,

Sepeninggal Jiwon, Chanyeol tiba – tiba merasakan sakit kepala yang begitu dahsyat, ia megeluarkan darah segar dari hdungnya dan seketika tak sadarkan diri, dan saat ia berusaha menutup matanya ia samar – samar melihat sosok dalam baju putih bersih dan bersinar …"Baekhyun" sementara telinganya mendengar teriakan Jiwon anaknya

Chanyeol tak sadarkan diri, ia koma setelah kejadian pingsannya pria itu di lobby rumah sakit, Jiwon memperhatikan ayahnya yang sedang tertidur, gadis itu tak henti – hetinya menitikan air mata, yang menjadi pengingat Jiwon bahwa ayahnya masih bersamanya adalah alat pengukur detak jantung yang masih berbunyi di ruang ICCU

"ayah, jika ayah memang sudah lelah, aku akan ikhlas melepas ayah, namun apabila ayah masih ingin bersamaku aku akan sangat bahagia" ucap Jiwon sambil mengusap pelan dahi ayahnya, ia menggenggam jemari Chanyeol dan menciumnya pelan, "aku mencintai ayah, sangat"

.

.

"hei kau tidak mau bangun sayang?" Chanyeol samar – samar mendengar suara lembut yang menyapa pendengarannya dan usapan lembut di dahinya

pria tampan itu perlahan membuka mata dan pemandangan pertama yang disaksikannya adalah langit biru dengan sinar matahari yang tertutupi oleh ranting dahan pohon, Chanyeol rasa itu pohon ek, dan apabila ia berada di bawah pohon ek berarti … "Baekhyun"

pria itu mengalihkan pandangannya ke wanita yang sedang duduk dan rambut hitamnya tersapu angin lembut, ia ditatap oleh mata kecil favoritnya beserta dengan senyuman manis kesukaannya "sayang, …" Chanyeol menitikan air mata ia memeluk wanita yang sangat dicintainya, ia terisak pelan dan mendapat tepukan lembut di punggungnya

"Chanyeol, terimakasih sudah datang, aku merindukanmu" ucap Baekhyun sambil mengusap air mata yang juga turun di pipinya, "apa sekarang sudah waktunya untukku sayang?" tanya Chanyeol masih dalam pelukan Baekhyun, wanita itu mengangguk perlahan, Chanyeol tersenyum namun ia tidak dapat menyembunyikan kesedihannya "aku akan meninggalkan putri kita" Baekhyun mengangguk, ia juga tidak dapat menyembunyikan kesedihannya "terimakasih sudah membesarkan Jiwon dengan sangat baik sayang"

"aku merindukanmu, apa kita akan selamanya disini" tanya Chanyeol sambil melepaksan pelukannya dari Baekhyun, ia mengusap pelan air mata di pipi Baekhyun, wanita itu tersenyum dan mengangguk perlahan

.

.

.

"ayah … "

Jiwon menatap ayahnya, ia melihat ayahnya yang tersenyum dalam tidurnya namun menitikan air mata, gadis itu tau bahwa ayahnya bahagia dalam tidurnya, "ayah aku akan mengikhlaskan ayah, aku akan menjadi gadis mandiri dan menjadi seperti yang ayah dan ibu inginkan, tak perlu mengkhawatirkan aku" gadis itu mengusap kasar air matanya "aku- aku tau ayah dan ibu selalu mengawasiku dari atas sana" ucap gadis itu pelan dan menutup matanya, ia terisak perlahan, dan selanjutnya ia mendengar satu bunyi panjang yang menandakan ayahnya sudah kembali ke pelukan yang kuasa dan bahagia bersama ibunya diatas sana,

Park Chanyeol, waktu kematian 04 April 2006, pukul 21:31 KST, Sirosis Hati

.

.

.

.

.

.

Seoul, 14 May 2017

"hai ayah, hai ibu" ucap Jiwon setelah memberi salam penghormatan di kedua gundukan tanah makam Baekhyun dan Chanyeol yang bersebelahan,

"hari ini hari kelulusanku, aku mendapatkan gelar lulusan terbaik dan lihatlah bu, aku masih mengenakan pakaian kelulusanku saat kemari" adu Jiwon sambil menatap makam Baekhyun, gadis muda itu mengalihkan tatapannya pada makam ayahnya "dan ayah, aku diterima bekerja di rumah sakit Yonsei, ya… meskipun masih menjadi residen namun aku sudah cukup senang, aku bisa membantu keuangan Bibi Im sedikit hehehe"

"Ayah, Ibu, aku juga sedang dekat dengan seseorang, namanya Haowen, dia keturunan china namun sama – sama menjadi residen, tapi .. tapi tidak di Yonsei" Jiwon tersenyum namun menitikan air mata "aku harap aku bisa bercerita bersama ibu tentang cinta pertamaku" Jiwon semakin terisak oleh ucapannya

"ayah .. ibu … aku akan hidup bahagia, demi kalian berdua, nanti apabila sudah saatnya aku bertemu kalian, aku akan bercerita bagaimana kehidupanku disini, aku merindukan kalian .. hiks aku … ibu .. hiks sangat merindukan kalian" Jiwon terisak pelan sambil mengusap kasar air matanya, "hiduplah bahagia disana" Jiwon menundukkan kepalanya dan terisak pelan di hadapan kedua makam ibu ayahnya

Begitu dengan arwah kedua orang tua Jiwon yang berada di belakangnya menyaksikan kesedihan putri mereka, Baekhyun menyandarkan kepalanya di dada Chanyeol, dan mengusap pelan sudut matanya

"putri ibu yang pintar"

"gadis ayah yang manis"

dan setelahnya bayangan mereka hilang secara perlahan, menyisakan isakan Jiwon yang masih terdengar samar

.

.

.

"ayo pulang Jiwon" seorang pria menepuk bahu Jiwon dan menuntunnya pulang …

-End-

Hai, ini Vilay …

Saya mau buat oneshoot tapi maaf kalo ini kurang panjang, maaf juga kalo feelnya enggak dapet, kedepannya saya berusaha buat yang lebih baik lagi

Feel free untuk review, saya akan sangat senang kalo dapat kritik dan saran atau mungkin pendapat tentang cerita diatas, maaf kalo ada typo ini sekali buat langsung publish soalnya, kekeke~

Last, terimakasih yang sudah menyempatkan baca ^^

Regards,

Vilay