.

.

###

61 & 04

Chapter 1 – Shoelaces

Park Chanyeol (30 th.) & Byun Baekhyun (18 th.)

###

.

.

BRUK!

Chanyeol menggeram tertahan untuk yang kelima kalinya dalam hari ini. Ekor matanya melirik ke arah sumber suara—yang untuk yang kelima kalinya pula dalam hari ini—telah mengganggu konsentrasinya. Itu berasal dari Baekhyun—partner barunya mulai hari ini. Lagi-lagi remaja mungil itu tersandung tali sepatunya sendiri.

Aneh—memang. Padahal Baekhyun baru beberapa jam diresmikan menjadi partner baru Chanyeol, tapi remaja bersurai ash grey itu bahkan tak bisa untuk tak tersandung tali sepatunya sendiri barang satu jam penuh.

Kim Joonmyeon—atasan Chanyeol di SCOX (sebuah kantor penyewaan pembunuh bayaran di Korea Selatan)—meyakinkan Chanyeol bahwa Baekhyun adalah agen yang hebat dan akan menjadi partner yang cocok untuknya. Tapi sejujurnya, Chanyeol ragu.

Kode agen Baekhyun adalah 04, tapi remaja bermata sipit itu bahkan tak mencerminkan seseorang yang pantas memiliki angka nol dalam kode agennya. Sebagai informasi, di SCOX, angka nol dalam kode agen adalah sesuatu yang spesial. Itu artinya agen tersebut berasal dari program RED yang isinya adalah orang-orang terpilih dengan kemampuan di atas rata-rata.

Yang membuat Chanyeol ragu pada Baekhyun, selain kebiasaannya tersandung tali sepatu sendiri, adalah proporsi tubuh remaja itu yang tergolong pendek jika dibandingkan dengan agen-agen SCOX yang pernah Chanyeol kenal. Maksudnya, tengoklah Luhan. Umurnya mungkin tak jauh berbeda dengan Baekhyun, tapi pria keturunan Cina itu memiliki tinggi yang lumayan.

Alasan lainnya mungkin karena Chanyeol belum pernah melihat kemampuan Baekhyun, entah itu dalam hal bela diri atau menggunakan senjata. Pikirnya, sehebat apa Baekhyun sampai bisa masuk program RED? Well, Chanyeol tahu ia tak seharusnya menilai seorang agen yang baru dikenalnya, tapi entah kenapa, ia sudah bisa menebak kemampuan Baekhyun walau belum melihatnya langsung.

Daripada hal itu, mendapatkan Baekhyun sebagai partner tetap saja membuat perasaan Chanyeol dongkol. Rasa-rasanya ia seperti sedang mengasuh anak tetangga. Sangat merepotkan.

"A–auw.."

Chanyeol ingin sekali mengabaikan erangan Baekhyun. Namun rasa penasaran membunuhnya karena remaja itu terus-terusan meniup punggung tangannya. Jadi, Chanyeol pun melirik. Di sana, ia mendapati lecet yang lumayan di punggung tangan Baekhyun. Melihat si mungil yang pada akhirnya mengabaikan luka lecet itu, Chanyeol pun melakukan inisiatif. Ia mengambil band-aid dari laci meja kerjanya, lalu bangkit menghampiri Baekhyun.

"Kemarikan tanganmu."

"Eh?"

Mengabaikan keterkejutkan Baekhyun, Chanyeol tarik tangan berjari lentik itu, lalu menempelkan band-aid di luka lecetnya. "Obati lukamu selagi ada waktu, kau takkan tahu kapan itu memburuk." Begitu selesai, Chanyeol bersimpuh tepat di hadapan Baekhyun, lalu mengikat tali sepatunya dengan kencang. "Dan perhatikan tali sepatumu. Aku takkan mau repot-repot membantumu berdiri hanya karena kau tersandung ketika kita sedang bertugas."

"B–baik, terima kasih, Sunbae."

"61."

"Eh?"

"Panggil aku '61'. Aku juga akan memanggilmu '04'. Kau paham?"

Baekhyun mengangguk sebagai jawaban. "B–baik. Terima kasih banyak, Sun—" Kepalanya dengan cepat menggeleng saat menyadari kesalahannya. "Maksudku, 61. Akan kupastikan untuk mengingat semua pesanmu."

"Bagus."

Chanyeol sama sekali tak sadar bahwa ketika ia melangkah pergi, senyuman Baekhyun terkembang lebar di belakang sana.

TBC

Inilah ficlet yang saya janjikan sejak lama itu. Genre-nya fluff-action, dengan age-gap ChanBaek yang lumayan. Dan ya, bentuknya ficlet, jadi isinya juga gak akan lebih dari seribu kata (semoga ke depannya pun begitu, wkwk). Saya pengen bikin yang ringan-ringan aja buat ngisi waktu luang, jadi alurnya juga gak akan berat-berat, malah banyakan adegan fluff daripada action. Saya harap kalian suka~